Gadis Bordil

Gadis Bordil

chapter 1: seperti air yang bergoyang

Di bawah kubah hitam dan awan hitam berbentuk gunung nan indah ini dia tidak pernah menyangka akan ada peristiwa seperti ini.

Di antara bermekaran pohon persik dan musim kawin para burung, seharusnya dia bahagia. Walaupun tidak untuk selamanya, setidaknya dia bisa bahagia untuk satu hari yang telah lama dia impikan.

Suara hiruk-pikuk terdengar di sekitarnya. Suara-suara itu menjerit, berteriak, bercampur aduk seperti es cendol. Mereka saling menyelamatkan diri. Mencari jalan keluar ataupun tempat yang aman.

Kobaran api di sekitarnya seolah menggantikan lampion-lampion yang seharusnya menerangi di tempatnya sekarang. Panas, dingin, ketakutan bercampur aduk menjadi satu di dalam hatinya.

Seorang pria tampan nyaris menyerupai wanita tergeletak di depannya. Pakaian merah merona yang dia kenakan, di penuhi bercak-bercak darah segar.

Dia tidak tahan, dia ingin membalaskan dendam. Dia ingin memotong-motong tubuh sang pembunuh calon suaminya. Namun apa yang dia bisa? Dia hanya seorang gadis dari keluarga bangsawan. Seorang gadis yang hanya memanfaatkan kekayaan keluarganya dan reputasinya untuk menakuti-nakuti orang di sekitarnya.

Kedua matanya sangat redup, memperlihatkan kesedihan yang mendalam.

Ketika dia melihat sosok hitam yang membunuh suaminya, jantung terasa jatuh ke dalam lembah yang dalam. Tubuhnya terasa di sedot oleh lubang hitam yang tak berujung. Sambil menunduk, sepasang matanya meneteskan air mata, satu, dua, tiga dan banyak. Dia tidak tahan untuk menangis dan melupakan kesedihannya yang mendalam.

Suara-suara perlahan-lahan menghilang. Lalu di gantikan oleh hembusan angin malam yang dingin, Namun menyejukkan baginya.

Pohon-pohon bunga persik yang tumbuh tidak jauh darinya menerbangkan kelopak-kelopak bunga dan menaburkannya di tempat gadis itu bersimpuh, melihat orang yang paling dia cintai tergeletak tak bernyawa.

Setelah beberapa detik melihat pria di depannya, dia sedikit mengangkat wajahnya, memandang ke arah yang lebih jauh.

Beberapa mayat tergeletak begitu saja. Darah mengalir berserakan, menghiasi lantai. Di antara mayat-mayat tersebut, Seorang pria tua tengah berbaring. Dadanya berdarah, dan ada bekas tusukan di sana, tepat mengenai jantungnya.

“ayah...” dia bergumam.

Dia lalu berdiri. Dengan mata yang penuh dendam dan memerah, dia menatap orang berpakaian hitam di depannya.

Pria yang di tatap, hanya diam. Pria ini memakai topeng, capil, dan pakaian hitam.

Dengan marah, wanita yang mengenakan hanfu merah yang indah berkata, “aku sudah siap. Bunuh aku sekarang. Bunuh!”

Pria di depannya diam.

“aku bilang bunuh!”

Tiga orang melompat dari atas genteng, perlahan-lahan mendekati pria berjubah yang berada di depan wanita cantik. Mereka membungkuk memberi hormat.

“lapor tuan, kami sudah membunuh semua anggota keluarga Li.”

Pria yang memakai topeng, mengeluarkan beberapa kantong koin, lalu melemparkannya ke arah pria membungkuk yang paling depan.

Senyuman bermekaran di wajah pria yang menerimanya.

“Terima kasih, tuan, terima kasih.”

Pria bertopeng berbalik pergi.

“Tuan.” Tiba-tiba salah satu memanggilnya, membuatnya berbalik.

“Bagaimana dengan wanita cantik itu?”

“terserah kalian.” Pria itu kemudian melakukan perjalanannya.

“berhenti!” akhirnya wanita cantik itu berkata.

