Bab 4 : Tersedak Kuah Soto

Memarkirkan mobilnya di depan rumah, dahi Aga berkerut bingung saat melihat bunda dan putrinya berdiri di depan pintu dengan seseorang wanita berambut panjang. Dari penampilannya, Aga yakin wanita itu tidak tinggal di area dekat rumahnya mengingat beberapa anak gadis tetangganya menggunakan jilbab atau jika tidak mereka masih menggunakan pakaian sopan dengan celana yang panjang. Tidak seperti wanita yang berdiri di depan bundanya dengan rok yang panjangnya di atas lutut.

Begitu mematikan mesin. Wanita itu menoleh ke arahnya hingga membuat rambutnya yang tergerai bergoyang tertiup angin. Satu yang Aga sadari, wajahnya sedikit familiar apalagi dengan senyuman yang mengembang di wajah jelita gadis itu.

Turun dari mobil. Aga berjalan masuk ke halaman rumah yang langsung disambut oleh Yerin dengan berlari kearahnya sambil merentangkan tangannya minta digendong. Dengan senang hati, Aga langsung menggendong putri kecilnya dan mendaratkan satu ciuman di pipi putrinya yang kini menginjak usia 5 tahun. Buah hatinya yang membuat Aga bisa bertahan sejak kehilangan istrinya karena dipanggil oleh Tuhan terlebih dahulu.

"Mas coba tebak. Ini siapa?" tanya bunda.

Pandangan Aga kini kembali menatap wanita didepannya ini. Jika dilihat dari wajahnya, sepertinya masih berada di usia dua puluhan. Mungkin bisa berbeda sekitar 5 sampai 8 tahun lebih muda darinya.

Ada satu nama yang terlintas di kepala Aga sekarang. Namun sedikit mustahil karena sosok pemilik nama itu tak mungkin kembali ke tanah air setelah hampir 10 tahun lebih berada di Negara yang cukup jauh dari Indonesia.

Sayangnya wajah gadis ini terlampau mirip dengan yang ia pikirkan, mungkin hanya berbeda lebih kurus dan jauh lebih terawat dari sebelumnya.

"Wah berarti aku tambah cantik ya bun. Sampai mas Aga nggak ngeh. Mas Aganteng"

Panggilan yang sama yang sudah tak pernah Aga dengar lagi kini kembali terdengar lengkap dengan senyuman centil khasnya. Hanya satu gadis yang memanggilnya dengan sebutan itu. Chaca. Chaca Aliska Rahayu.

"Chaca?" tebak Aga yang sudah pasti benar adanya.

Melihat wanita didepannya ini mengangguk dan tertawa. Membuat jantung Aga berdetak dengan cepat, cobaan apa lagi yang dihadapkan padanya sekarang?. Tetangga ½ons nya kembali?.

"Iya mas. Apa kabar?"

Aga menjabat tangan Chaca yang terulur. "Alhamdulillah baik. Makin cantik aja. Mas sampai pangling"

Chaca menyelipkan anak rambutnya ke telinga dengan gerakan centilnya. Membuat Aga dan bunda tertawa karena beginilah sifat Chaca sedari dulu. "Cantik lah. Jadi, kangen nggak nih sama yang cantik? Kali aja udah cantik begini bisa diangkat jadi calon istri"

Kangen? Ya. Mas kangen sama kamu dek. Dan mas juga tahu, rasa ini yang membuat semuanya menjadi semakin salah.

Sayang. Dia pulang. Aku harus gimana? Batin Aga.

"Gimana nih mas? Chaca siap loh jadi ibunya Yerin" lanjut Chaca tanpa malu sama sekali.

"Chaca nggak mau punya mamah kaya tante!"

Baru juga Aga ingin menjawab, Yerin sudah menjawabnya terlebih dahulu yang membuat bibir Chaca mengerucut dengan mata menyipit tak suka. Sepertinya mulai detik ini, Aga akan merasakan memiliki dua anak perempuan.

Chaca mencolek lengan Yerin yang langsung diusap oleh gadis kecil itu, sewot. "Eits. Nggak boleh gitu. Tante cantik loh. Yerin nggak bakal malu punya mamah cantik yang masih muda begini"

"Yerin pokoknya nggak mau!! Ayah. Uti. Yerin nggak suka sama tante ini!"

Seperti yang sudah-sudah dan sama sekali tak berubah. Aga hanya menghela napasnya saat Chaca malah semakin gencar mencolek tubuh Yerin dengan jahil membuat putrinya ini terus meronta dan memikik tak suka. Chaca tertawa puas sedangkan Yerin mulai terisak tangisnya.

Saking fokusnya mengamati bagaimana penampilan Chaca, Aga bahkan tak sadar jika Yerin mulai menangis.

Cantik. Satu kata yang terlintas saat melihat Chaca tersenyum lebar. Gadis SMA yang ia kenal dulu, yang selalu mengikutinya kemanapun dengan lollipop di mulut, kini tumbuh menjadi wanita dewasa dengan penampilan yang menarik.

Chaca berbeda dengan dulu. Selain cantik, Chaca juga tumbuh menjadi wanita pintar yang mendapat gelar cumlaude saat menyelesaikan S1 nya. Bahkan tante Hanum dengan bangganya berkata jika Chaca juga berhasil menyelamatkan krisis di perusahaan pa'denya di Jerman. Karirnya melejit pesat di sana. Lalu kenapa dia kembali sekarang?.

"Udah. Udah. Ayok masuk dulu. Kita makan sama-sama. Nanti bunda ajak mamih kamu juga Cha"

Ucapan bundanya menyadarkan Aga sepenuhnya. Ia langsung memeluk Yerin yang menangis tersedu-sedu dengan ocehan khasnya.

"Yerin nggak suka sama tante itu. Tante itu jahat!" pekik Yerin begitu Chaca menghilang dari balik pintu, ikut masuk ke rumah dengan bunda.

"Tante Chaca baik Rin. Dia temennya ayah dulu. Baik loh orangnya"

"Nggak mau. Jahat. Tante colek-colek Yerin. Huaaa"

Aga menepuk punggung Yerin pelan. Kehadiran Chaca mungkin akan membuat Yerin sedikit terbuka dengan orang lain. Putrinya terlalu pendiam sedangkan Chaca nggak bisa diam.

"Aduh calon suami sama calon anak. Sini masuk. Makan dulu" ucap Chaca dari dalam rumah yang membuat Yerin kembali memekik tak suka.

Aga hanya bisa tertawa sambil melangkah masuk ke dalam rumah.

Jangan bilang jika kamu yang mengirimnya ke sini ya Yang. Karena kalau begitu, aku semakin merasa bersalah sama kamu. Batin Aga. Tak ada yang tahu, kedatangan Chaca membuat batin Aga berkecamuk tak jelas.

Disisi lain. Hanum yang sejak tadi memperhatikan mereka dari balik jendela rumah hanya diam tak bicara sama sekali. Takdir sepertinya memang akan selalu berputar diantara kedua anak itu.

**

"Jadi apa rencana kamu setelahnya Cha?"

Chaca menoleh ke arah Nisa setelah menyuap satu sendok kuah soto ke dalam mulut. Mereka kini tengah duduk di ruang makan dengan hidangan soto betawi kesukaan Chaca. "Nggak tahu bun. Mamih juga nanya tadi, cuman ya... Chaca jawab aja seadanya. Asal-asalan"

"Seperti?" Nisa menyuapi Yerin yang duduk disampingnya.

"Jadi calon istrinya mas Aga" jawab Chaca lantang.

Aga nyaris tersedak mendengar jawaban Chaca. Ia langsung menegak air yang di berikan oleh bunda lengkap dengan cengiran menggoda wanita yang melahirkannya 36 tahun yang lalu.

"Ekhm. Ini kesedak saking kagetnya atau saking gembiranya ini? Chaca sih harapannya yang kedua" jangan lupa diakhiri dengan senyuman menggoda seperti bunda lengkap dengan kedipan mata yang membuat Aga kini benar-benar tersedak.

Rasanya benar-benar menyakitkan saat air yang tengah ia minum malah naik menuju hidung. Masalahnya bukan hanya air putih saja, namun juga membaur dengan sisa-sisa kuah pedas yang ada di mulutnya. Aga bahkan sampai terbatuk berkali-kali dan berkahir memilih untuk pergi menuju kamar mandi.

Yerin yang melihat itu melirik tak suka ke arah Chaca. Yang malah mendapat balasan senyuman manis lengkap ciuman jarak jauh dari teman ayahnya ini.

Chaca, tetaplah Chaca dengan sikap ajaibnya.

***

Terpopuler

Comments

Arini Hamka

Arini Hamka

novel yg kocak dg kelakuan perawan ceria nih.mas aga buka lowongan gak

2022-10-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!