Lima orang lelaki melangkah memasuki lantai dua restoran. Pelayan yang ada disana buru buru menghindar. Mereka berdiri sejenak dan mengedarkan pandangan sadis keseluruh ruangan.
Orang orang yang makan di lantai dua adalah golongan pendekar. Namun satu persatu dengan agak terburu meninggalkan meja mereka. Semua keluar dari restoran. Kebanyakan wajah mereka seperti ketakutan.
Tiga orang dari menuju meja yang ditempati seorang wanita tiga puluhan dan seorang gadis remaja. Wanita berpakaian merah itu berwajah cantik dengan bentuk tubuh yang sangat memikat. Namun wajah cantik itu selalu tampak dingin. Hanya ketika bicara dengan gadis remaja itu mukanya berubah lembut.
Dua yang lain melangkah ke meja Lindu dengan wajah garang. Seorang dari mereka membentak dengan suara keras.
"Tinggalkan mejamu bocah...!"
Lindu cuek aja. Bentakan orang itu seolah tidak pernah ada. Dia terus menikmati makanan dihapannya. Meski begitu Lindu sudah menditeksi tingkatan kelima pria yang baru masuk.
Pemimpin rombongan tingkat pendekar bumi awal, kemudian seorang pendekar raja menengah dan tiga pendekar emas di level awal dan menengah. Tingkatan yang lumayan tinggi untuk kalangan pendekar. Pemimpin rombongan itu malah lebih tinggi tingkatannya dari wanita tiga puluhan
Jauh di padepokan sekte Elang Barat di pantai Sunua. Seorang lelaki berdiri didepan tiga kuburan. Lelaki itu berdiri dengan bahu turun seakan menanggung beban yang sangat berat. Menarik dan menghembuskan nafas panjang berulang kali.
"Maafkan abak Mayang. Sampai hari ini abak belum menemukan Lindu. Bahkan khabar, maupun jejak Lindu tidak pernah ada. Tapi abak percaya, Lindu masih hidup."
Lelaki itu, Tuanku Nan Sati si Alang Bangkeh. Patriak sekte Alang Barat, salah satu dari sembilan sekte besar yang ada di benua emas.
Alang Bangkeh saat berada di tingkatan pendekar langit puncak. Sudah tujuh tahun ia berusaha menerobos ke tingkatan pendekar Suci. Namun masih terus gagal.
Selama sebelas tahun ia terus mencari cucunya namun tidak pernah bertemu. Bahkan beritanya pun tak pernah ada. Lindu seakan lenyap begitu saja.
Alang Bangkeh telah mengutus sangat banyak murid Alang Barat untuk menemukan Lindu. Bahkan kepada setiap murid yang menjalankan misi sekte, Alang Bangkeh selalu berpesan untuk mencari info tentang cucunya. Dan sebelas tahun sudah berlalu, tidak pernah ada secuil beritapun yang didapat. Namun Alang Bangkeh selalu berkeyakinan dalam sanubari, cucunya masih hidup. Karena itu sampai sekarang dia masih tetap berupaya mencari cucu satu satunya.
Tuanku Nan Sati terus menatap kuburan putri tunggalnya.
---**
Merasa diabaikan, kedua pria itu menjadi marah. Pria yang berteriak meggebrak meja dilampiri energi mendalam.
Duagh....!!
"Aaagrh.....!!"
Iya langsung berteriak kesakitan. Meja kayu biasa itu, yang seharusnya hancur berkeping keping, tidak lecet sedikitpun. Meja kayu sederhana itu terasa sekeras baja. Lindu menyalurkan energi mendalam melalui kakinya ke meja.
Pria itu merasa malu dengan kejadian itu. Dia menganggap kejadian itu sebuah kebetulan. Membentak Lindu dengan garang.
"Sebutkan namamu bocah, biar kubur mu bisa ku minta orang mengukir nama mu disana."
Lindu tetap saja mengunyah dendeng batokok yang gurih dengan nimatnya. Pria itu semakin marah. Mukanya menjadi merah seperti udang rebus. Tak bisa menahan amarah lagi, pria itu langsung menyerang Lindu. Tidak tanggung tanggung, pria itu menyerang Lindu dengan pukulan harimau menghar gunung.
Angin tajam menderu menuju pelipis Lindu. Semua orang yang berada disana berfikir kepala anak muda itu akan hancur berantakan. Gadis remaja yang duduk bersama perempuan berbaju merah, menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
Tapi apa yang dipikir semua orang tak pernah terjadi. Semua orang masih melihat anak muda makan dengan santai. Tiba tiba muncul aura kematian dan pria itu terbang melayang menabrak dinding jauh dibelakangnya. Lengan kanannya putus dan lehernya ada garis halus sangat rapi. Seperti dipapas dengan pedang yang sangat tajam. Garis halus setengah batang leher itu tampak merah oleh darah yang hanya sedikit dan membeku.
Mati...!
Semua terbelalak. Hening, tidak ada satu orangpun yang bersuara.
Rombongan pria itu melihat keliling mencari makhluk mana yang sudah menolong pemuda itu.
"Mencari apa...?"
Lindu memecah keheningan. Pria yang jadi pemimpin rombongan menatap Lindu sangat tajam. Amarah membakar dadanya. Aura kematian merembes kuat terpancar. Semua yang berada diruangan merasa ditimpa beban berat dan sulit bernafas. Pelayan yang berdiri dekat pintu sudah jatuh pingsan. Gadis remaja berpakaian warna lila sudah sangat pucat dan meringis. Meski sudah dilindungi wanita disebelahnya.
Namun Lindu tidak terpengaruh. Lindu melihat pria itu dengan alis mata kiri terangkat keatas. Pria itu menunjuk Lindu.
"Kau harus Mati bocah.
Berani membunuh anggota Iblis Tambun Tulang.
Sebutkan siapa nama mu ?"
Mendegar sekte Iblis Tambun Tulang, Lindu terdiam. Wajahnya jadi galau. Lindu teringat abak dan madehnya yang dibunuh dan dirampok sekte Iblis Tambun Tulang. Lindu juga teringat wejangan gurunya agar tidak terjebak dalam lingkaran dendam.
Sesunguhnya sudah ada ketetapan bahwa setiap makhluk hidup pasti akan mati. Bagaimana cara kematian itu datang pada setiap sudah ada ketentuannya. Apakah mati diusia muda atau tua, mati secara tiba tiba atau di dahului oleh sakit. Atau mungkin mati dengan tenang atau karena dibunuh. Semua itu sudah ditetapkan di langit.
Kalau sudah begitu, kenapa harus ada dendam. Ketika ada keluarga atau orang yang kita kasihi mati dibunuh, karena rasa dendam kita balik membunuh. Keturunan atau pun kawan dari orang yang kita bunuh juga dan dengan berbagai cara juga berusaha membunuh kita. Itu akan terus berlanjut seperti satu lingkaran setan yang tidak akan ada habisnya.
Lalu bagaimana ?
Apakah kalau begitu orang orang jahat dibiarkan saja berbuat diluar alur dan patut ?
"Basmi semua bentuk kejahatan yang ada. Bukan karena benci atau dendam. Tapi untuk menegakan kebenaran di dunia Alam Persada ini."
masih sangat jelas wejangan gurunya Dewa Tanpa Bayangan.
Melihat wajah galau Lindu, pria itu merasa di atas angin. Dengan jumawa dia berkata...
"Kalau raja akhirat bertanya, katakan Arit Setan yang mengirim mu."
Lindu tersenyum sinis. Arit Setan tanpa babibu menerjang Lindu dengan sepasang arit di tangannya. Arit itu bewarna hitam dan ungu gelap, tanda mengandung racun mematikan. Serangan itu sangat cepat dilampiri energi mendalam yang sangat besar.
Lindu menghilang dan kursi bekas duduk terpotong potong oleh angin arit.
"Hm... lumayan juga kau bocah. Terima ini..."
Arit Setan menyerang Lindu dengan ganas. Tapi Lindu selalu mampu berkelit. Sampai pada satu kesempatan, tinju Lindu menghantam dada Arit Setan.
Desss...!!
Arit Setan terjengkang. Meja dan kursi hancur tertimpa tubuhnya. Arit Setan memberi perintah ke anak buahnya untuk segera membunuh Lindu.
Empat orang itu menyerang Lindu bersamaan.
Semua serangan itu dengan mu dah dimentahkan Lindu. Dia sengaja mengulur waktu agar punya bayangan seberapa kuat sekte Iblis Tambun Tulang. Dari yang Lindu tau, Sekte Tambun Tulang adalah sekte nomor lima terkuat dari tubuh sekte besar golongan hitam. Setelah bertarung sekitar lima belas menit Lindu merasa sudah cukup.
"Bersiaplah kalian untuk pergi keakhirat..."
Begitu kalimat itu selesai terucap, terdengar suara...
Jress...
Jress...
Jress...
Slash...
Dug... dug... dug...
Kepala Arit Setan dan dua anak buahnya serta satu tangan berserakan di lantai. Seorang anak buahnya yang masih hidup merintih menahan sakit. Satu lengan nya buntung. Hampir tidak ada darah yang menetes. Setiap bagian yang terpotong itu langsung membeku.
"Katakan pada Patriak mu, tidak usah mencariku, aku pasti akan datang untuk menghancurkan sekte Iblis Tambun Tulang."
Pria itu menatap Lindu dengan sorotan mata penuh dendam.
"Kau tunggu pembalasan kami bangsat"
pria itu mendesis penuh hawa membunuh. Ia melenting dan menghilang melalui jendela yang terbuka lebar.
Lindu mengambil kantong ruang milik mereka yang mati. Selain milik Arit Setan, tiga kantong ruang itu berukuran kecil. Hanya punya ruang penyimpanan seluas satu meter kubik. Setelah menyimpan tiga kantung ruang ke cincin semesta, Lindu melihat isi kantung ruang yang tersisa ditangannya. 200 keping dinar atau uang emas, 1000 keping dirham atau uang perak. Beberapa pil dan 50 batu spirit kelas rendah.
Lindu menyerahkan 50 keping dinar ke pemilik restoran, untuk mengganti semua kerugian yang muncul. Pemilik restoran awalnya menolak. Setelah dipaksa Lindu, akhirnya 50 keping emas itu diterima nya.
"Terimakasih pendekar..." ucapnya sambil membungkukan badan.
"Tolong kuburkan mayat mayat itu paman"
Lindu menyerahkan 10 keping dirham kepada pemilik restoran.
"Ini berikan untuk orang yang menguburkan mayat itu"
"Baiklah...
Oh ya, pendekar jadi nginap disini ?"
Setelah mendapat kepastian, pemilik restoran menyerahkan kunci kamar pada Lindu.
Pemilik restoran memerintah pelayannya mengantar Lindu ke kamarnya.
\=\=\=***\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
jago
cerita nusantara
2023-07-10
0
ais adam
Keren ceritanya
2023-03-22
0
Wak Jon
Pertarungan pertama
2022-12-27
1