Malam ini Marisa menunda jadwal keberangkatannya ke Bali untuk pemotretan, dia sengaja menunggu kepulangan Reno dari kantor. Marisa akan memberitahu Reno kalau dia sudah mempunyai calon istri sirih yang mau mengandung anak Reno yang kelak akan menjadi anak mereka.
Reno yang baru tiba di kediamannya terkejut melihat Marisa ada di rumah, istrinya sejak kemarin sudah memberi kabar kalau hari ini akan terbang ke Bali.
"Berangkat jam berapa?" tanya Reno.
Marisa tersenyum, "Aku tunda besok." jawab Marisa.
Reno berjalan menuju kamar yang diikuti Marisa. Bukan hal yang baru Marisa menunda keberangkatannya, sehingga Reno tidak menanggapinya lebih jauh lagi.
"Ren, aku punya kabar baik." ucap Marisa.
"Kabar baik apa?" tanya Reno sambil membuka dasi dan kemeja yang dia kenakan.
Belum sempat Marisa menjawab, Reno sudah kembali bicara. "Sebentar hari ini kamu bilang kerumah sakit, apa kabar baik itu kamu bisa hamil?" tanya Reno lagi.
"Aku memang ke rumah sakit, tapi bukan untuk bertemu dokter." jawab Marisa jujur.
"Tapi ini masih tentang anak yang kamu dan keluargamu inginkan." ucap Marisa melanjutkan jawabannya untuk menjelaskan pada Reno.
"Apa itu?" tanya Reno lagi, sambil bersiap ke kamar mandi.
"Aku sudah menemukan wanita yang mau mengandung anak kamu, yang akan jadi anak kita." jawab Marisa.
"Aku lelah, aku tidak ingin membahas masalah itu." jawab Reno lalu masuk ke kamar Mandi.
Sejak awal Marisa punya rencana mencari ibu pengganti, Reno langsung menolak. Setiap Marisa kembali mengungkit masalah itu, Reno selalu menghindar. Reno menginginkan anak dari Marisa bukan orang lain, tapi Reno tidak tahu jika Marisa tidak bisa memiliki anak.
Karir Marisa sebagai model sedang cemerlang dan banyak tawaran, tapi Reno terus mendesak untuk menikah secepatnya atau Reno akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Tidak ingin kehilangan Reno, Marisa menerima lamaran Reno dan mereka menikah.
Tidak ingin karirnya hancur, Marisa memutuskan untuk menunda memiliki anak. Diam-diam Marisa mengkonsumsi obat penunda kehamilan tanpa sepengetahuan Reno.
Kini usia pernikahan mereka memasuki tahun ke tiga, orang tua Reno terus menerornya agar segera memberikan keturunan untuk keluarga Damara. Sayangnya terlalu lama mengkonsumsi obat penunda kehamilan, Marisa mengalami masalah dengan kesuburannya. Segala cara sudah dia lakukan tapi tetap saja tidak bisa, karena sel telur miliknya yang tidak bisa dibuahi.
Ide mencari ibu pengganti menjadi pilihan bagi Marisa, tidak masalah baginya Reno memiliki Istri sirih sampai mereka mendapatkan keturunan. Karena itu kali ini Marisa akan membuat Reno menyetujui permintaannya. Mereka akan memiliki anak walau bukan dia yang melahirkan.
Reno keluar dari kamar mandi dan menemukan Marisa yang menangis. Hal yang tidak bisa Reno lihat jika seorang wanita menangis terlebih lagi itu wanita yang dicintainya.
"Jangan menangis." ucap Reno sambil memeluk Marisa.
"Kamu Tidak setuju dengan permintaan aku, itu berarti kamu setuju dengan permintaan orang tua kamu untuk menceraikanku." ucap Marisa.
Reno terdiam, orangtuanya memang mengancam dia untuk menceraikan Marisa yang tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga mereka.
"Baiklah aku setuju dengan keinginan kamu untuk menikahi wanita yang kamu pilihkan untukku. Jangan menangis lagi." jawab Reno, dia terpaksa karena airmata Marisa.
"Kamu tidak ingin melihatnya terlebih dulu?" tanya Marisa yang langsung tersenyum mendengar jawaban Reno. Marisa tahu kelemahan Reno, dengan air mata Reno akan luluh meskipun itu hanyalah akting untuk meloloskan rencananya.
"Aku percaya dengan pilihan kamu, waktu dan tempatnya juga aku serahkan kamu yang menetukan dan mengurus semuanya." jawab Reno lalu pergi ke ruang kerja.
Marisa segera mengirim pesan pada Nadya, memberitahu calon istri sirih suaminya itu akan menikah besok sore.
"Anjas, besok aku izin pulang lebih cepat bisa?" tanya Nadya begitu dia melihat Anjas masuk ke kamar rawat inap Rosa.
Anjas hampir setiap hari menyempatkan waktu untuk mejengguk Rosa. Selain jarak rumah sakit yang tidak jauh dari tempatnya bekerja, dia juga bisa bersama Nadya lebih lama lagi.
"Aku harus mengurus surat-surat untuk nenek operasi." ucap Nadya lagi memberi penjelasan pada Anjas.
Anjas tahu, jika biaya pengobatan Rosa menggunakan asuransi, maka banyak persyaratan yang harus diurus.
"Tentu saja bisa." jawab Anjas, sebagai manager dia bisa memberikan izin, apa lagi Nadya benar-benar sedang mengurusi neneknya. Tanpa Anjas tahu jika Nadya izin karena akan menikah dengan Reno.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, tapi pengunjung restoran tempat Nadya bekerja masih saja dipenuhi pengunjung. Nadya tidak mungkin meninggalkan restoran yang sedang ramai seperti ini. Sementara dua jam lagi dia akan menikah.
"Mengapa aku jadi gugup seperti ini, ini hanya pernikahan sementara Nadya." gumam Nadya yang pikirannya mulai kacau karena belum bisa meninggalkan restoran. Anjas yang tahu Nadya harus segera mengurus surat-surat pengobatan Rosa menghampiri Nadya, pulang saja tidak apa-apa, nanti aku yang akan menggantikan tugas kamu." ucap Anjas.
Nadya merasa bersalah denga Anjas, "Maaf Anjas aku berbohong, tapi ini demi nenek." ucap Nadya didalam hati.
Pernikahan Reno dan Nadya di laksanakan dengan sangat sederhana. Azam sudah siap sebagai wali yang akan menikahkan Nadya dengan Reno dan akan ada penghulu yang nanti akan membimbingnya. Marisa menentukan kediaman Nadya sebagai tempat pernikahan kedua suaminya, bukan tanpa sebab agar pernikahan ini tidak diketahui keluarga mereka.
Azam mengundang ketua Rt dan tetangga sebelah rumah mereka. Biarpun hanya menikah siri, Azam tidak ingin kakaknya dituduh berzina oleh tetangga mereka. Marisa mengizinkan Nadya dan Azam mengundang Rt dan tetangga mereka. Karena selain menghindari tuduhan yang tidak baik untuk Nadya, mereka juga membutuhkan saksi.
Reno datang ke kediaman Nadya ditemani Marisa dan Kevin manager dan sahabat Marisa serta sopirnya yang akan di jadikan saksi oleh Reno. Tentu saja sang sopir sudah diminta untuk merahasiakan pernikahan ini dari keluarga Reno dan keluarga Marisa.
Reno pernah mengucap ijab kabul saat menikahi Marisa, tapi entah mengapa dia merasa pernikahannya kali ini jauh lebih menegangkan dan membuatnya gugup.
"Ini hanya pernikahan sirih, kenapa aku jadi gugup seperti ini." ucap Reno bicara dengan dirinya sendiri.
"Bagaimana mempelai laki-laki apa sudah siap?" tanya penghulu.
"Siap." jawab Reno meskipun detak jantungnya masih berdegup kencang.
"Saudara Azam apa sudah siap menjadi wali nikah kakaknya?" tanya penghulu pada Azam.
"Sangat siap." jawab Azam.
"Saksi bagaimana, siap?" tanya penghulu lagi.
Penghulu sudah memulai proses ijab kabul, di awali dengan mengucap basmallah dan doa. Ijab kabul pun telah di ucapkan Reno dengan satu tarikan Nafas.
"Sah." ucap pak Rt yang jadi saksi yang diikuti sopir Reno yang juga jadi saksi.
Untuk pertama kalinya Reno melihat Nadya yang berjalan mendekat padanya untuk disandingkan. Wanita yang kini sah menjadi istrinya itu Hanya mengenakan gamis polos berwarna putih tulang dengan hijab berwarna silver. Ditambah polesan make up yang natural, Nadya terlihat cantik alami dimatanya.
Reno mencoba menepis pikirannya tentang Nadya, tapi dia merasa perasaan yang berbeda saat Nadya mencium punggung tangannya.
Reno tidak percaya, jika Marisa memilihkan istri berhijab untuknya, tapi Reno tidak bisa membohongi matanya jika Nadya wanita yang cantik. Apalagi dia merasa ada perasaan yang berbeda saat istri mudanya itu mencium punggung tangannya.
"Tidak, jangan tertipu dengan penampilannya Reno." ucap Reno didalam hati. Menurutnya tidak ada wanita baik-baik yang mau Menjual rahimnya sebagai ibu penganti tanpa mencari tahu alasan Nadya yang sebenarnya.
...🌿🌿🌿...
...Menikah Jadi Istri Kedua...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments