Suasana kedai sedang ramai, tetapi tidak ramai seperti biasanya. Jika hari-hari biasanya Fang Liang akan sangat sibuk sehingga dia tidak akan ada waktu untuk melakukan hal lainya. Tapi hari ini, dia memiliki waktu cukup untuk bersantai-santai.
Dia memiliki kedai makan yang sederhana di desa bukit ini. Kedainya tidak terlalu besar, hanya memiliki dua lantai. Lantai atas untuk penginapan dan bawah untuk kedai. Dekorasi memang sangat sederhana, tapi makanannya lah yang selalu membuat orang-orang ramai berkunjung.
Dia memiliki beberapa pegawai wanita yang cantik-cantik, hal ini juga lah yang menjadi orang-orang mau berkunjung, selain makan yang enak, mereka juga dapat melihat wanita cantik yang lalu lalang di sekitar mereka.
Para pengunjung juga akan terhipnotis oleh bau harum dari tubuh para pelayan, yang membuat mereka betah. Selain itu, bau dupa dan pas bunga juga menambah suasana di kedai itu.
Saat ini, pelita yang indah di nyalakan. Meski malam, beberapa pengunjung terlihat minum-minum di sana. Beberapa pelayan juga ada yang lalu lalang.
Fang liang datang dan duduk di tempat tang li sedang minum dan memandang ke arah luar pintu yang terbuka.
“Apa dia sudah sadar?” tanya tang li menoleh.
“Sudah, tapi biarkan dia untuk beristirahat sebentar. Dia masih kelelahan dan butuh istirahat. Aku khawatir dia akan mengganggumu lagi saat perjalanan.”
“Dia tidak akan menggangguku. Jika dia pingsan atau tidak kuat berjalan, aku hanya tinggal menjualnya atau meninggalkannya.”
Suaranya sangat tidak bersahabat dan penuh dendam. Ingatan-ingatan pembantaian dan peristiwa berdarah terlihat jelas di dalam pikirannya.
“Kamu tidak boleh seperti itu. Meskipun keluarganya telah membunuh keluargamu, dia tidak bersalah dalam hal itu, sudah selayaknya dia tidak mendapatkan hukuman. Jika kamu membuangnya, biarkan saja dia berada di sini, aku akan menjaganya.”
“Fang liang, kau pikir aku akan membebaskannya begitu saja? Apa kau pikir daun akan jatuh jauh dari pohonnya?”
“Mungkin, jika ada angin kencang menerbangkannya.”
“aku tidak akan membiarkannya lolos ataupun selamat. Aku akan membuatnya tersiksa dan menyesal karena telah di lahirkan di dunia ini.”
Tang li ingin bergegas, tetapi Fang liang menghentikannya. Dia lalu menyarankan untuk diam di tempatnya hanya untuk satu malam karena tidak baik melanjutkan perjalanan di malam hari yang dingin. Para ahli bela diri dan bandit juga akan berkeliaran di malam hari seperti ini.
Para bandit dan ahli bela diri tidak banyak yang bisa bersaing dengan tang li, Namun Fang Liang bukan semata-mata melakukannya demi hal itu. Dia melakukannya demi xin mei. Dia takut, dengan sikap kejam tang li, membuat gadis itu tersiksa lagi.
Dia ingat jelas pantulan matanya yang hitam dan penuh kelembutan, seolah-olah tidak berdosa sedikit pun. Dia ingat juga nadanya yang lembut, penuh pilu dan ketakutan. Hatinya tergerak untuk menolong gadis yang malang itu. Tubuhnya juga sangat lemah dan membutuhkan pengobatan.
Tang li mengangguk. Dia tahu ini adalah cara Fang Liang menahannya dan membuat xin Mei beristirahat. Tapi, setelah berpikir sebentar, dia menerimanya. Lagi Pula dia juga butuh istirahat dan memulihkan kondisi tubuhnya setelah bertarung dengan keluarga Li.
Setelah tang li mengangguk, Fang Liang memerintahkan salah satu pelayan untuk mengantarkannya.
......................
Bulan ini adalah bulan April, bulan yang di mana kelopak-kelopak bunga persik berguguran. Mereka akan melambai-lambai mengucapkan selamat tinggal pada dunia, dan berterima kasih kepada angin yang membelainya dengan lembut, lalu mengantarkannya. Oh, Betapa indahnya itu!
Xin mei membuka jendela kayu yang berada di samping tempat tidur. Wajahnya berseri dan cantik ketika melihat pohon-pohon bunga persik saling melepas kelopak-kelopak bunganya.
Di bawahnya akan berserakan kelopak-kelopak bunga persik. Pohon itu berjumlah 5, mengelilingi telaga yang indah. Di sana ada beberapa bunga teratai ungu yang elok. Katak dan kecebong juga ada di sana. Airnya sangat jernih.
Xin mei melompat dari sana. Bergegas mendekati telaga itu. Dia mengulurkan wajahnya, melihat pantulannya di dalam air.
“Sangat jelek... Tapi mengapa ibu bilang aku cantik? Ah sudah lah, siapa pun Pasti akan berkata seperti itu kepada anaknya.” Xin mei tersenyum.
Meski kedai itu terbilang tinggi, bagi xin mei bukan apa-apa. Dia sering melompat seperti itu ketika waktu kecil, bahkan lebih tinggi. Jika tulang patah atau terluka dia tidak mempedulikannya.
Pernah sekali tulang kakinya patah, dia di marahi habis-habisan oleh ibunya. “dasar gadis nakal!” bentaknya. Namun ibunya tetap mengobati anaknya. Bagaimana pun juga xin mei adalah anaknya. Dia juga darah daging dan orang yang harus dia jaga.
“M-maaf.” Xin mei menunduk dengan pucat dan takut di marahi. Jika sudah seperti ini, xin mei hanya meminta maaf, tapi, besoknya lagi—saat sudah sembuh— dia akan berulah lagi.
Ibunya tahu bagaimana kebiasaan anaknya itu, karena dia terlalu sering melakukannya juga. Namun, dia tidak tahu Xin mei mewarisi kenakalan ayahnya. Ayahnya adalah perayu sejati, sehingga semua pelayan yang ibunya kirim luluh oleh rayuan xin mei.
“wajah yang buruk.” Gerutu Xin mei memandang wajah di dalam air. Rambut hitam yang panjang menjuntai ke bawah dan nyaris menyentuh dasar air tersebut. Xin mei memperagakan beberapa ekspresi di sana.
Setelah 5 ekspresi yang dia buat, dia mengulurkan kedua tangannya, membiarkan air yang segar dan jernih itu menyentuh tangannya yang kotor dan sedikit kasar.
Lembut. Dia merasa lembut ketika tangan menyentuh air itu. Rasa hangat dan tenang bermekaran di hatinya.
Dia menggosok wajahnya dengan lembut. “ ini lebih cantik.” Dia tersenyum melihat penampilannya lebih baik. Secara alami dia memang cantik. Dia memiliki bentuk wajah yang oval sempurna, bahkan lebih sempurna dari telur. Dia memiliki hidung yang mancung, kulit yang putih, alis melengkung sempurna.
Di kedua telinganya juga ada liontin yang indah. Namun, dia merasa sangat buruk.
“jika aku mandi, sepertinya tidak apa-apa.” Dia memandang sekitarnya. Suasana pagi yang indah, tidak ada orang-orang kecuali burung-burung kecil yang hinggap di dahan-dahan pohon.
“aku harus mandi.” Dia membuka kain penutup pakaian dan langsung menceburkan dirinya ke dalam danau tersebut.
Dia gadis yang sedikit punya rasa malu, dan nakal yang tinggi. Dia juga gadis periang dan mudah takut. Sungguh apa yang terjadi jika ada yang melihatnya seperti itu?
Tapi jika dia sudah marah, itu bagaikan gunung berapi yang meletus tiba-tiba dan kembali dingin tiba-tiba pula.
Tidak di pertanyakan lagi, sudah ada orang yang melihatnya dari balik jendela, dia tidak lain adalah Tang li. Dahinya di tarik setelah melihat pemandangan seperti itu di depannya. Dia tidak suka dengan hal aneh dan tidak tahu malu seperti itu. Dia memutuskan untuk keluar dari sana dan berjanji akan menghukumnya setelah selesai.
Xin mei tertawa riang. Separuh tubuhnya tenggelam di telaga tersebut. Dia mencium bau bunga teratai dan persik di sana. Dia melihat juga ikan-ikan lalu lalang di sana. Hatinya seakan di penuh bunga yang indah dan warna-warni.
Dia seperti bunga persik; yang wangi, indah, manis. Dan bersinar terang ketika matahari menjatuhkan cahayanya.
Xin mei memutar tubuhnya, tertawa dan menikmati sejuknya mandi di pagi hari itu.
Matahari sudah meninggi, xin mei sudah selesai dengan ritual paginya yang nakal. Dia perlahan-lahan naik ke kamarnya lagi dengan hati-hati. Takut jika ketahuan. Tapi sayangnya Fang liang sudah ada di sana.
“kakak Fang!” Xin mei terkejut. Dengan tatapan tajam Fang Liang, xin mei menunduk. Kedua tangannya di cakup di depan seolah seperti anak kecil yang di marahi ibunya. Bagaimana pun dia sudah berbuat nakal dan patut di beri hukuman.
“Dari mana kamu!?” bentak Fang Liang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments