Aishiteru, Taka!

Aishiteru, Taka!

Chapter 1

Taksi membelah jalanan menuju Tokyo dari Shinjuku dengan aku dan Taka sebagai penumpang. Kami berdua memutuskan untuk menggunakan taksi, karena transportasi kereta sudah tidak beroperasi, begitu juga dengan bis.

Beberapa saat lalu, kami berpisah dengan teman-teman yang lain di depan sebuah toko buku. Acara kumpul-kumpul kali ini bisa dibilang istimewa karena bersamaan dengan momen di mana Taka melamarku secara resmi.

Dari toko buku, kami berjalan menuju ke Stasiun Shinjuku untuk mencari taksi. Tidak seperti di Indonesia, di Jepang tidak mudah mencari taksi sembarangan di jalan raya. Taksi-taksi ini bisa ditemukan di area tunggu taksi di bandara atau di pintu keluar stasiun-stasiun besar, salah satunya Stasiun Shinjuku.

Sesampainya di sana, kami tidak langsung naik ke taksi yang sedang diparkir. Taka mengamati satu persatu dan berkata padaku jika kami harus menunggu sebentar.

Taksi di Jepang dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan ukuran kendaraan. Taksi berukuran besar (oogatasha) bisa membawa 5 sampai 6 penumpang. Taksi berukuran sedang (chuugatasha) dan kecil (kogatasha) yang maksimal membawa 4 orang penumpang. Tarif di antara ketiga tipe taksi ini juga berbeda. Itulah kenapa, Taka memintaku menunggu sebentar sebelum pada akhirnya kami mendapatkan taksi tipe kecil (kogatasha).

Untuk 2 kilometer pertama, penumpang akan dikenakan tarif 600-700 Yen. Kemudian argo taksi akan bertambah 80-90 yen setiap 280-300 meter. Jika terjebak macet atau berhenti karena lampu lalu lintas, ongkos taksi akan bertambah lagi 80-90 yen setiap 2 menit. Jarak dari Stasiun Shinjuku ke apartemenku sekitar 12 kilometer, dan ongkos yang harus dikeluarkan, hampir mencapai 3000 yen atau setara dengan 300 ribu rupiah lebih.

***

"Apakah kita bisa segera ke Indonesia?" tanya Taka menatapku. Taksi melaju di kawasan Kitanomarukoen-Chiyoda, Tokyo. Tepat di depan National Museum of Modern Art Tokyo. Bukannya langsung menjawab pertanyaan Taka, aku malah melihat ke arah bangunan museum dengan pandangan kagum yang mengalihkan perhatianku.

National Museum of Modern Art Tokyo atau Museum Nasional Seni Modern Tokyo merupakan museum nasional pertama di Jepang yang terletak di taman Kitanomaru dan berdekatan dengan Istana Kekaisaran Jepang.

Museum ini memiliki banyak koleksi karya seni modern serta kontemporer Jepang, sekitar 13.000 barang termasuk karya seni oleh pelukis Jepang ternama Yokoyama Taikan. Selain pameran yang permanen, ada juga banyak pameran khusus yang menampilkan seniman dalam dan luar negeri, lukisan dan patung, karya seni avant-garde, dan karya video.

"Rinai-chan ...," panggil Taka tersenyum.

"Ya? Maaf Taka, aku terpesona melihat bangunan itu," ucapku tersipu. "Kamu bertanya apa?"

"Apakah kita bisa segera ke Indonesia?" Taka mengulang pertanyaannya.

"Untuk menikah?" tanyaku lagi.

Taka tergelak, "Kamu ingin secepatnya kita menikah?"

Aku mengangguk cepat dan tersenyum lebar.

"Bersabarlah. Aku ingin berkenalan dulu dengan keluargamu, Rinai," jawab Taka. "Memangnya, kamu ingin kita menikah di mana?"

"Manajermu bilang, manajemen dan perusahaan label tidak mempermasalahkan jika anggota grup terlibat hubungan asmara, bahkan menikah. Tapi—," ucapanku terputus.

"Tapi karena aku merupakan satu-satunya yang baru bergabung dengan grup, dan sedang mendapat perhatian dari media serta para penggemar, akan bijaksana jika untuk sementara waktu menyembunyikan hubungan asmara kita," potong Taka melanjutkan perkataanku.

"Iya, itu kata manajermu," sahutku. "Jadi bagaimana? Jika kita ke indonesia, ada kemungkinan orang melihatmu di bandara. Entah itu untuk berkenalan dengan keluargaku atau pun kalau kita akan menikah di sana. Jadi, aku memilih menikah di Jepang saja."

"Lalu bagaimana dengan keluargamu?"

"Mereka akan kuminta datang ke Jepang. Kakak sempat mengikuti prgram kehamilan dari salah satu rumah sakit di sini, lalu berhenti untuk beberapa waktu. Kabar terakhir yang kudengar, ia akan memulai lagi program kehamilan tersebut. Aku bisa sekalian meminta mama dan papa ke sini agar kamu bisa menemui mereka," jelasku.

Taka mengangguk dan tersenyum, tangannya menggenggam erat tanganku. Mataku sesekali melirik ke arah cincin mungil yang kini tersemat di jari.

***

"Beristirahatlah, aku punya waktu luang beberapa hari sebelum proses kepindahan studio. Kurasa, kita bisa jalan-jalan ke suatu tempat," kata Taka setelah sampai di depan apartemenku

Di toko buku, manajer memberitahukan jika dalam beberapa waktu ke depan, Taka dan grup bandnya akan pindah ke tempat yang lebih besar dibanding sebelumnya. Tempat itu berfungsi sebagai studio untuk berlatih, serta sebagai markas para anggota untuk kepentingan grup mereka.

Aku menggeleng, "Aku ingin menghabiskan waktu di apartemen saja. Kamu sudah cukup lelah, seharusnya kamu beristirahat, bukannya malah mengajakku jalan-jalan. Selain itu, aku tidak yakin jika kita bisa berjalan-jalan dengan tenang, fansmu bertebaran di mana-mana."

Taka tertawa, "Baiklah kalau begitu, masuk segera ke dalam. Sampai jumpa besok!"

"Sampai jumpa besok, Taka," ucapku seraya melambaikan tangan menatap punggung Taka yang berjalan menjauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!