Bab2.. Pertemuan Pertama
***
Hari ini Ella mendatangi panti asuhan yang telah lama ia kunjungi. Menjadi donatur tetap membuatnya sering bertemu dengan Allura Jasmine, gadis yang sederhana juga ke ibuan. Entah kenapa sedari awal dia sudah menetapkan hatinya untuk menjadikan Allura sebagai calon menantu.
Dari kejauhan Allura melambaikan tangannya ketika melihat Ella. Wanita itu tersenyum ramah menghampiri Ella.
"Siang, Bu," sapa Allura dengan ramahnya.
"Siang juga, Al," jawab Ella.
"Ibu Sinta ada, Al? ibu mau bertemu dengannya." Dengan lembut Allura menjawab dan menuntun Ella menuju ruangan Sinta.
"Mama ku, ada di dalam, Bu. Aku permisi pergi dulu ya, Bu," pamit Allura dia pun berlalu pergi meninggalkan Ella.
Ella mengetuk pintu, dari dalam sudah ada sahutan jika Ella dipersilahkan untuk masuk. Dengan wajah yang berseri Ella berjalan menghampiri Sinta. Sahabatnya yang telah ia bantu dengan menjadikan dirinya sendiri menjadi donatur di sana.
"Hai, mari duduk La." Sinta mempersilahkan untuk duduk. Dia juga membawakan minum untuk sahabatnya itu.
"Aku ada permintaan bisakah kamu membantuku, Sin?" tanya Ella to the point. Dia tidak ingin berbasa-basi lagi. Sebelum terlambat untuk menjadikan Allura sebagai menantunya.
Sinta mengerutkan dahinya merasa heran. Tidak biasanya Ella bersikap seperti ini padanya. Sinta merasa jika permintaannya sungguh besar sampai membawa Sinta di dalamnya.
"Meminta bantuan? Apa yang bisa kubantu? Bukankah kamu tahu, bahwa aku tidak punya apa-apa," ucap Sinta sembari tertawa kecil, merasa aneh dengan Ella.
"Tapi kamu cukup membantuku jika kamu bisa membantu apa yang kuinginkan." Ella membalas tawa kecil sahabatnya itu dengan gurauan.
"Sepertinya ini cukup berarti untukmu sampai kamu meminta bantuanku,"
"Ya, kau benar dan paling pintar jika menebak jalan pikiranku." Ella terkekeh dengan lontaran Sinta.
"Jadi apa yang bisa kubantu untukmu sahabatku, kamu sudah banyak berjasa membangun apa yang aku cita-citakan ini. Jadi apapun yang kau pinta, aku akan mengusahakan itu," ungkap Sinta pada Ella.
"Minumlah dulu, sebelum air minum ini nantinya tidak bisa membasahi kerongkonganmu," ledek Ella menyuruh Sinta. Sinta hanya tertawa dan menurut dengan apa yang di katakan Ella.
Setelah selesai minum, Ella mulai memasang wajah serius dan menghadap Sinta dengan tatapan yang tidak biasa.
"Aku mau kamu menerima lamaranku, aku ingin Allura menjadi menantuku," ungkap Ella dengan senyum mengembang.
Sinta terbatuk-batuk ketika mendengar apa yang di katakan sahabatnya itu, sudah dia duga jika permintaan tolongnya sangatlah besar.
"Ka-kamu tidak salah pi-pilih, dan kamu ti-tidak sedang sakit kan La?" tanya Sinta dengan terbata-bata.
"Tidak sama sekali, sekarang aku boleh kan membawa anakmu hanya sekadar untuk main kerumah?"
Sejenak Sinta tidak bisa berkutik, dia semakin berkeringat dingin dengan apa yang di katakan Ella. Ella yang hanya mendapatkan tatapan tidak percaya memegang pundak Sinta.
"Aku serius, aku harap kamu bisa memberi restu,"
Tanpa pikir panjang, Sinta langsung menelpon putrinya untuk segera datang keruangannya. Meski masih terasa mimpi, namun Sinta masih berharap ini semua yang telah di dengarnya hanyalah mimpi, atau gurauan Ella.
***
Sorenya Ella membawa Allura berjalan-jalan untuk menemaninya. Ella Merasa mempunyai teman berbicara saat bersama Allura, karena sikap anaknya telah berubah setelah bertemam dengan Nina yang membuatnya berubah drastis. Dinda sudah jarang menemaninya walau sekadar berbincang menanyakan hari-harinya.
Sebab itulah Ella tidak begitu menyukai Nina, karena baginya gadis itu telah membawa 𝚙engaruh yang tidak baik, sampai-sampai Erlangga pun sudah mulai berubah.
Pukul tujuh malam, Ella dan Allura sudah sampai di rumah di ruang tamu mereka tengah berbincang, tertawa dan menikmati malam ini dengan ceria.
"Bu, Al, pulang dulu, ya?"
"Enggak boleh, Ibu sudah meminta izin pada Ibu-mu katanya tidak apa-apa kamu menginap di sini, nanti kamu tidur di kamar tamu," ucap Ella menjelaskan. Allura menarik napas dalam-dalam, merasa tidak nyaman jika harus tidur di rumah ini malam ini.
Tidak lama Erlangga pulang, dia menoleh sekilas kearah ruang tamu sebelum dirinya menuju keatas. Erlangga tidak memerhatikan gadis yang tengah berada di samping Ella.
"Elan sini dulu," panggil Ella sembari tangannya melambai meminta sang anak untuk mendekati.
Dengan perlahan Erlangga berjalan menuju Ella, dia duduk di seberang kursi hingga mereka berhadap-hadapan. Ella memegang jemari tangan Allura dengan lembut, membuat Erlangga merasa heran, ya heran kenapa dengan wanita itu bisa selembut itu sedangkan dengan Nina perhatian kecil pun tidak pernah Ella lakukan.
"Kenalin ini anaknya teman Mama, cantik kan dia?" tanya Ella sembari tangannya menjawil dagu Allura dengan gemas.
Allura yang diperlakukam seperti itu hanya tersenyum malu. Tidak menyangka jika Ella bisa melakukan hal itu di hadapan anaknya. Ya, yang Allura tahu jika Ella mempunyai anak pertama laki-laki dan dia yakin orang yang berada di hadapannya itu adalah anaknya.
"Iya," jawab Erlangga singkat.
"Kamu berarti suka dia dong?" lemparan pertanyaan itu membuat bola mata Allura membulat sempurna. Ada apa dengan Ella yang tiba-tiba bertanya seperti itu? Ini bukan salah satu kode untuk dirinya dijodohkan dengan lelaki itu bukan.
"Maksud Bu Ella apa ya, bisa-bisanya dia bertanya seperti itu," batin Allura merasa tidak enak hati dengan Erlangga.
"Memuji bukan berarti suka, Ma," jawab Erlangga dengan wajah datarnya.
"Masa? Lantas kenapa kamu selalu memuji teman adikmu jika kamu tidak mencintainya," seloroh Ella dengan nada tidak suka. Erlangga gelagapan karena malu dengan ucapan sang mama. Apalagi di sana ada orang asing mendengarkan.
"Dari mana Mama tahu? Perasaan aku tidak pernah mengatakan itu di hadapan Mama," batin Erlangga.
Dari arah luar terdengar suara Dinda bersama seseorang tengah bercanda ria. Mereka berdua masuk lalu terdiam saat melihat pemandangan yang tidak mengenakan hati untuk Nina. Dinda memegangi jemari tangan Nina saat raut wajahnya sekilas berubah.
"Mama ini apa-apaan bawa orang sampe memperlakukannya seperti itu, tapi pada Nina dia tidak pernah memperlakukannya seperti itu," gerutu Dinda dalam batinnya.
Dinda pun membisikkan sesuatu kearah telinga Nina, "sudah, ayok masuk kekamarku saja. Dari pada mood mu nanti hancur." Nina menurut dan mengikuti langkah Dinda naik keatas.
Erlangga tidak menghiraukan kekasih hatinya. Toh, dia tidak berbicara dan berbuat yang tidak-tidak dibelakang Nina.
"Aku keatas dulu, Ma." Erlangga pun langsung beranjak dari kursi dan pergi menuju keatas.
Setelah Erlangga keatas, Allura pun berbicara, "Bu, kayaknya aku pulang saja." Wajah tidak enak hati tercetak jelas. Ella mengusap kembali jemari tangan Allura dengan sayang.
"Sudah di sini saja nginap, cuma satu hari besok kamu boleh pulang kok, Ibu tidak akan menahanmu. Mau di kamar atas, atau tidur sama Ibu," ucap Ella mengajak Allura. Namun, spontan Allura menjawab.
"Aku di kamar atas saja, Bu, iya, di atas saja," jawab Allura. Tidak mungkin dia satu kamar dengan Ella akan semakin canggung nantinya.
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
QQ
Kok Allura malah milih tidur sendiri sih pake diatas lagi takutnya ntar salah masuk kamar lagi 😁😁😁✌️
2022-10-22
1
Fitriana Nanaz
yeh...!!aku yg pertama
2022-10-21
2