Chaca kembali merapikan penampilannya dari jendela kaca rumah ini. Cantik. Satu kata yang bisa menggambarkan bagaimana penampilan dirinya sekarang. Meski habis bermain kucing-kucingan dengan sang mamih, kecantikan Chaca tak akan luntur begitu saja mengingat harga make up nya jelas tak murah.
Pintu yang sebelumnya tertutup kini terbuka perlahan menunjukkan seorang makhluk kecil berambut panjang dengan wajah cantik. Usianya mungkin sekitar 5 atau 6 tahun.
"Hai." sapa Chaca ramah.
Tak ada tanggapan sama sekali dari gadis kecil itu. Dia hanya menatap balik Chaca dengan dahi berkerut tak suka. Dari postur wajahnya yang kecil dengan hidung mancung, komposisi yang pas dan sempurna menunjukkan ketampanan dan kecantikan orang tua gadis ini.
Mas Aga? Oh jelas tampan. Amat tampan di mata Chaca. Mantan istrinya? Juga lumayan cantik meski jelas lebih cantik Chaca dibanding ibu gadis ini.
"Hai. Aku Chaca. Panggil aja mamih Chaca" Chaca terkekek geli sendiri meski mendapat tatapan tak suka dari lawan bicaranya.
Nggak apa-apa kan dipanggil mamih?. Anggap saja latihan untuk menjadi ibu yang baik. Kali saja mas Aga jatuh cinta padanya.
Membuyarkan harapan konyolnya. Chaca menggeleng lalu berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis ini "Tante Chaca" koreksinya.
"Namanya siapa?" Chaca mengulurkan tangannya. Barangkali dicium jadi bisa cosplay beneran jadi ibu sambung.
Caelah Cha. Mikirnya jauh bet.
Cukup lama tangan Chaca berada di udara tanpa ada balasan jabatan dari gadis kecil ini. Wajah dingin tak suka terpampang jelas dalam ekspresinya.
Aduh cak ayu. Ini calon mamah mu loh. Gak boleh dingin begitu. Batin Chaca.
Paper bag yang berada ditangannya, kini Chaca ulurkan ke arah gadis didepannya ini. Barangkali karena tahu isi coklat, bocah ini bisa sedikit melunak.
Jangan susahkan diriku untuk ambil papah mu nak. Kalau kamu nggak setuju. Rumit jalan ibu sambung mu ini. Batin Chaca lagi. Padahal ingin sekali dilontarkan namun takut mendapatkan tatapan yang semakin dingin. Usia 5-6 tahun jelas sudah paham dengan apa yang diucapkan orang lain.
"Buset dah ini bocah kaya patung pancoran yang diem bae" ucap Chaca lirih.
"Aku denger ya"
Chaca menarik senyumnya. Nada bicaranya persis dengan nada bicara mas Aga jika pria itu sedang kesal. Jadi nambah kangen sama bapak kamu nak.
"Eh Chaca ya?"
Suara yang menginterupsi mereka membuat Chaca menoleh ke belakang. Ke arah wanita berhijab hitam yang berjalan masuk dengan tentengan di tangan. Itu Nisa. Ibu mas Aga. Calon ibu mertuanya.
"Iya bunda" jawab Chaca tak kalah senangnya.
Kenapa manggil bunda?.
Karena cosplay jadi menantu idaman yang manggil ibu suaminya dengan panggilan yang sama dengan suami?.
Tidak.
Sejak menjadi tetangga barunya dan Chaca semakin dekat dengan keluarga ini. Chaca memang langsung memanggil ibu dari mas Aga dengan panggilan 'Bunda'. Biar lebih dekat saja.
"Ya Allah. Bunda pangling dek. Bunda kira siapa, cantik bener dari belakang"
Chaca mengambil tangan Nisa dan menciumnya. Sebelum akhirnya memeluk dengan erat karena merasa bersalah tidak datang saat dulu wanita ini menjalani operasi usus buntu. "Sehat Bun?"
Nisa mengelus puncak kepala Chaca "Alhamdulillah. Kamu sehat?"
Nggak bun. Hati Chaca hancur pas mas Aga nikah.
"Alhamdulillah baik juga Bunda." jawab Chaca dengan senyuman manisnya. Gila saja jika dirinya menjawab seperti kata hatinya.
Mata Chaca kini bergerak ke segala arah. Mencari-cari keberadaan mas Aganteng nya yang masih belum juga kelihatan batang hidungnya. Kata orang duda itu lebih menggoda. Karena itu Chaca tak sabaran untuk melihat penampilan calon imamnya itu.
Gerak-gerik Chaca jelas tertangkap oleh pengamatan Nisa. Wanita yang kini berusia di akhir 40 tahunan tersenyum melihatnya. Nisa harap kedatangan Chaca akan membuat putranya bisa bangkit kembali. "Nyari mas Aga?"
Chaca menggaruk tengkuknya kikuk. Malu karena ketahuan mencari keberadaan laki-laki itu. "Iya bunda. Mas Aga belum pulang bun?"
"Belum. Biasanya sih udah pulang jam segini. Mungkin macet."
Chaca menganggukkan kepalanya. Jakarta di jam kerja seperti ini jelas mustahil jika tidak terjebak macet.
"Uti. Ini siapa?" suara imut terdengar menyela pembicaraan mereka.
Nisa mengusap puncak kepala cucunya ini "Yerin kenalin. Ini tante Chaca. Anaknya nenek Hanum"
Chaca melambaikan tangannya pada Yerin. Namun gadis itu hanya menatapnya dari atas hingga bawah tanpa berniat untuk balas melambaikan tangan.
"Cha. Kenalin. Ini Yeri. Anaknya mas Aga"
Fix. Susah udah gue mepet bapaknya kalau pawangnya begini. Gerutu Chaca dalam hati.
Kalau pawangnya mas Aga sejak awal menatapnya ramah. Langkahnya jelas akan mudah. Tapi ini? Chaca pasrah sudah.
Suara deru mobil yang terparkir didepan gerbang, membuat Chaca langsung menoleh seketika. Senyumnya tak bisa ia sembunyikan tatkala melihat sosok pria berjas hitam keluar dari mobil dan berjalan mendekat ke arah mereka. Rahang yang tegas dengan hidung mancung, mata tajam dan rambut klimis seakan membuktikan apa yang ia dengar dari teman-temannya. Duda lebih menggoda. Dan itu benar adanya.
Senyum Chaca tak menghilang sama sekali saat melihat adanya kerutan di wajah pria itu. Yerin yang sebelumnya berdiri di samping Nisa, langsung berlari menghambur ke laki-laki itu dan minta untuk digendong.
Agantara Priyadi. Cinta pertama Chaca dan sedang diusahakan untuk menjadi cinta terakhir Chaca juga.
"Mas coba tebak ini siapa?" tanya Nisa.
Kata orang, Chaca itu liar seperti kucing garong dihadapan spesies manusia berjenis kelamin laki-laki. Tapi tidak ada yang tahu jika Chaca bisa menjadi kucing angora yang menggemaskan jika berhadapan langsung dengan Aga.
Malu-malu kuda. Kata om Dimas.
Aga yang mendapat pertanyaan semakin mengerutkan dahinya. Satu nama sudah terlintas di kepalanya. Hanya saja Aga tak berani mengatakannya karena takut salah menebak.
"Wah berarti aku tambah cantik ya bun. Sampai mas Aga nggak ngeh. Mas Aganteng"
Begitu panggilan itu kembali terlontar. Aga membulatkan matanya karena terkejut "Chaca?"
Tawa Chaca menggema. Ingin rasanya ia berlari dan memeluk tubuh kekar Aga. Namun melihat raut wajah Yerin, membuat Chaca mengubur dalam-dalam keinginannya itu.
"Iya mas. Apa kabar?" tanya Chaca.
"Alhamdulillah baik. Makin cantik aja. Mas sampai pangling"
Chaca menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan gerakan centilnya yang membuat Nisa ikut tertawa "Cantik lah. Kangen nggak nih sama yang cantik begini. Kali aja mau dijadiin calon istri" celetuk Chaca.
Aga menggelengkan kepalanya sambil tertawa. Tetangga ½ons nya sudah kembali.
Sayang. Dia pulang. Aku harus bagaimana?. Batin Aga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments