Chapter 3

Jujur saja, aku memiliki kekhawatiran sendiri saat tadi pagi mendengar perkataan Taka yang menyanggupi untuk menjadi seorang muslim. Mungkin aku terdengar berlebihan alih-alih merasa senang. Tapi menjadi muslim karena sebuah pernikahan mendatangkan ketakutan pada diriku.

Aku takut jika kami menghadapi perbedaan pemahaman dari segi agama dalam menyikapi permasalahan yang mungkin datang dalam pernikahan antara aku yang sedikit banyak sudah mengerti tentang islam, dan dia yang belum tau sama sekali. Terlebih, aku takut jika ia menjadi seorang muslim hanya untuk mempermudah pernikahan kami. Memikirkan ini semua membuat kepalaku cukup sakit.

Terpikir akan sesuatu, aku mencoba mencari kontak organisasi muslim di Jepang dan untungnya, aku bisa mendapatkannya dengan mudah. Berbekal kenekatan, aku mengkontak nomor yang tertera di situs Islamic Centre Mesjid Istiqlal Osaka yang melayani konsultasi untuk masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang islam.

Mesjid Istiqlal Osaka adalah mesjid pertama di Jepang yang dikelola oleh orang Indonesia dan Islamic Centre adalah organisasi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Didirikan pada tahun 1966 serta merupakan organisasi yang diakui secara hukum. Organisasi ini bersifat non komersial dan bukan merupakan organisasi politik. Di sini bisa didapatkan info-info sehubungan dengan Islam di Jepang. Misalnya, info mengenai dokumen apa saja yang diperlukan untuk menyiapkan perkawinan secara Islam di Jepang, kelas-kelas pelajaran agama, dan konsultasi mengenai Islam atau kehidupan umat muslim di Jepang.

[Assalamualaikum. Perkenalkan saya Rinai, orang Indonesia yang sedang tinggal di Jepang. Dalam waktu dekat saya akan melangsungkan pernikahan dengan seorang pria Jepang yang sudah bersedia menjadi mualaf. Tapi, saya masih memiliki ketakutan sendiri. Saya takut jika calon suami saya hanya sekedar menjadi mualaf untuk identitas dan keperluan menikah tanpa diiringin dengan melaksanakan kewajiban yang umat muslim lakukan. Apakah keputusan saya menerima pernikahan ini tepat? Besar harapan saya, anda membalas email ini. Wassalamualaikum]

Aku menekan tombol kirim dan menghembuskan nafas panjang.

***

[Waalaikumsalam, salam kenal Rinai. Perkenalkan, saya Syaroh. Saya seorang warga negara Indonesia yang menetap di Jepang dan bersuamikan seorang Jepang. Awal menikah pun, saya memiliki pemikiran yang sama dengan anda. Saya dapat merasakan kekhawatiran anda. Namun yang bisa saya katakan pada anda adalah, bahwa hidayah bisa datang kapan saja, di mana saja dan melalui siapa saja. Mungkin calon suami anda berniat menjadi seorang mualaf karena akan melangsungkan pernikahan dengan anda. Jika memamg iya, bisa saya bilang, perjuangan anda baru dimulai setelah menikah. Sedikit banyak, anda orang terdekat yang akan memperkenalkan wajah islam yang sebenarnya pada suami anda kelak. Bagaimana kewajiban seorang muslim, beserta larangan-larangannya. Jangan menaruh kekhawatiran berlebih sehingga menyurutkan langkah anda. Siapa tahu setelah menikah dan melihat kehidupan anda sebagai seorang muslim, suami anda kelak merasa terpanggil dari hati untuk mengikuti jejak anda. Belajar itu berlaku untuk seumur hidup, termasuk dalam mempelajari agama. Bismillah, niatkan dalam hati anda untuk memasuki sebuah kehidupan baru yang dalam agama kita diibaratkan seperti menyempurnakan setengah agama. Doakan agar suami anda kelak mendapat hidayah dari Allah SWT dan istiqomah. Kami saudara sesama muslim akan ikut mendoakan untuk kebaikan kalian berdua. Semoga jawaban saya bisa sedikit meringankan beban anda. Wassalamualaikum.]

"Alhamdulillah," ucapku penuh kelegaan, sesaat setelah membaca balasan email yang kukirim.

***

Menjelang sore Taka datang dan membawa banyak cemilan. Ia berkata bahwa itu pemberian dari istri Toru untukku. Mataku berbinar saat melihat Higashi, Yatsuhashi, dan Okaki.

Higashi adalah kue tradisional Jepang yang kering dan manis. Berbahan tepung beras dan gula, Higashi termasuk kue tahan lama. Tampilannya cantik dengan aneka bentuk. Biasanya Higashi jadi pelengkap minum teh hijau saat upacara minum teh. Rasa manis Higashi mampu mengimbangi pahitnya Matcha.

Sedangkan Yatsuhashi merupakan kue dari Kyoto yang terbuat dari tepung beras dengan isian manis seperti gula kayu manis, kacang merah, coklat. Di Indonesia hampir sama dengan klepon. Bedanya, Yatsuhashi ini berbentuk segitiga.

Dari ketiganya, favoritku adalah Okaki. Okaki merupakan crackers beras tradisional Jepang yang terbuat dari beras dan garam. Olahan beras ketan ini melalui proses pengukusan, pengeringan, pemanggangan atau penggorengan dengan minyak sayur sampai renyah. Proses pembuatannya bisa memakan waktu satu minggu. Okaki tersedia dalam rasa rumput laut, red pepper, matcha hingga wasabi.

"Aku akan membuat teh, cemilan itu cocok diminum dengan teh," ucapku menuju ke dapur. Taka hanya tersenyum lebar melihat tingkahku. Ia sangat tau jika aku suka memakan cemilan manis.

"Sudah ada informasi mengenai apa saja yang harus aku lakukan untuk pernikahan kita?" tanya Taka saat aku baru saja duduk di sebelahnya dan membuka bungkus Okaki.

"Ya, kamu berkata jika kamu bersedia menjadi seorang muslim, kan?"

Ia mengangguk.

"Pertama-tama, ada syarat yang harus kamu penuhi untuk menjadi seorang muslim. Kalau kamu ada waktu, besok kita bisa pergi ke Tokyo Camii untuk mendapatkan informasi lebih banyak," jelasku.

Tokyo Camii adalah sebuah masjid terbesar di Jepang dengan sebuah pusat budaya Turki berada di dekatnya yang terletak di distrik Ōyama-chō, kawasan Shibuya, Tokyo, Jepang. Masjid tersebut awalnya berdiri dengan sebuah sekolah yang berdekatan dengan masjid tersebut pada 12 Mei 1938 oleh para imigran Bashkir dan Tatar asal Rusia yang datang ke Jepang setelah Revolusi Oktober.

"Apakah sulit untuk menjadi seorang muslim?" tanya Taka lagi. Aku bisa menangkap rasa penasaran dalam suaranya.

"Tidak juga. Kamu hanya perlu mengucap 2 kalimat."

"2 kalimat? Apakah sulit?"

Aku menolehkan kepalaku dan menatapnya sesaat. "Untuk menjadi seorang muslim, kamu hanya perlu mengucapkan dua kalimat syahadat. Kamu bisa mencarinya di internet kalau kamu tidak sabar menunggu besok."

Taka mengangguk mengerti. "Aku akan menunggu besok saja. Banyak hal yang ingin kutau lebih jauh tentang islam."

Aku tersenyum dan merasa mendapat kelegaan dalam hati. Taka menunjukkan ketertarikannya walaupun baru sedikit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!