“jika kau tidak membunuhku, aku akan membunuhmu!”

pria itu tidak berminat, membuat wanita itu semakin marah.

“Jika kau tidak membunuhku! Kau akan menyesal!”

Pria itu pun akhirnya tertarik. Dia kemudian berbalik dan mendekati wanita yang seharusnya kini menjadi permaisuri itu.

Senyuman jahat bermekaran dari balik topengnya.

“Bagaimana kau akan membunuhku?”

“Aku....aku... Aku akan melakukan segala cara untuk melakukannya!”

Pria itu mendekatinya. Tendangan keras mendarat di dada wanita itu dan membuatnya jatuh ke belakang. Bau lantai yang Harum dan sedikit di penuhi bau tanah menyusung lubang hidungnya.

“Ayo lakukan!”

Pria itu menendang tubuh wanita itu dari samping, memperlakukannya seperti budak yang keras kepala. Atau memperlakukannya seperti seorang anak yang telah melakukan kesalahan besar.

Wanita itu merintih kesakitan. Air matanya tidak bisa di bendung dalam pendirian ini. Bayangan – bayangan pernikahan yang dia inginkan kini hancur dan sehancur-hancurnya. Dia menangis. Tenggorokannya terasa ada yang mengganjal, tubuhnya semuanya terasa sakit.

Pria itu tidak henti-hentinya menendangnya dan memerintahkan beberapa orang di sekitarnya untuk pergi meninggalkan mereka sendiri.

“ayo lakukan!” bentaknya sambil tetap menendang.

Sang gadis hanya bisa menangis dan sesekali memejamkan matanya karena sakit. Kedua Tangannya ingin sekali dia gerakan untuk berdiri atau jika bisa menendang dan menampar pria biadab yang telah menghancurkan, membunuh dan meporanda-porabdakan kediamannya.

......................

Segelintir angin malam menyelimutinya. Puluhan kelopak bunga persik menaburinya. Ribuan rumput-rumput menghangatkannya. Dia bersandar di batang pohon tua itu. Nafasnya lembut, namun di penuhi penderitaan. Kedua matanya tertutup rapat dari balik rambutnya yang halus dan indah. Tapi, alis-alisnya masih melengkung ke depan dengan indah.

Kedua tangannya terjatuh tidak berdaya di sampingnya. Dia menunduk.

Tidak beberapa lama, bayangan terlihat di udara. Lalu terlihat seorang pria berpakaian hitam mendekat. Dia membuka kain di wajahnya, memperlihatkan wajah yang penuh dendam. Kedua matanya memerah, alisnya terangkat, pipinya sedikit mengembang.

Dia berjongkok di dekat gadis itu. Tangannya menyela rambutnya yang menunduk, memperlihatkan wajah yang lesu dan di penuhi pilu yang berat.

Timbul perasaan iba dan kasihan dengan gadis yang tak berdaya di hadapannya.

Namun seketika ingatan- ingatan tentang pembantaian keluarganya tergambar jelas di benaknya, yang tidak lain di lakukan oleh keluarga gadis itu sendiri.

Saat itu, juga di malam hari. Dia berlari-lari dan berdesak-desakan masuk ke rumahnya. Rasa sakit dan kepanikan di sekitarnya tidak dia hiraukan. Yang paling dia hiraukan saat itu adalah Ibunya.

Kerumunan orang keluar. Saling berdesakan. Mereka berteriak histeris, kebisingan pecah. Tang Li berusaha masuk sambil memanggil nama ibunya. Asap keluar dari balik pintu, membuat tang Li Khawatir.

Apa yang terjadi? Mungkinkah ibu sudah.... Tidak! Tidak! ibu tidak boleh meninggalkanku.

Air mata Tang Li menetes, membasahi pipinya yang sedikit mengembang itu. Tidak beberapa lama, dia akhirnya Berhasil masuk. Ketika masuk, dia tertegun. Jantungnya seolah copot dari tubuhnya. Nafasnya seolah tertahan.

Dia terkejut menyaksikan peristiwa yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidupnya.

