Tertuduh

...Happy Reading...

...__________________...

Arwen berjalan di koridor dengan wajah dingin. Situasi seperti ini sudah dia duga akan terjadi ketika melihat puluhan pasang mata siswa yang menatap sinis padanya. Belum lagi bisikan-bisikan aneh yang dia dengar dari kumpulan siswa yang sejak tadi menggosipkannya. Tapi Arwen acuh, dia terus berjalan menuju kelasnya. Apa yang dilihatnya di kelas tidak jauh berbeda. Yuki, Nina, Choa dan Harry terlihat berkumpul.

"Arwen!" panggil Choa setelah melihat Arwen masuk ke dalam kelas.

Harry lalu bergeser, memberi jalan pada Arwen untuk duduk di tempatnya. Arwen tidak berkata apapun, dia sibuk memeriksa isi tasnya, tidak menggubris pandangan dan bisikan teman sekelasnya. Bahkan dia mengabaikan empat sahabatnya yang kini berdiri mengelilinginya.

"Wen, lo udah denger gosip hari ini?" tanya Yuki.

"Gila sih. Gosip murahan gitu didengerin, kalo mau fitnah orang itu harus ada bukti!" tukas Choa dengan nada tinggi. Niatnya ingin menyindir teman sekelasnya yang sejak tadi sibuk menggosipkan Arwen.

"Serius sih, gue pengen liat muka orang yang nyebar gosip ini," ucap Harry tak kalah kesalnya.

Nina menggangguk. "Wen mending lo tutup kuping aja, jangan dengerin omongan mereka!"

Arwen tiba-tiba membuang nafasnya kasar. "Kalian percaya gue ngelakuin itu nggak?"

Dia menatap sahabatnya itu satu persatu, seolah mencari jawaban di sana. Choa langsung tertawa getir.

"Lo ngomong apa sih?"

"Gue cuma tanya kalian percaya sama gue nggak?"

"Ya percayalah. Lo pikir kita temenan berapa lama?" sahut Choa dengan nada sedikit kesal karena pertanyaan Arwen. Yang lain ikut mengangguk.

"Kalo gitu Har, yuk ikut gue!"

"Ngapain? Mau ke mana?"

"Ruang Osis!"

Arwen berlalu keluar kelas, diikuti oleh Harry dengan wajah bingung. Choa, Yuki dan Nina hanya saling berpandangan dengan wajah yang sama bingungnya.

Sebenarnya apa yang terjadi hari ini? Ada apa dengan Arwen?

Semua itu karena masalah uang kas Osis yang hilang. Padahal saat itu hanya 5 anggota osis yang tau masalah ini, tapi ternyata berita itu menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru sekolah. Tapi masalahnya, gosip yang beredar bahwa Arwen yang mengambil uang kas itu.

Kembali ke kejadian siang kemarin saat pulang sekolah. Arwen pulang dengan wajah kesal itu bukan tanpa alasan. Sebelumnya Arwen, Harry, Jinu, Yohana dan Nana sudah janjian untuk melihat rekaman Cctv ruangan osis. Dan apa yang mereka lihat saat itu membuat mereka berlima terkejut, terutama Arwen.

Banyak beberapa anggota Osis yang keluar masuk ke ruangan Osis, tapi hari itu hanya Arwen yang tertangkap keluar sendirian. Dan waktunya bertepatan saat uang kas dilaporkan hilang. Tentu saja Arwen kesal, dia pagi itu memang ke ruang osis, tapi hanya untuk mengambil buku paketnya yang tertinggal di sana.

Dan yang lebih parahnya lagi. Tadi malam saat Arwen memeriksa buku-bukunya, dia menemukan dompet tebal yang familiar di dalam tasnya. Setelah Arwen memeriksanya, tentu dia semakin kaget. Kenapa dompet kas milik Nana bisa ada di dalam tasnya, lengkap dengan jumlah uang kas yang hilang. Wajah Arwen memerah karena marah, seseorang sedang berusaha menjebak dan mempermainkannya saat ini.

