Bahri terhempas dan memuntahkan banyak darah. Organ dalamnya seperti bergeser dan terluka. Sebelum sempat bangun, serangan susulan Kalo Mantiko sudah sangat dekat. Sudah tidak mungkin lagi untuk menghindar ataupun menangkis.
"Hanya sampai disini umurku"
Bahri mendesah pasrah dalam hatinya. Lalu memejamkan kedua matanya. Ia mendengar bunyi benturan keras, tapi tidak merasakan apapun.
"Dug...!!"
Serangan Kalo Mantiko ditahan oleh pendekar Golok Bercagak.
Bahri membuka matanya, melihat Datuk Kayo Baso menghunus goloknya berhadapan dengan Kalo Mantiko.
Datuk Kayo Baso menyerang. Goloknya bergerak naik turun seperti ombak menghempas karang susul menyusul. Tapi semua serangan itu dengan mudah di mentahkan Kalo Mantiko. Bahkan...
Duugh...! Bugh !
serangan balasan Kalo Mantiko bersarang ke perut dan pundaknya dan Datuk Kayo Baso tersurut sampai tiga tombak.
Ia kembali menata kuda kuda menyerang. Menyalurkan tenaga mendalam ke goloknya. Golok bercagak itu mendengung dan menjadi putih berkilau. Itu menandakan golok bercagak adalah senjata pusaka kelas bumi tengah.
Senjata dibagi dalam empat kelas, yaitu :
- pusaka tingkat Fana
- pusaka tingkat Bumi
- pusaka tingkat Langit
- pusaka tingkat Nirwana
- pusaka tingkat Legenda
Setiap kelas itu dibedakan atas tiga tingkatan lagi yaitu awal, tengah dan puncak.
Datuk Kayo Baso menyerang dengan tiga serangan dilampiri tenaga mendalam besar. Tiga berkas siluet tajam melesat menuju arah kepala, leher dan perut Kalo Mantiko.
Melihat serangan kuat itu, Kalo Mantiko bergerak menyongsong serangan. Tubuhnya, diselimuti oleh kabut tipis sambil melepas pukulan.
Dung....
Dung....
Dung....
Plak..! Dess...!!
Serangan Datuk Kayo Baso tidak ditangkis tapi ditahan oleh kabut tipis yang menyelimuti Kalo Mantiko. Satu pukulan nya berhasil ditepis Datuk Kayo Baso, tapi pukulan yang lain tak berhasil dihindari dengan baik dan menghantam pundak nya. Ia jatuh terhempas bergulingan dan langsung menyerang lagi.
"Badai Beliung Bacagak"
Teriakan Datuk Kayo Baso, golok bercagak diputar kencang membentuk angin pu**** beliung dengan Datuk Kayo Baso sebagai pusatnya.
Serangan itu bergerak sangat cepat menerjang Kalo Mantiko. Serangan dibungkus angin pu**** beliung menderu mengaung menakutkan. Tidak mungkin menghindari lagi serangan itu, Kalo Mantiko menyambut nya dengan ajian Gampo Bumi.
Drrrtt...
Ddrrrtt...
Dhuuaarr...!!
Ledakan dahsyat terjadi ketika dua jurus tingkat tinggi bertemu. Datuk Kayo Baso terlempar sampai sepuluh tombak dan terbatuk mengeluarkan seteguk darah. Kalo Mantiko hanya terdorong dua tombak dengan kuda kuda yang masih kokoh.
"Tenaga mendalam nya satu tingkat lebih tinggi"
Datuk Kayo Baso mendesis dan mengeluh dalam hati.
Melihat kondisi itu, Bahri langsung menyerang Kalo Mantiko. Merasakan ada angin tajam menuju tengkuknya. Kalo Mantiko berputar menepis golok dan menyarangkan pukulan berisi ajian Gampo bumi ke dada Bahri.
Bugh...!!!
Kratak tak....!!!
Terdengar bunyi nyaring tulang dada patah. Bahri terhempas jauh dan tak mampu bangkit lagi. Tewas dengan dada remuk. Itulah efek yang ditimbulkan oleh ajian Gampo bumi karena energi yang sangat besar.
Disisi lain semua anggota pengawal sudah tergelimpang. Tak ada satupun yang kelihatan masih bernyawa. Anggota perampok hanya dua orang yang tewas. Sisanya semua menonton pertarungan pimpinan mereka dengan pendekar Golok Bercagak.
"Apa lagi yang kalian tunggu. Rebut semua pedati itu."
Kalo Mantiko memberi perintah ke anak buahnya. Mereka segera merapat menuju pedati.
Melihat itu Dewi Selendang Maut menyerang anggota perampok setelah menaruh anaknya dekat kusir pedati.
Ctar....!!
Ctar....!!
Dua anggota perampok terlempar dengan luka di mukanya. Perampok itu bangkit lagi dan menyerang.
"Mati kau ******...!"
Berbagai jenis senjata, golok, pedang dan tombak menuju titik lemah tubuh Mayang. Perempuan itu menyalurkan energi mendalam dan selendang menjadi lurus dan kaku. Keras bagai batang besi. Memutarnya bagai kintiran menangkis semua serangan yang datang.
Trang...!!
Trang... Tring...!!
Usai menangkis selendang kembali lentur menotok leher salah satu perampok.
Tuk..!! perampok itu langsung terhempas dan mati. Kematian satu dari mereka menjadikan para perampok itu makin menggila menyerang Mayang. Namun nama Dewi Selendang Maut memang tidak kaleng-kaleng.
Pertarungan terus berlangsung. Anggota perampok yang tewas sudah empat orang. Namun para perampok tetap menyerang dengan ganas. Lima anggota perampok yang ilmunya lebih tinggi dari yang lain, melakukan serangan jarak dekat. Mayang yang ahli bertarung dengan berjarak mulai keteteran dan terdesak.
Kalo Mantiko bergumam "membelah langit", jari tangannya membentuk capit leher Datuk Kayo Baso. Pendekar dari daerah pesisir mencoba menghindar. Akan tetapi kurang cepat, pundak kanannya terkoyak lebar. Darah mengucur deras dari luka itu.
Golok Bercagak mendengus, ia menyusun kuda kuda menyerang. Setelah mengempos energi mendalam, Golok Bercagak menyerang. Dua siluet tajam menderu ke Kalo Mantiko. Namun serangan itu luput, Kalo Mantiko tiba tiba menghilang dan muncul dibelakang Golok Bercagak. Satu tebasan kuat menghantam tengkuk Golok Bercagak. Disusul tendangan mencangkul menghantam ubun ubunnya.
Deezzz....!
Dugg....!!
Golok Bercagak tersentak dan jatuh terhempas. Darah meleleh dari telinga, hidung dan matanya. Saat ia mencoba bangkit, lehernya koyak oleh capit Kalo Mantiko.
Craakk....!!
Pendekar Golok Bercagak yang pernah malang melintang di daerah pesisir dan darek terkulai. Tewas ditangan Kalo Mantiko.
" Ajooo.....!!"
Mayang si Selendang Maut berteriak histeris. Ia mengamuk sejadi jadinya. Tiga perampok segera terhempas mati dengan tengkorak retak. Namun sebuah pukulan keras menghantam punggungnya.
Buacgh....!!
Dewi Selendang Maut terhempas menghantam tanah yang langsung retak retak membetuk jaring laba laba.
"Huek....!"
Mayang muntah darah. Ia bangkit namun sedikit gemetar. Ga tau dia gemetar karena amarah yang terlalu besar atau mulai lemas.
Kalo Mantiko kembali datang menyerang dengan kecepatan tinggi.
"Gampo Bumi" dia bergumam. Lapisan udara tiba tiba pecah dan dua pukulan menghantam dada dan kepala Mayang. Perempuan itu terpelanting, jatuh dekat pedati dimana anaknya berada.
Dewi Selendang Maut mengalami luka teramat parah. Tidak memungkinkan lagi untuk diselamatkan. Ia mencoba berdiri tapi sudah tidak mampu.
Mayang memaksakan diri untuk bertumpu dengan lututnya. Air mata mengucur di pipinya, merah bercampur darah. Perempuan itu menatap putranya dengan hati penuh perasaan duka.
Mulutnya bergerak gerak seakan berkata,
"maafkan mandeh nak, semoga surga menjaga mu"...
Tapi suara nya tak pernah keluar. Hanya sedikit erangan. Sesaat kemudian ia jatuh tengkurap. Nyawanya berpisah sudah dengan jasad nya.
Lindu Alam tiba tiba tersentak dan meraung pilu.
" Mandeeeeh.....!!!"
Bocah itu melayang kearah mandeh nya. Ia menggoncang tubuh mandeh nya berkali kali. Tapi tubuh mandeh nya sudah tidak merespon lagi.
Lindu Alam berdiri dengan kaki terpentang. Ia menatap ke Kalo Mantiko. Matanya mencorong amat tajam, Kalo Mantiko tergugu dan merinding.
"Aku akan membunuh mu sampai linyak" dengan suara anak anak yang sedikit cadel.
"Anak setan, ku bunuh kau..."
Kalo Mantiko bergumam sambil menyerang Lindu Alam. Bocah itu tidak bergeming melihat serangan Kalo Mantiko.
Kalo Mantiko kaget, karena tiba tiba Lindu menghilang hanya sejengkal sebelum serangan nya menemui sasaran. Ia segera memutar badannya dan melihat Lindu berjarak sepuluh tombak darinya.
Bocah itu tetap menatapnya dengan mata mencorong. Seorang pria setengah baya berdiri disampingnya. Kalo Mantiko merasakan hawa mantagi teramat besar dan kuat menekannya. Punggung langsung basah oleh keringat dingin.
Pria setengah baya itu menatap Kalo Mantiko dengan tenang. Tapi Kalo Mantiko bergetar hebat jiwanya. Dadanya bergemuruh oleh detak jantung yang tidak teratur. Kalo Mantiko menarik nafas dalam dan berusaha menenangkan hati nya. Ketika ia mau berkata, pria setengah baya itu lebih dulu berucap...
"Cukup Mantiko, karma atas perbuatan mu pasti akan kau terima."
Zleepp....
Pria itu menghilang bersama Lindu. Kalo Mantiko melihat itu bergumam pelan agak mendesis...
"Dewa Tapa Bayangan" Punggungnya basah oleh keringat dingin.
Ya, pria itu adalah Dewa Tanpa Bayangan. Ia seorang manusia super sakti dan sangat terkenal di seantaro dunia. Meski penampakan nya tampak setengah baya, usia dari Dewa Tanpa Bayangan sudah sangat tua. Mungkin lebih dari lima ratus tahun. Sepanjang catatan sejarah rimba persilatan, tak pernah ada yang mampu melawan bahkan mengimbangi Dewa Tanpa Bayangan.
Kalo Mantiko masih menatap ketempat menghilang nya Dewa Tanpa Bayangan dan Lindu. Punggung nya kuyup dan di pelipisnya menetes keringat dingin.
\=\=\=***\=\=\=
Note :
- Mandeh \= Ibu, dari bahasa Minang.
- Abak \= Ayah
- Linyak \= Hancur seperti bubur
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Zainal Tyre
tambo ciak....
2023-04-06
0
Wak Jon
👌👌👌👌👌👌👌👌
2022-12-26
1
anggita
dewi selendang maut.
2022-12-05
1