“Ibu....!”

Dia berteriak, dan menghampiri ibunya yang tergeletak begitu saja. Darah merembes dari perutnya.

“ibu...! Bangun! Bangun, aku ada di sini! Ayo ibu bangun!”

Betapa keras dia berteriak, ibunya tidak merespon apa pun. Ibunya sudah pergi untuk selamanya, tanpa mengucapkan selamat tinggal ataupun memberikannya manisan.

Dia mengambil pedang yang tidak jauh dari mayat ibunya, kemudian berdiri. Kedua matanya memandang tajam ke arah seorang pria yang tidak jauh berada.

“aku akan membunuhmu!”

Memegang erat-erat pedangnya, kemudian berlari sambil berteriak. Tidak peduli entah dia akan terbunuh atau tidak, yang pasti dia ingin meluapkan kemarahan yang memuncak.

Pria itu dengan dingin menghunuskan pedangnya dan ingin menyerangnya. Namun, keberuntungan masih berpihak kepada tang li. Dia diselamatkan oleh seseorang kakek tua yang merupakan ahli bela diri. Mulai sejak itu, dia berjanji akan memusnahkan keluarga itu dan membalaskan dendamnya.

Dia masih memendam dendam kepada keluarga itu, bahkan jika semua orang yang telah membunuh keluarga sudah mati, dia belum puas. Yang dia inginkan adalah kematian semua keluarga itu. Bahkan jika dia bisa, dia ingin sekali memusnahkan tubuhnya sekaligus

Kecuali untuk gadis yang pilu di depannya. Dia ingin mengirimnya ke rumah bordil dan membuatnya tersiksa untuk selama-lamanya. Dia mengamatinya sejenak, senyuman penuh nafsu mulai terlihat di wajahnya. Perlahan-lahan, dia mengerakkan tangannya untuk meraih gadis itu.

Episodes
1 chapter 1: seperti air yang bergoyang
2 chapter 1.2 : seperti air yang bergoyang
3 chapter 2 : dia semanis bunga persik
4 chapter 3 : sumur tua
5 chapter 4 : pasar
6 chapter 5 : pedang itu sangat mematikan
7 chapter 6 : pedagang
8 charter 6.2 : pedagang
9 chapter 7 : pemerkosaan
10 chapter 8 : pohon Kamboja
11 charter 9 : apa dia akan menjualku?
12 chapter 10 : hakka House
13 chapter 11 : pecahan
14 chapter 11.2 : pecah
15 chapter 11.3 : pecah
16 chapter 12 : sang penari
17 chapter 13 : mencuri
18 chapter 13.2 : pencuri
19 chapter 14 : kembalikan mainanku!
20 chapter 15 : mei 'er tidak berani
21 chapter 16 : gadis muda yang ceroboh
22 chapter 17 : tarian kemenangan
23 chapter 17.2 : tarian kemenangan
24 chapter 18 : tuan kusir
25 chapter 19 : maka, berangkat kereta kuda itu
26 chapter 19.2 : maka berangkatlah kereta kuda itu.
27 chapter 20 : harapan hanya sebuah harapan
28 Chapter 21 : pemandian air panas
29 chapter 22 : siapa aku sebenarnya?
30 chapter 22.2 : siapa aku sebenarnya?
31 chapter 23 : dewi ahli boneka
32 chapter 24 : gadis polos yang aneh
33 chapter 25 : teman lama
34 chapter 26 : racun
35 chapter 27 : apakah ini akhirnya?
36 chapter 28 : Boneka gerimis salju
37 chapter 29 : di dalam kobaran api itu dia mengingat sesuatu.
38 chapter 30 : danau kecil yang indah
39 chapter 31 : hujan gerimis di malam yang dingin
40 chapter : 32 persiapkan festival musim gugur
41 chapter 33 penyelidikan pembunuhan
42 chapter 33.2 : penyelidikan pembunuhan
43 charter 34 : takdir yang sama?
44 Charter 34.2 : takdir yang sama?
45 chapter 35 : sebaiknya kau tidak melakukan itu
46 chapter 36 : yulan
47 chapter 37 : festival musim gugur
48 chapter 38 : tentu saja, kau sudah berinkarnasi
49 chapter 39 : mari kita akhiri
50 chapter 40 : aku tidak tahu
51 chapter 40.2 : aku tidak tahu
52 chapter 41 : ibu yang pernah merawatnya
53 chapter 42 : apakah ini cinta?
54 chapter 43 : ketidak jelasan
55 chapter 44 : ketidak jelasan
56 Chapter 45 : mimpi buruk
57 Chapter 46 : pedang petir ke sembilan
58 Chapter 47 : ini terlalu cepat bagiku
59 Chapter 48 : dia menikmati kesedihan dengan senyum
60 Chapter 49 : tidak berdaya
61 Chapter 50 : Sebuah mangkuk soup
62 Chapter 51 : akhir
63 Akhir
64 Epilog
Episodes

Updated 64 Episodes

1
chapter 1: seperti air yang bergoyang
2
chapter 1.2 : seperti air yang bergoyang
3
chapter 2 : dia semanis bunga persik
4
chapter 3 : sumur tua
5
chapter 4 : pasar
6
chapter 5 : pedang itu sangat mematikan
7
chapter 6 : pedagang
8
charter 6.2 : pedagang
9
chapter 7 : pemerkosaan
10
chapter 8 : pohon Kamboja
11
charter 9 : apa dia akan menjualku?
12
chapter 10 : hakka House
13
chapter 11 : pecahan
14
chapter 11.2 : pecah
15
chapter 11.3 : pecah
16
chapter 12 : sang penari
17
chapter 13 : mencuri
18
chapter 13.2 : pencuri
19
chapter 14 : kembalikan mainanku!
20
chapter 15 : mei 'er tidak berani
21
chapter 16 : gadis muda yang ceroboh
22
chapter 17 : tarian kemenangan
23
chapter 17.2 : tarian kemenangan
24
chapter 18 : tuan kusir
25
chapter 19 : maka, berangkat kereta kuda itu
26
chapter 19.2 : maka berangkatlah kereta kuda itu.
27
chapter 20 : harapan hanya sebuah harapan
28
Chapter 21 : pemandian air panas
29
chapter 22 : siapa aku sebenarnya?
30
chapter 22.2 : siapa aku sebenarnya?
31
chapter 23 : dewi ahli boneka
32
chapter 24 : gadis polos yang aneh
33
chapter 25 : teman lama
34
chapter 26 : racun
35
chapter 27 : apakah ini akhirnya?
36
chapter 28 : Boneka gerimis salju
37
chapter 29 : di dalam kobaran api itu dia mengingat sesuatu.
38
chapter 30 : danau kecil yang indah
39
chapter 31 : hujan gerimis di malam yang dingin
40
chapter : 32 persiapkan festival musim gugur
41
chapter 33 penyelidikan pembunuhan
42
chapter 33.2 : penyelidikan pembunuhan
43
charter 34 : takdir yang sama?
44
Charter 34.2 : takdir yang sama?
45
chapter 35 : sebaiknya kau tidak melakukan itu
46
chapter 36 : yulan
47
chapter 37 : festival musim gugur
48
chapter 38 : tentu saja, kau sudah berinkarnasi
49
chapter 39 : mari kita akhiri
50
chapter 40 : aku tidak tahu
51
chapter 40.2 : aku tidak tahu
52
chapter 41 : ibu yang pernah merawatnya
53
chapter 42 : apakah ini cinta?
54
chapter 43 : ketidak jelasan
55
chapter 44 : ketidak jelasan
56
Chapter 45 : mimpi buruk
57
Chapter 46 : pedang petir ke sembilan
58
Chapter 47 : ini terlalu cepat bagiku
59
Chapter 48 : dia menikmati kesedihan dengan senyum
60
Chapter 49 : tidak berdaya
61
Chapter 50 : Sebuah mangkuk soup
62
Chapter 51 : akhir
63
Akhir
64
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!