Selepas nikah Reno langsung kembali ke perusahaanya, dia meninggalkan istri sirihnya begitu saja karena belum bisa menerima kehadiran Nadya. Dari sikap Reno Nadya bisa tahu, jika Reno sebenarnya terpaksa dengan pernikahan ini. Lalu bagaimana dia bisa menyelesaikan kontraknya dengan Marisa jika Reno melihatnya saja tidak mau.
"Dia sedang banyak pekerjaan." ucap Marisa memberitahu Nadya dengan sikap dingin Reno.
"Iya tidak apa-apa Mbak, aku mengerti."
Nadya pamit pada Azam, karena dia akan ikut Marisa pulang ke kediaman Reno untuk menetap disana.
"Sabar Mbak, mas Reno sepertinya terpaksa dengan pernikahan ini. Tapi Mbak sudah menjadi istrinya, lakukan yang terbaik. Ini demi nenek." ucap Azam menguatkan Nadya.
Tiba di kediaman Reno, Marisa hanya menunjukkan kamar untuk Nadya dan memberitahu asisten rumah tangganya jika Nadya juga istri Reno. Setelahnya Nadya pergi bersama Kevin.
"Aku seharusnya dari kemarin ke Bali, karena hari ini kamu dan Reno menikah maka aku menundanya." ucap Marisa memberitahu Nadya.
"Aku harus berangkat sekarang, selama kamu jadi istri Reno kamu bisa menganggap rumah ini seperti rumahmu sendiri." ucap Marisa lagi menjelaskan pada Nadya.
"Iya Mbak, hati-hati di jalan." jawab Nadya.
"Hai cantik, aku pergi dulu." ucap Kevin sambil mengedipkan matanya pada Nadya.
Sejak awal Nadya dikenalkan Marisa dengan Kevin, Nadya merasa risih dengan cara Kevin menatap dan memandangnya. Entah mengapa Nadya merasa takut dengan tatapan mata Kevin, tatapan yang menurut Nadya tatapan yang tidak biasa.
"Iya Kak, hati-hati." jawab Nadya hanya untuk menghormati Kevin sebagai manager dan juga sahabat Marisa.
Setelah melepas kepergian Marisa, Nadya masuk kedalam rumah yang cukup besar jika hanya di tempati hanya untuk dua orang saja. Dia langsung menemui Ijah, kepala asisten rumah tangga yang tadi dikenalkan Marisa. Nadya ingin menanyakan kebiasaan dan aktifitas orang-orang dirumah ini termasuk Reno agar dia bisa menyesuaikan diri.
"Bi, bapak biasanya makan malam di rumah atau tidak?" tanya Nadya.
"Biasanya makan malam dirumah, Mbak."
"Meskipun ibu Marisa tidak di rumah?" tanya Nadya lagi.
"Iya." jawab bi Ijah.
"Bapak sukanya makanan apa?" tanya Nadya lagi.
Setelah tahu makanan kesukaan Reno, Nadya di bantu bi Ijah membuatkan makan malam untuk Reno.
Nadya ingat pesan neneknya, "Untuk menyenangkan suami, kamu harus pintar dalam tiga hal. Pertama kamu harus pintar menyenangkan dia ditempat tidur, kedua kamu harus pintar memijat dan ketiga kamu harus pintar memasak untuk menyenangkan perutnya."
Nadya tersenyum sendiri mengingat pesan neneknya. Untuk urusan memasak, Nadya tidak meragukan kemampuannya. Bekerja di restoran bisa menambah ilmunya dalam urusan memasak. Untuk memijat, Nadya sempat belajar dengan ibunya yang seorang fisiotrapi untuk penderita stroke. Tapi untuk menyenangkan ditempat tidur, Nadya tidak mengerti sama sekali caranya meskipun usianya sudah duapuluh lima tahun.
"Hemm" suara Reno mengejutkan Nadya.
Nadya tidak tahu kapan Reno pulang, suami sirihnya itu sudah berganti pakaian rumah dan siap untuk menyantap makan malam.
Reno duduk di kursi yang biasa dia duduki, lalu dia membuka piring nya.
"Biar saya ambilkan Mas." ucap Nadya saat Reno akan mengambil nasi kepiringnya.
"Saya bisa ambil sendiri." ucap Reno mencegah Nadya.
"Saya tidak suka dilayani wanita murahan seperti kamu." ucap Reno lagi.
Nadya memundurkan tangannya dari wadah nasi, dia tidak jadi mengambilkan nasi untuk Reno. Kata-kata Reno yang menghina Nadya sebagai wanita murahan sangat menyakitkan untuk Nadya.
Nadya mencoba bersabar, tanganya gemetar dan matanya berkaca-kaca. Reno melihatnya, ada perasaan bersalah telah berkata kasar. Tapi Reno menepisnya, lagi-lagi dia menganggap Nadya tetaplah wanita yang ingin menggunakan jalan pintas untuk mendapatkan kemewahan.
Nadya yang tadinya ingin menemani Reno makan malam meninggalkan meja makan lalu pergi ke kamarnya. Dikamar Nadya mencoba menenangkan diri, dia yang belum melaksanakan sholat isya pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Selepas sholat, Nadya menangis dan mengadu pada sang pencipta.
Wajah Rosa yang tergeletak lemah dirumah sakit membuat Nadya kembali semangat. "Aku tidak boleh bersedih, ini semua demi kesembuhan nenek. Bersabarlah Nadya." gumam Nadya menyemangati dirinya sendiri.
Nadya tidak juga beranjak dari tempatnya beribadah, dia masih betah berbicara dan mengadu pada yang maha kuasa, mengungkapkan semua perasaannya di tempat ternyaman bagi Nadya untuk berkeluh kesah tentang masalahnya sampai dia tertidur diatas sajadah masih lengkap dengan mukena yang dia kenakan.
Pintu kamar Nadya yang tidak tertutup rapat saat Reno melewatinya, membuat Reno ingin tahu apa yang dikerjakan istri sirihnya itu setelah meninggalkannya di meja makan.
Ada perasaan bersalah pada diri Reno begitu melihat mata sembab Nadya, jejak sisa airmata juga masih terlihat disana. Reno yang tidak bisa melihat wanita menangis kembali menyesali hinaan yang tadi dia ucapkan pada Nadya.
"Kenapa tubuh mu ringan sekali?" ucap Reno yang menggendong Nadya untuk dia pindahkan ke tempat tidur.
"Maaf atas ucapan kasarku." ucap Reno lalu pergi meninggalkan Nadya setelah dia menyelimuti istri sirihnya itu.
Di kamar pribadinya, Reno tidak bisa memejamkan mata, bayangan wajah Nadya yang menangis terus melintas di kepalanya.
Keesokan harinya, Nadya terkejut saat dia membuka mata dia sudah berada di atas kasur empuk lengkap dengan mukena yang semalam dia kenakan. Nadya mecoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam.
"Siapa yang memindahkan aku ke tempat tidur?" tanya Nadya heran.
"Apa mas Reno?" tanya Nadya lagi.
"Tidak mungkin. Mungkin saja aku berjalan sendiri." jawab Nadya pertanyaannya sendiri.
Selesai sholat subuh Nadya pergi ke dapur. Sudah ada bi Ijah dan satu asisten yang lain disana.
"Mbak Nadya mau apa?" tanya bi Ijah.
"Mau bantu buat sarapan, Bi." jawab Nadya.
"Tadi bapak bilang, saya disuruh kirim makanan ke kamar Mbak Nadya. Kata bapak Mbak Nadya sakit." ucap bi Ijah memberitahu pesan Reno padanya.
Nadya tersenyum mendengar penjelasan bi Ijah, kini dia tahu siapa yang memindahkan dia ke tempat tidur.
"Saya sudah agak enakan kok Bi." jawab Nadya yang tidak ingin mempermalukan Reno dihadapan asisten rumah tangganya.
Selesai menyiapkan sarapan untuk Reno, Nadya hendak kembali ke kamarnya. Tapi Nadya dibuat terkejut saat dia berbalik dan menemukan Reno sudah berada dibelakngnya. Melihat penampilan Reno, suaminya itu sepertinya baru selesai olah raga.
"Maaf kalau aku lancang menyiapkan sarapan untuk kamu, Mas. Karena aku merasa bukan wanita murahan seperti yang kamu tuduhkan." ucap Nadya memberanikan diri.
Reno mengambil susu yang baru saja dituangkan Nadya sebelum istrinya itu berbalik untuk meninggalkan meja makan. Dia tidak menjawab ucapan Nadya tapi Nadya tahu laki-laki itu mendengarkan ucapannya dengan menghabiskan susu yang dia tuangkan itu berarti Reno sudah tidak lagi menganggap dia wanita murahan.
"Aku menerima tawaran Mbak Marisa bukan ingin mendapatkan hidup mewah sebagai Istrimu, tapi karena aku butuh biaya yang tidak sedikit untuk operasi nenekku." ucap Nadya lagi saat Reno akan berlalu dari hadapannya.
Reno menghentikan langkahnya lalu melihat pada Nadya.
"Ini jalan terakhir yang aku pilih, setelah aku tidak tahu harus kemana mencari uang yang jumlahnya ratusan juta." Nadya melanjutkan penjelasannya.
"Hari ini aku izin untuk bekerja dan kerumah sakit. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini, karena besok pagi-pagi sekali nenek ku akan melakukan operasi. Menggunakan uang yang dibayarkan mbak Marisa padaku sebagai ibu penganti."
...🌿🌿🌿...
...Menikah Jadi Istri Kedua...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments