Cowok Berlesung Pipi

...Happy Reading...

...________________...

Arwen bangun lumayan pagi hari itu. Disamping karena sekolahnya yang menjadi agak lebih jauh, dia mungkin juga harus menyapa penghuni kos lain yang bisa saja sudah bangun. Dia sudah berdandan rapi dengan seragam sekolahnya. Sekali lagi dia melihat pantulan bayangannya di cermin. Memang tidak salah jika ungkapan cewek cantik dan populer di sekolah disematkan padanya.

Tanpa perlu banyak polesan make up, Arwen memang sudah cantik. Ditambah postur tubuhnya yang tinggi semampai, rambut hitam panjang yang halus membuat Arwen tampak menawan.

Namun tetap saja, tidak ada manusia yang sempurna. Arwen meski cantik dia juga dikenal galak dan tidak mudah luluh. Satu-satunya orang yang bisa membuat hatinya bergeming hanyalah seorang lelaki bernama Arjuna Mandala. Lelaki yang selama dua tahun masih ia tunggu, meski lelaki itu tidak pernah menganggap dirinya spesial sekalipun.

Di luar kamar lantai dua masih sepi. Tapi suara ribut dari lantai bawah harusnya sudah cukup menjadi alarm pagi di rumah itu. Entah tidak peduli atau karena memang sudah terbiasa, bahkan tidak ada satupun penghuni lain yang membuka pintu kamarnya. Arwen menuruni anak tangga dengan perlahan, rupanya suara gaduh itu berasal dari arah dapur. Suara ribut khas para cowok.

"Geli gue liat lo, Fiz. Makan roti pake kecap." Mark masih tetap bergidik melihat kelakuan Hafiz. Padahal di depannya ada banyak selai, tapi dasar otak gesrek Hafiz malah memilih kecap yang jelas-jelas tidak nyambung dengan konsepnya.

"Masih kaku aja Bang, ini tuh inovasi baru."

"Iniovasi pala lu!" sergah Mark kesal.

Tiga cowok berseragam SMA sedang melangsungkan sarapan dengan ritual masing-masing di dapur. Hafiz, cowok yang duduk di kelas 2 SMA ini terkenal ganteng, tapi salah satu kebiasaan yang membuat siapapun merasa geli dan mual adalah kebiasaannya mengganti selai roti dengan kecap.

Hal itu membuat Mark, salah satu dari tiga cowok itu menjadi tidak nafsu makan setiap kali sarapan bersama Hafiz. Ia kemudian hanya menenggak segelas susu yang dibuatkan Latif untuknya. Sedangkan cowok jangkung berwajah manis itu kini sibuk senyum-senyum sendiri sambil menatap segelas susu dan sepiring roti bakar yang ia siapkan sepenuh hati untuk Arwen.

"Pagi semua!"

Getaran suara indah itu seakan menarik tiga makhluk yang sejak tadi menunggu kedatangannya. Seperti angin segar yang menerpa, ketiga cowok itu langsung melongo melihat seorang gadis cantik bagaikan bunga menyapa mereka dari pintu dapur. Bunga-bunga cantik berterbangan di atas kepala Latif dan juga Mark, semilir angin segar beraroma mawar membuat dua makhluk itu semakin baerkhayal jauh. Untung saja suara batuk Hafiz yang keselek roti langsung menyadarkan mereka.

"Hafiz!" teriak Arwen sambil melotot.

"Beneran Arwen?" Hafiz menyahut dengan tak kalah kagetnya.

Latif dan Mark saling berpandangan dan memperhatikan seragam keduanya yang terlihat sama. Ternyata Arwen dan Hafiz satu sekolah, lebih tepatnya Hafiz itu adik kelasnya Arwen di tingkat dua. Sedangkan Arwen adalah kakak kelasnya.

"Lo kos di sini juga?" tanya Arwen masih tak percaya. Lalu menghampiri Hafiz, dan juga dua cowok yang masih bengong itu.

"Iya udah setahun. Jadi ternyata anak kos barunya itu cewek paling cantik di sekolah gue," sahut Hafiz.

Latif langsung menyerobot. "Serius lo. Jadi dia cewek yang suka lo ceritain itu?"

Arwen mendelik curiga ke arah Hafiz yang kini melotot ke arah Latif.

"Gosipin gue lo?"

"Ya emangnya apalagi yang digosipin cowok kalo bukan cewek cakep?"

"Ya cari aja cewek lain!"

Mark yang sejak tadi merasa dikacangin berdehem pelan lalu maju dan menjulurkan tangannya pada Arwen.

"Hai, gue Mark. Salam kenal!"

"Hai juga, gue Arwen. Lo berdua satu sekolahan?" tanya Arwen sambil menunjuk Latif dan Mark karena seragam sekolah keduanya yang sama.

"Iya, kita dari SMK Merdeka."

"Serius? Wah rival berat dong."

Latif langsung menyerobot dan menyodorkan segelas susu dan roti bakar yang khusu ia buat untuk Arwen. "Arwen cantik, ini udah gue bikinin sarapan, khusus buat Arwen seorang. Apalagi ditambah pake cinta."

Mark dan Hafiz langsung menutup mulutnya dan membuat gerakan seperti ingin muntah. Sedangkan Arwen hanya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih pada Latif atas sarapannya.

Selang beberapa menit, seorang cewek cantik dengan mata sipit dan kulit putih masuk ke dalam dapur. Ia memakai setelan baju olahraga dan juga sepatu kets yang menjelaskan bahwa dia sepertinya baru selesai berolahraga. Menurut Arwen, dia adalah salah satu cewek paling keren yang pernah Arwen temui.

Di belakangnya disusul cewek cantik berambut pirang dengan poni yang bikin dia kelihatan manis banget kayak boneka.

"Hai, pagi semua..."

"Pagi juga kakak-kakak yang cantik. Abis bentuk body nih?" cletuk Latif yang tidak jauh-jauh dari pikiran kotornya.

"Mikirin sekolah aja Tif, nggak usah mikirin body cewek," tukas cewek bermata sipit itu sambil menenggak segelas air putih. Begitu juga dengan si cewek berambut pirang. Arwen tersenyum manis pada keduanya.

"Hai kak, salam kenal aku Arwen,"

"Hai juga. Aku Lira, dan ini kak Sharon!" Mereka bertiga saling berkenalan satu sama lain.

"Oh, ya Arwen, semoga betah ya di sini. Di sini enak kok, nggak banyak aturan, nggak ribet. Sejauh ini juga temen rumahnya enak, kalo berantem sama selisih paham sedikit mah ada. Tapi selebihnya mereka baik-baik."

"Iya makasih kak." Arwen menatap intens pada sosok Sharon yang sepertinya akan menjadi role mode baru baginya.

"Arwen nanti malem kita mau bakar-bakaran. Sekalian ngumpul sekaligus nyambut kamu penghuni baru, jadi jangan kemana-mana ya nanti," tukas Sharon.

"Iya, kamu belum ketemu semuakan sama anak kos lain?" sambung Lira yang langsung dijawab dengan anggukan kepala Arwen.

"Oke kak, emang harus ya pakai penyambutan?"

"Lebih tepatnya kayak tradisi sih, udah kebiasaan. Yaudah ya gue ke atas dulu. Siap-siap mau kuliah juga."

"Oke kak makasih."

Lira pun juga pergi meninggalkan Arwen, disusul Sharon yang juga pergi ke kamarnya.

Mark dan Latif akhirnya berangkat lebih dulu, karena jarak sekolah mereka yang lebih jauh dari sekolah Arwen. Sedangkan Hafiz yang sebenarnya sudah selesai sarapan kini sibuk memainkan ponselnya di depan Arwen.

"Lo nggak berangkat?" tanya Arwen.

"Gue kan nungguin lo."

"Ngapain nungguin gue?"

"Emang nggak mau bareng? Kan satu sekolah."

"Nggak deh makasih, gue sendiri aja naik angkot."

"Emang kenapa sih? Ngga rugi juga bareng cowok kece kayak gue."

"Iya, tapi gue yang rugi. Males gue baku hantam sama ciwi-ciwi lo itu."

Bukan tanpa alasan Arwen memilih untuk menolak, soalnya Hafiz itu kapten basket dan termasuk murid populer di sekolah. Tentu saja fans ceweknya banyak banget. Makanya Arwen malas daripada nanti dikasih tatapan sinis pasukan cewek di sekolah.

Hafiz cuma manggut-manggut lalu akhirnya segera berlalu meninggalkan Arwen yang masih melanjutkan sarapannya.

*****

Waktu sudah menunjukan hampir pukul tujuh pagi. Arwen  buru-buru merapikan meja dapurnya dan bergegas mengambil air di kulkas untuk mengisi botol air minum yang tidak pernah lupa ia bawa.

"Huwaaa...."

Arwen hampir mati berdiri ketika melihat seorang cowok dengan muka bantal tiba-tiba berdiri tepat di belakangnya sambil menyodorkan gelas. Untung saja teko air yang dia pegang tidak terjatuh.

Cowok itu cuma nyengir sambil menaikkan satu alis. Arwen masih belum pulih dari kagetnya ditambah kini ia malah sibuk bengong mengagumi pemandangan sempurna meski tidak dalam keadaan sempurna di hadapannya. Eh, gimana sih?

Maksudnya, gimana tidak sempurna? Ketika melihat seseorang yang masih terlihat tampan meski dengan rambut acak-acakan, baju kumal dan muka bantal karena baru bangun tidur.

"Ngapain bengong? Ntar telat loh."

"Eehh.."

Arwen tersenyum kecut dan segera menuangkan air putih pada gelas yang disodorkan oleh cowok tersebut. Tidak butuh waktu lama, satu gelas air langsung habis ketika gelas itu menyentuh bibirnya. Arwen sendiri langsung mengisi botol airnya dan menyimpannya di dalam tas.

"Sekolah di mana?"

Arwen mendongak menatap cowok berkulit putih itu yang sedang menggigit sebutir apel merah.

"Satu sekolah sama Hafiz."

"Oh, Harapan Indah."

"Nggak usah disebutin kak."

"Lah, kenapa?"

"Suka malu, namanya kayak komplek perumahan."

Jawaban Arwen sukses membuat cowok itu mengulum senyum yang memperlihatkan dua bulan sabit manis di kedua pipinya.

"Nama kamu siapa?"

Arwen yang sudah siap beranjak dari dapur menoleh. "Arwen. Arwen Julia."

"Kenalin, aku Jefri. Ngomong-ngomong, hati-hati di jalan, jangan terlalu terpesona."

Arwen yang semula tersenyum manis mendadak bibirnya langsung tertarik ke bawah sambil mendelik kesal. Dia pergi sambil menghentakan kakinya tanpa menjawab godaan dari cowok bernama Jefri itu.

Sedangkan Jefri tanpa rasa bersalah malah mesem-mesem sambil terus mengekori Arwen hingga menghilang dari balik pintu dapur.

To be continued...

Terpopuler

Comments

Tampan_Berani

Tampan_Berani

Bukannya SMK Merdeka ya?

2022-10-25

1

Tampan_Berani

Tampan_Berani

The real berani beda 😂

2022-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!