Kembali ke Bandung

Sebelum kembali ke Bandung, Ayu sengaja bersilaturahmi terlebih dulu ke rumah mantan kekasihnya, bahkan Ayu membawa kado pernikahan dan berencana akan mengucapkan selamat juga untuk sang pengantin.

Kini Ayu sudah semakin lega, karena Pak Harun, bapak Ayu selalu memberikan nasihat positif padanya. Kata bapak cara paling cepat move on adalah ikhlas, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini atas kehendak gusti Allah. Sebagai manusia kita mau tidak mau harus menerima luka maupun bahagia yang Allah berikan.

Jam 10 pagi, Ayu sudah sampai di depan rumah Harsa, mantan kekasihnya. Masih terlihat sisa-sisa hajatan kemarin. Ayu menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan sambil membaca basmalah dalam hati.

Belum sempat mengetuk pintu, terlihat ibu dari mas Harsa menghampiri Ayu, lalu memeluknya dengan erat sambil menangis dan meminta maaf. Bu Leha menggandeng Ayu masuk ke dalam rumah, dibawanya Ayu ke dapur lalu kembali memeluk penuh haru.

Ayu yang tadinya tegar akhirnya tidak kuat juga mendengar tangisan bu Leha. Selama pacaran dengan mas Harsa, bu Leha adalah sosok yang sangat baik padanya.

"Sudah Bu, jangan seperti ini, Ayu akan mencoba ikhlas," ucap Ayu sebagai upaya untuk menenangkan bu Leha.

"Sudah Bu." Pak Edi, bapak mas Harsa juga ikut menenangkan bu Leha. Kebetulan dapur sepi, hanya ada bu Leha dan pak Edi. Sepertinya keluarga mas Harsa sudah kembali ke rumah masing-masing. Hajatan juga memang sudah selesai.

Ayu mengajak bu Leha duduk di bale dapur. Bu Leha meminta maaf pada Ayu karena tidak bisa mendidik putranya dengan baik, hingga akhirnya harus menikahi tetangga sebelah.

"Ayu memaafkan Bu, mungkin saja mas Harsa sudah ingin secepatnya berumah tangga. Ayu juga salah karena terlalu lama membuat mas Harsa menunggu," ucap Ayu berusaha berpikir dewasa.

"Entahlah, Harsa sedang kerasukan setan atau bagaimana, kenapa dia bisa sebejat itu, ibu malu pada semua orang, terlebih padamu Yu," ucap bu Lela yang bicaranya terbata-bata karena terus saja terisak.

Ayu tidak paham dengan ucapan bu Leha mengenai mas Harsa yang kesurupan dan bejat, padahal selama ini mas Harsa adalah sosok yang baik, tidak pernah neko-neko, ibadahnya juga rajin.

"Kenapa ibu malu, mas Harsa orang baik bu."

"Jika dia baik, tidak mungkin sampai menghamili Mira." Ucapan bu Leha bagaikan petir di siang bolong yang menyambar hati Ayu.

Seseorang yang sangat ia percaya ternyata selama ini berkhianat. Ayu bahkan tidak menyangka jika mas Harsa sampai melakukan perbuatan serendah itu. Andaikan saja alasan pernikahan kemarin karena tidak kuat menjalani hubungan jarak jauh atau memang karena terlalu lama menunggu, Ayu akan sangat faham dan memaafkan dengan segala kerendahan hati.

Tapi ternyata, alasan pernikahan mas Harsa karena hal di luar pemikirannya. Ternyata mencintai seorang pria seperti menggenggam sebongkah pasir. Tidak tahu kapan ia akan keluar dari sela-sela jari.

"Sekarang mas Harsa di mana Bu? Ayu mau memberikan ini dan mengucapkan selamat," ucap Ayu berusaha setenang mungkin walaupun di dalam hatinya sedang bergemuruh.

"Harsa sedang silaturahmi ke rumah saudara-saudara Mira, kirim makanan ke tetua," jawab bu Leha. Ia lalu mengusap lengan Ayu, mendoakan semoga Ayu mendapatkan jodoh yang baik, digantikan dengan yang lebih baik dari Harsa.

Karena mas Harsa tidak ada, akhirnya Ayu pamit pulang, nanti sore sudah harus kembali ke Bandung, harus semangat melanjutkan hidup dan masa depannya.

Ayu percaya Allah Maha Tahu apa dibutuhkan hamba-Nya. Termasuk untuk urusan jodoh. Allah tak serta merta memberikan apa yang diinginkan oleh hamba-Nya, tetapi Dia akan menyiapkan dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya.

Ayu menitipkan kado untuk mas Harsa pada bu Leha. Ia lalu pamit pulang serta berpesan bahwa dirinya akan tetap menganggap bu Lela sebagai saudara, tak ada keinginan sedikitpun untuk memutus silaturahmi pada keluarga ini.

Bu Leha juga demikian, jika waktunya sudah senggang, akan bersilaturahmi ke rumah orangtua Ayu, ingin meminta maaf juga karena ternyata takdir berkehendak lain, tidak bisa melanjutkan rencana besanan yang sudah diimpikan sebelumnya.

☘️☘️☘️

"Yu, kamu mau bawa apa buat ngasih oleh-oleh Ajeng nanti," tanya bu Fatimah. Padahal ia sudah menyiapkan beberapa bekal untuk putrinya, tapi siapa tahu Ayu ingin sesuatu.

"Seadanya saja Bu, kan Ayu juga pulang nggak lama, bukan berlibur juga."

"Oh ya sudah, ibu sudah siapkan beberapa makanan, sudah ibu kemas juga dalam kardus, kamu nanti tinggal bawa. Pokoknya kalau ada apa-apa kabari ibu yah. Ayu hanya merespon dengan Anggukan.

"Bu, apa ibu tahu jika mas Harsa menikah karena kecelakaan?" Ayu penasaran apakah ibunya sengaja menyembunyikan banyak hal darinya.

Bu Fatimah mengangguk lalu bercerita jika dirinya tahu semua. Rumah Harsa tidaklah jauh, hanya tetangga desa, kabar itu menyebar dari mulut ke mulut hingga sampailah ke telinga bu Fatimah.

Saat itu perasaannya juga sakit karena membayangkan putri semata wayangnya, ingin marah dan meminta penjelasan pada Harsa, namun dicegah oleh suaminya. Status masih berpacaran, jadi tidak berhak untuk meminta penjelasan. Ayu bukan tanggung jawab Harsa jadi untuk apa meminta penjelasan.

Ayu faham, dari dulu entah kenapa bapak tidak mau akrab dengan mas Harsa, ternyata firasat bapak begitu kuat.

Bu Fatimah dan pak Harun sengaja tidak memberitahu Ayu karena takut mengganggu konsentrasi belajarnya di kampus. Ayu adalah harapan satu-satunya, kebanggaan bu Fatimah dan pak Harun.

***

Sore harinya pak Harun mengantar putrinya ke terminal. Pak Harun selalu berpesan agar Ayu fokus terlebih dulu pada pendidikannya, keinginan orangtua adalah melihat anaknya sukses dan memiliki masa depan cerah. Masalah jodoh, bisa dicari nanti saat sudah waktunya.

Ayu sadar, selama ini prioritasnya sudah terbagi, ada penyesalan tersendiri dalam dirinya. Orangtuanya sudah berjuang memberikan pendidikan tinggi di tengah kepercayaan masyarakat tentang tidak penting perempuan sekolah tinggi. Namun orangtua Ayu menepis prinsip itu, tapi Ayu sendiri malah membagi fokusnya pada hal yang belum tentunya membuatnya bahagia.

Kata Bapak semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, Tenang saja, dibalik segala ujian dan cobaan pasti terselip hikmah didalamnya. Hikmah yang menjadi pelajaran berharga bagi perjalanan hidup. Hikmah yang bisa merubah sikap buruk di masa lalu, sehingga bisa menjadikannya lebih baik di masa depan. Hikmah yang menjadi bekal untuk meneruskan perjalanan hidup, karena sejatinya hidup ini adalah sebuah perjalanan yang harus dinikmati dan dilalui dengan baik.

Ayu merasa beruntung memiliki bapak yang bijak dan sangat baik, kini saatnya Ayu yang akan berusaha menunjukkan yang terbaik untuk kedua orangtuanya.

Bus yang akan Ayu tumpangi sudah datang, Pak Harun mengantar putrinya sampai ke dalam bus, ia berniat akan menunggui Ayu hingga bus berangkat menuju Bandung.

"Pak, maafkan Ayu yah selama ini, terima kasih untuk semua yang sudah bapak berikan, maafkan Ayu jika sudah mengecewakan."

Pak Harun berdecak lalu mengusap rambut lebat putrinya, "Memberikan yang terbaik sudah menjadi kewajiban bapak, manusia itu tempatnya salah, Nak. Yang terpenting adalah mau memperbaiki. Sudah pokoknya saat ini fokus saja belajar yah." Ayu mengangguk mantap.

(Jangan lupa like komen dan Vote, komentarmu semangatku pokoknya, salam sayang semuanya)

Oh ya jangan lupa mampir juga nih ke novel temen emak.

Terpopuler

Comments

w⃠Amy ✰͜͡ṽ᭄

w⃠Amy ✰͜͡ṽ᭄

ternyta harsa lemah iman pemirsa

2023-03-13

2

Nanda Lelo

Nanda Lelo

ternyata bener y,, MBA MBA si mas Harsa n mbak Mira tuh,,

ish ish iisshh

2022-11-01

0

run

run

hebat ya ayu,,,,tp bener jangan meratapi yg bukan jodoh kita,,,

2022-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!