Chapter 2

Jam enam pagi, Taka sudah berdiri di depan pintu apartemenku dengan membawa banyak bungkusan. Aku yang masih setengah sadar karena mengantuk, membuka pintu dengan masih memakai baju tidur.

"Apakah aku membangunkanmu?" tanya Taka.

"Ya, aku masih tidur saat kamu menekan bel," jawabku menguap. "Duduklah dulu."

"Aku akan menyiapkan sarapan saja. Nikmati mandi pagimu," ucapnya berjalan ke arah dapur.

***

Keluar dari kamar mandi, aku melihat sudah ada beberapa makanan untuk sarapan di meja dekat sofa, termasuk kopi. Entah di mana Taka mendapatkan itu semua di pagi hari seperti ini.

"Ada yang ingin kutanyakan," kata Taka setelah aku duduk dan menyesap secangkir kopi.

"Katakan saja." Aku menatap lekat pria itu yang terlihat ragu.

"Tentang sesuatu ...," lirih Taka.

"Katakan saja, Taka. Ada apa?"

"Bagaimana jika kita mempercepat pernikahan?" kata Taka menatap tepat ke mata.

Kedua alisku terangkat, "Hei, ada apa? Kenapa tiba-tiba membicarakan pernikahan? Apakah ada sesuatu?"

Taka diam sejenak sebelum bersuara. "Aku baru saja membaca email resmi dini hari tadi sebelum tidur yang isinya tentang pemberitahuan jika kami akan segera masuk ke materi album kedua segera setelah pindah ke studio yang baru. Dan untuk album kedua ini, perusahaan label kami bekerja sama dengan perusahaan di luar negeri untuk pembuatan album. Dari rekaman hingga video klip. Aku ingin membawamu bersamaku jika sudah waktunya harus ke luar negeri untuk rekaman."

"Wah, aku akan ke luar negeri?" tanyaku antusias.

"Bukankah kamu sekarang sedang di luar negeri?"

Aku tersenyum lebar dan mengusap rambutku pelan.

Aku akan membawamu denganku, tapi dengan satu syarat. Kita harus sudah menikah. Jadi, aku ingin membicarakannya dari sekarang. Aku harus tau apa saja yang harus kulakukan agar bisa dengan cepat menikahimu," jelas Taka panjang lebar.

Aku mengangguk. "Baiklah, ini memang sudah seharusnya dibicarakan. Ngomong-ngomong, apakah sopan jika aku bertanya apa agamamu?"

Taka tertawa terbahak, "Sebetulnya, itu pertanyaan yang sangat tidak sopan karena itu adalah hal yang sangat pribadi. Namun, karena kamu adalah calon istriku, aku tidak keberatan. Orang tuaku beragama Budha. Tapi mereka juga bukan tipe orang yang religius. Aku sendiri adalah seorang Agnostik. Apa ada hubungannya dengan agama?"

Aku terhenyak sesaat. Ini bukan sesuatu yang mudah. Secara umum Agnostik adalah pandangan yang percaya akan adanya Tuhan jika mereka dapat membuktikannya secara ilmiah. Ini berbeda dengan Atheis. Atheis sendiri adalah pandangan yang tidak percaya akan adanya Tuhan dan menolak keberadaan Tuhan.

Negara Jepang sendiri menempati urutan kedua sebagai negara dengan penganut Atheis terbanyak. Lalu disusul dengan penganut Agnostik. Banyak orang Jepang yang meskipun Agnostik namun tetap menjalankan praktek ritual dan perayaan lebih dari satu agama sepanjang tahunnya sebagai bentuk tradisi dan apa yang mereka anggap sebagai kegiatan mengasyikkan. Orang Jepang merayakan Shichi-Go-San, Hatsumōde, dan Matsuri di kuil Shinto.

Sedangkan penduduk Jepang yang beragama, mayoritas penganut Budha dan Shinto walaupun banyak dari mereka yang mengaku tidak religius dalam mengamalkan ajaran agama yang mereka anut.

"Aku seorang muslim," ucapku lirih tanpa menjawab pertanyaan Taka. "Dan aku ingin jika aku menikah, itu dilakukan secara islam."

"Tidak masalah, aku bisa menjadi seorang muslim. Apa yang harus kulakukan?" tanya Taka.

Aku terdiam selama beberapa saat. Memang benar, aku bukanlah seorang muslim yang taat. Ibadah yang kulakukan hanya sebatas ibadah yang wajib saja seperti sholat lima waktu dan juga puasa di bulan ramadhan. Namun, di saat aku mendengar bahwa ia akan menjadi seorang muslim, aku menginginkannya secara total. Dalam artian, bukan hanya sebagai identitas. Ia harus melakukan kewajiban yang dilakukan umat muslim lainnya.

"Rinai?" tanya Taka lembut.

Aku menatapnya lama. Banyak hal yang ingin kuungkapkan namun entah kenapa lidahku kelu. "Aku akan mencari tau bagaimana caranya agar kamu bisa menjadi seorang muslim. Jika aku sudah mengetahui caranya, aku akan memberitahumu," ucapku pada akhirnya.

Taka mengangguk mengerti dan merebahkan dirinya di sofa.

***

Aku sedang mengetik ketika ponsel Taka berdering dan membuatnya terbangun. Setelah berbincang beberapa saat, ia berpamitan untuk kembali ke apartemen karena Toru akan datang untuk mengambil gitar.

Aku menutup draft tulisanku dan menuju ke aplikasi pencarian internet. Setelah mendapatkan apa yang aku cari, aku mengetik sesuatu dan kembali melanjutkan mengetik tulisan untuk blog milikku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!