Bab5. Siapa Lagi Jika Bukan Kekasihmu?
***
"Kenapa kamu menyuruhku kemari pagi-pagi, sampai harus mandi di rumahmu?" tanya Septian ketika dia telah tiba di rumah Erlangga.
Lelaki itu memijit pelipisnya, merasa pusing harus berbuat seperti apalagi. Mamanya menyuruhnya untuk menikah sedangkan Nina tetap pada pendiriannya tidak ingin menikah dulu.
"Kamu tahu Mama ku menyuruhku untuk menikah," ucap Erlangga dengan lesu. Septian tampak terkejut dan menegang. Namun, sebisa mungkin dia menyembunyikan perasaan itu.
"Lah bagus dong," sahut Septian, mencoba memberikan dukungan untuk Erlangga.
"Masalahnya Nina tidak mau menikah denganku, lalu aku menikah dengan siapa jika bukan dengan dia. Benar-benar wanita itu membuatku pusing," resah Erlangga dengan mengembuskan napas kasar.
"Kenapa harus bingung, siapa lagi jika bukan kekasihmu itu Nina, pasti Tante Ella akan menikahkan kalian," timpal Septian lagi, namun Erlangga beranjak dari kursinya dan menyuruhnya untuk mengikutinya. Erlangga tampak enggan untuk membicarakannya.
Ketika mereka akan menuju ruang makan, dan berpapasan dengan Ella juga Allura, Septian mengernyit. Mengingat dia tidak tahu dan baru bertemu dengannya hari ini.
"Siapa dia," tanya Septian dalam hatinya.
"Eh, Tian, tumben pagi-pagi sudah di sini?" tanya Ella menyapa Septian.
"Iya Tante, ada pekerjaan yang mengharuskan aku kemari pagi-pagi," jawab Septian sembari tangannya menggaruk tengkuknya. Ella hanya tersenyum menanggapi lalu berpamitan pada keduanya untuk mengantarkan Allura kedepan.
Ella sebenarnya ingin Allura menginap selama beberapa hari lagi, tetapi dia sudah berjanji hanya satu hari. Dia tidak ingin membuat gadis itu kapok.
Sedangkan Allura masih terbayang saat dirinya di tolong oleh Erlangga. Kenapa perasaan aneh itu muncul secara tiba-tiba? Tidak mungkin bukan jika dia jatuh hati pada pandangan pertama?
Setelah sampai di depan pintu mobil, Allura malah melamun. Ella mencoba menyadarkannya dengan menepuk bahu Allura, gadis itu terperanjat dan mulai berpamitan pada Ella, dan meminta maaf karena telah melamun.
Setelah menempuh perjalanan akhirnya Allura sampai di panti asuhan. Dia langsung menuju ruangan sang Mama karena Sinta telah memintanya untuk menemuinya ketika Allura pulang dari rumah Ella.
Allura mengetuk pintu terlebih dulu, Memanggil Sinta sampai wanita itu mengizinkannnya untuk masuk. Setelah mendapatkan izin Allura memutar knop pintu, lalu masuk kedalam.
"Duduk sayang," pinta Sinta pada anak semata wayangnya. Jujur ini sangat berat untuknya akan tetapi ini juga harus dia sampaikan pada Allura.
Cukup lama Sinta hanya memandang anaknya tanpa berkedip membuat Allura kebingungan. Sebenarnya masalah apa yang tengah disembunyikan wanita yang telah melahirkannya itu? Bukannya sebuah lontaran yang Allura dengar, akan tetapi tarikan napas kasar yang berulang-ulang Sinta lakukan membuat Allura khawatir.
"Ada apa sih, Ma. Kenapa gelisah seperti itu? Ada masalah?" tanya Allura akhirnya membuka percakapan. Dia sudah tidak bisa menahan rasa keingin tahuannya yang membuat sang Mama gelisah seperti itu.
Namun, bukan jawaban lagi yang di dapat Allura, melainkan embusan napas berat lagi yang dilakukan oleh Sinta. Akhirnya Allura beranjak dari kursinya dan mendekati Sinta yang tengah bimbang.
Allura pun memijit pundak sang Mama agar dia rileks dan bisa memberikan jawaban atas pertanyaannya. Setelah beberapa menit pundaknya dipijit Sinta menengadah menatap bola mata anaknya dengan lembut.
"Al," panggil Sinta dengan bibir yang bergetar. Sebenarnya dia tidak ingin perjodohan ini tetjadi akan tetapi jika mengingat jasa Ella terhadapnya tidak mampu dia membalasnya.
"Sebenarnya Mama tidak ingin mengekang masa depanmu, Nak. Tetapi Ella sahabat Mama yang menjadi orang penting dalam mendirikan panti ini membuat Mama tidak bisa menolaknya, Nak. Entah Mama harus memberikan dua pilihan atau tidak, yang pasti kamu harus bisa dan mencoba menerimanya," ucap Sinta panjang lebar.
"Ada apa, Ma?" tanya Allura yang semakin penasaran.
"Ibu Ella ingin kamu menjadi menantunya, Nak. Sedangkan Mama tidak bisa menolaknya, tapi jika kamu tidak mau Mama bisa menjelaskannya pada dia. Dia pasti bisa mengerti karena cinta tidak bisa dipaksakan." Sinta mencoba menenangkan agar itu semua tidak menjadi beban Allura.
Allura sejenak membeku, dia mengingat ulang lagi saat Erlangga menolongnya. Namun, bayangan saat Erlangga dan wanita yang bermesraan dengannya membuatnya tersadar. Apakah dia akan menjadi perusak hubungan orang? Apalagi tampaknya Erlangga sangat mencintai Nina.
"Aku harus pilih yang mana? Tidak atau ya? Jika tidak aku tahu betul jasa Bu Ella terhadap Mama. Tetapi jika aku menerima bagaimana hubungan mereka," batin Allura merasa berat untuk memilih. Di satu sisi dia merasa cocok dengan Erlangga akan tetapi lelaki itu telah mencintai wanita lain.
"Nak, jika kamu tidak mau biar Mama bicarakan lagi dengan Ella. Pasti dia akan mengerti," ucap Sinta. Semoga saja Ella bisa mengerti dengan keputusannya. Sinta tidak bisa menolak, tetapi kebahagiaan anak baginya adalah yang utama.
"Mmm, Al pikir-pikir dulu ya, Ma. Butuh waktu juga apalagi ini tentang pernikahan," jawab Allura sembari memberikan senyuman pada Mama nya. Meski hatinya kini sedang kalut.
"Al, kekamar dulu ya, Ma." Allura berpamitan dari ruangan Sinta. Dia berjalan keluar ruangan dan menuju kamarnya. Sepanjang jalan menuju kamarnya penuturan sang Mama masih terngiang-ngiang di indra pendengarannya.
Embusan napas kasar pun berulang-ulang keluar dari mulut Allura. Perasaannya yang tidak menentu kembali teringatkan lagi pada Erlangga.
"Apa mungkin orang yang akan menikahi kita bisa mencintai kita, saat pernikahan itu terjadi tanpa di dasari cinta dan saling ketertarikan hati?" gumam Allura sembari merebahkan tubuhnya di ranjang saat dia telah sampai di kamarnya.
"Yasudahlah, aku terima saja. Aku tidak mau kalau panti ini menjadi jaminan jika aku tidak mau menjadi menantunya. Semoga suatu saat nanti anaknya bisa menerima aku dan mencintaiku," ujar Allura lagi berbicara seorang diri.
***
"Gadis itu siapa Lan?" tanya Septian penasaran. Entah mengapa feelingnya berkata jika gadis itu akan menjadi bagian penting dari cerita hidup Erlangga.
"Entahlah, Mama membawanya dari mana. Aku tidak ingin tahu dia siapa dan berasal dari mana," jawab Erlangga sekenanya.
"Kalau dia menjadi calon istrimu bagaimana? Kamu tentu harus mengenalnya lebih dekat bukan," ucap Septian memanas-manasi Erlangga. Dia bahkan meledek Erlangga yang tengah makan dengan lahap.
"Sudah diam, ini sedang makan. Berisik sekali kau Tian," geram Erlangga yang rasanya ingin menjitak Septian.
Setelah menyantap sarapan paginya, Erlangga dan juga Septian berjalan beriringan menuju ke lantai dua. Septian berjalan menuju kamar tamu untuk membersihkan dirinya.
Dia juga mengirimi pesan lagi pada seseorang yang sama sekali tidak di bacanya, apalagi membalasnya.
"Sampai kapan kamu seperti ini," gumam Septian dengan tangan mengepal kuat. Ingin memarahi dan menyudahi segalanya akan tetapi Septian tidak melakukan itu, dia hanya bisa tutup mulut dan menahan rasa sakit.
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
QQ
Ada Cinta segitiga kah diantara Erlangga, Nina, dan Septian 🤔🤔🤔
Sikap Septian cukup mencurigakan soalnya 😁😁😁😁✌️
2022-10-26
0
QQ
Kok Septian malah tegang apa jangan-jangan dia ada affair sama Nina 🤔🤔🤔🤔🤔
2022-10-26
0