*****

Empat pasang mata itu terbelalak setelah Arwen meletakkan dompet abu-abu yang tadi dibawanya di atas meja. Tadinya dia ingin membicarakan ini dengan Jinu lebih dulu, tapi ternyata Yohana juga ada di ruangan sedang mencatat agenda. Nana juga di sana, itu memang sudah kebiasaannya sejak dulu. Paling suka nongkrong di ruangan osis.

Nana langsung meraih dompet yang sudah jelas dikenalnya. "Arwen, kok dompetnya bisa sama kamu?"

Tidak ada jawaban apapun, semuanya masih saling berpandangan. Arwen bisa melihat raut wajah Yohana yang terlihat puas, sudut bibirnya tertarik ke atas penuh kemenangan. Karena sejak kemarin Yohana yang paling ngotot dan yakin bahwa Arwen memang mengambil uang kas tersebut.

"Wen ini maksudnya apa? Kenapa dompetnya bisa sama lo?" ucap Harry setelah beberapa saat.

"Kan udah gue bilang kemarin..."

Jinu langsung mengangkat tangannya, menyuruh Yohana untuk diam. Cewek itu melipat tangan dengan kesal setelah melihat Jinu menatap dingin padanya.

"Nana, lo periksa dulu isinya!"

Suasana masih hening sampai Nana selesai menghitung. Dia lalu menggangguk. "Masih utuh kok, nggak ada yang hilang."

Arwen bisa merasakan semua mata tertuju padanya seolah meminta penjelasan. Arwen bersikap biasa saja, karena dirinya memang tidak merasa mengambil uang kas itu. Tapi yang menjadi masalah adalah bisa tidak Arwen meyakinkan mereka, apalagi dirinya tidak punya saksi mata.

"Wen sekarang gue minta penjelasannya kenapa dompet ini bisa sama lo. Ini nggak mungkin lo kan?" tanya Jinu pelan. Arwen bisa membaca nada bicara Jinu yang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Gue nggak mungkin ngelakuin itu Nu. Tapi gue sendiri nggak tau kenapa dompet itu bisa ada di tas gue. Gue baru nemuin itu semalem."

Hening!

Arwen bisa mengerti, siapa juga yang akan langsung percaya dengan ucapannya. Mereka hanya diam, bahkan Harry sendiri sejak tadi bingung harus bersikap bagaimana.

"Jadi maksudnya, ada orang yang jebak lo. Padahal kenyataannya lo sendiri yang ambil," sarkas Yohana.

"Gue nggak ngarep lo percaya Yo, karena sejak awal lo udah nuduh gue yang ambil. Tapi gue beneran nggak ngambil tu duit,"

"Ya kalo bukan lo yang ambil gimana caranya itu duit ada di lo sekarang?"

"Kalo gue tau, dari tadi gue nggak akan bertele-tele, Yo."

Arwen tidak peduli dengan sikap Yohana, terserah dia mau menuduh apapun, Arwen hanya butuh Jinu percaya kalo dia tidak  melakukan itu. Tapi cowok itu hanya terdiam, bahkan Harry juga sejak tadi berusaha untuk menghindari tatapannya dengan Arwen.

"Kenapa Nu, lo ngga percaya sama gue?" tanya Arwen.

Sudah dua tahun mereka bekerjasama menjadi bagian Osis, selama itu juga tidak pernah ada masalah apapun antara Arwen dan Jinu. Mereka percaya satu sama lain. Dan sudah hampir dua tahun lebih Harry menjadi sahabatnya, mereka sudah melewati suka duka berrsama. Tapi Arwen sadar, waktu tidak bisa menentukan seseorang itu sama atau tidak setelah ia melihat Jinu dan Harry yang terlihat berusaha untuk percaya.

"Gue bukannya nggak percaya Wen. Tapi gimana gue bisa langsung percaya kalo gue nggak bisa tau detailnya. Gue perlu bukti Wen, gue nggak mungkin juga jelasin ke guru kalo ngga ada buktinya. Sedangkan kita denger penjelasan ini cuma dari lo doang, semuanya bakal tambah parah kalo denger ini. Karena kabar ini udah nyampe kemana-mana, dan gue nggak mau mereka makin gosipin lo yang nggak-nggak."

"Gue tau. Gue paham maksud lo. Tapi yang gue tanya itu lo Nu, lo percaya nggak sama gue?" Tapi Jinu hanya terdiam. Arwen mengalihkan pandangannya pada Harry.

"Kalo lo Har? Setelah tau kenyataannya kayak gini, lo masih percaya sama gue nggak?"

Harry diam menunduk, hal itu membuat hati Arwen rasanya sakit. Dia tidak peduli kalau harus kehilangan kepercayaan orang lain, tapi Arwen kecewa saat melihat raut wajah Harry yang terlihat ragu bahkan enggan menatapnya.

Semuanya hening, bahkan Yohana yang sejak kemarin ngotot dengan tuduhannya sekarang hanya terdiam. Sedangkan Nana merasa bingung dengan keadaan yang terlihat canggung itu. Arwen tahu, dia tidak bisa memaksa perasaan seseorang mau sekeras apapun dia menjelaskan. Arwen lalu bangkit dari duduknya.

"Gue paham kok sama perasaan kalian. Mungkin kalo gue diposisi kalian juga bakal kayak gitu. Gue tunggu keputusan lo Nu, dan sebaiknya lo nggak usah lama-lama nyembunyiin ini dari guru."

Sekali lagi tidak ada jawaban apapun, hati Arwen rasanya semakin sakit. Bahkan saat ia hampir pergi, tak ada satu orang pun yang menahannya. Bahkan Harry, teman yang sudah ia kenal selama hampir 3 tahun ini.

Setelah kejadian itu, Arwen dan anggota osis lain dipanggil ke ruang Kepala Sekolah. Sekali lagi Arwen tidak bisa menjelaskan apa-apa kecuali kenyataan bahwa uang itu ada di dalam tasnya. Tidak ada satupun saksi yang bisa menjelaskan kecuali dirinya. Arwen sudah siap menerima semua konsekuensinya, meskipun hatinya marah dan kecewa karena dia menerima hukuman bukan karena perbuatannya. Tapi Arwen berusaha diam dan sabar sampai orang itu nanti muncul dengan sendirinya.

Dan keputusannya, karena uang kas kembali dengan utuh Arwen masih selamat dari hukuman skors. Tapi dia harus menerima kenyataan kalau dia tidak bisa menjabat lagi menjadi wakil Osis. Itu sudah keputusan mutlak dari Kepala Sekolah. Karena jabatan wakil Osis kosong, Jinu langsung menunjuk Harry sebagai penggantinya yang langsung disetujui oleh Kepala Sekolah dan juga anggota osis lainnya.

Berita ini tentu saja langsung tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Semua siswa berisik-bisik memaki Arwen, tapi banyak pula yang tak percaya kalau Arwen melakukan hal itu. Dan reputasinya sebagai cewek populer yang sudah terbangun sejak dulu langsung runtuh seketika karena sebuah kesalahan. Ya, kesalahan yang bahkan bukan dia sendiri yang melakukannya. Arwen akan menunggu sampai orang itu muncul, dia yakin orang itu tidak jauh. Bahkan mungkin dekat sekali.

Arwen senang karena Nina, Choa dan Yuki masih percaya dengannya. Tapi hubungannya dengan Harry sepertinya tidak akan semudah itu. Apalagi sekarang dia menggantikan posisi Arwen sebagai wakil osis.

Arwen tidak keberatan, yang dia butuhkan hanya kepercayaan Harry. Tapi sayang, sejak tadi Harry berusaha sekali menghindarinya. Bahkan saat bel pulang berdering, anak itu langsung pergi begitu saja.

Tentu saja tiga temannya yang lain ikut kecewa dengan sikap Harry. Bukannya memberikan dukungan pada Arwen, Harry seolah melihat Arwen seperti kriminal yang pantas dijauhi.

...To be continue... ...

Terpopuler

Comments

Karate Cat 🐈

Karate Cat 🐈

gw curiga yohana yg lakuin krn jealous.

2022-11-10

0

Tampan_Berani

Tampan_Berani

Sabar Arwen, semoga nama baikmu bisa kembali pulih 😇

2022-10-26

0

Tampan_Berani

Tampan_Berani

Ya, bagus. Mending keluar dari OSIS, pikiran lega 😇

2022-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!