Akhirnya Ryan Alaska berhasil memasuki rumah Adinda melalui kaca jendela yang sempit.
Adinda tetap nekat menendang kursi sebagai pijakan terakhirnya, tubuh perempuan itu tergantung-gantung dan mulai merasakan kesakitan tercekik yang amat dahsyat. Ryan berlari secepat kilat, menggantikan bahunya sebagai pijakan Adinda. Kecepatan waktu yang masih bisa menyelamatkan nyawa wanita malang itu.
"Lepaskan tali itu dari leher mu!" bentak Ryan sangat keras sampai suaranya menggema di ruangan itu dengan tujuan agar Adinda tersadar dari pikiran kosongnya.
(Sebagai seorang Bodyguard profesional, Ryan harus mampu melindungi keselamatan seseorang yang perintahkan oleh majikannya)
Adinda seperti tersadar melepaskan tali itu dengan cepat dari lehernya, ia merasa tidak sanggup merasakan sakitnya sakaratul maut. nasib baik wanita itu, Ryan berhasil menyelamatkan dirinya.
Begitu talinya terlepas, Ryan tidak kuat menopang Adinda dalam posisi berdiri di atas bahunya, keduanya sama-sama terjatuh ke lantai. Tubuh Adinda terhempas lemas di atas tubuh lelaki itu dalam wajahnya sangat pucat.
"Aaaah...Hah!" tarikan nafas kelelahan Ryan yang terdengar hebat seperti baru saja mengikuti lomba lari yang cukup kencang dan berhasil finish di garis estafet.
"Apa kau tidak punya pekerjaan lagi sehingga harus merepotkan orang lain!" tegur kesal Ryan.
Adinda tidak merespon, matanya terpejam, melihat hal itu, Ryan bangkit dengan cepat dan memeriksa denyut nadi Adinda yang masih berdetak.
"*Syukurlah, di*a masih hidup, tubuhnya cukup hangat, sepertinya ia pingsan!" gumam Ryan.
Meski dalam kondisi tangan terluka dan darah yang terus menetes, Ryan dengan sekuat tenaga mengangkat tubuh Adinda ke dalam kamar dan meletakkannya di atas kasur.
"Aku harus telpon Frans...Tapi untuk saat ini Adinda butuh pertolongan cepat?" pikir pemuda itu.
Ryan menelpon seorang Dokter, bernama Alamsyah asal Sumatera, ia memohon agar pria itu datang menolongnya, keduanya cukup dekat.
Sembari menunggu Alamsyah datang, Ryan mencoba menelpon Frans namun ponsel lelaki itu lagi-lagi tidak bisa dihubungi.
Ryan terlihat panik bercampur kesal dengan Frans yang menyerahkan masalah pribadinya begitu saja, dan tidak merasa khawatir sedikitpun dengan kondisi Adinda.
Tidak berapa lama, terlihat Alamsyah datang.
"Ting" bunyi pesan dari Alam.
"Abang sudah di depan rumah yang kau maksud, kau ada dimana?"
Ryan bergegas keluar menjemput kedatangan Alam dan menuntunnya masuk melalu jendela darurat.
Sang dr sempat terheran-heran dan langsung bertanya kepada Ryan.
"Apa kau sedang membobol rumah orang?" tanya Alam sedikit bingung.
"Nanti Ryan ceritakan bang, sekarang ayo periksa kondisi seseorang dulu!" jawab Ryan membawa Alam dengan langkah yang cepat menuju kamar.
Tanpa bertanya lagi, Alamsyah bergegas memeriksa kondisi Adinda.
Saat Alamsyah fokus memeriksa kondisi Adinda, Ryan tetap berusaha menghubungi Frans sampai akhirnya Ryan meninggalkan pesan suara;
"Bos, tolong telpon aku secepatnya, ini darurat sekali! Tolonglah, luangkan sedikit saja waktumu!"
Terlihat sang Dokter sudah selesai memeriksa pasien wanita bernama Adinda Aira itu.
"Bagaimana Bang, apa kondisi dia baik-baik saja!" tanya Ryan penasaran dan sedikit khawatir.
"Dia hanya pingsan kecil dalam kejiwaan yang shock, nanti juga akan sadar sendiri?" ucap Alam.
"Apa dia demam Bang?"
"Suhu tubuhnya 38°c, sedikit lebih hangat, kepalanya terasa pusing, serta perut yang mual!"
Alamsyah menyiapkan obat-obat untuk Adinda.
"Apa sebaiknya dia di suntik saja Bang, biar lebih cepat reaksinya, kita juga tidak tau kapan dia akan sadar!" Saran Ryan yang ingin buru-buru selesai dengan pekerjaannya itu.
"Ada kemungkinan wanita ini sedang mengandung, aku tidak berani memberikan suntikan kepadanya!"
"Apah? Mengandung?" Ryan cukup terkejut mendengar pernyataan Alam.
"Iyah, aku pastikan dia sedang hamil, tapi lebih akurat dan menyakinkan, sebaiknya besok ia harus periksa langsung melalui USG atau lebih sederhana dengan menggunakan tes uji kehamilan!"
Ryan mulai berpikir keras sampai dahinya terlihat mengerut tajam.
"Apa ini yang menyebabkan Adinda ingin bunuh diri dan kehamilannya adalah hasil dari hubungan gelap bersama Frans?
Huuuft, apa yang sedang dipikirkan si Frans gila itu, ini benar-benar kacau jika Aditama dan Om Deny tau tentang masalah ini, ia sudah tau akan menikah dengan Nia, masih terpikir tidur dengan wanita lain, sampai hamil pula? atau wanita ini yang terlalu murahan," gumam kesal Ryan sambil mengusap wajahnya yang kusut, ia merasa terseret dalam masalah yang cukup rumit.
"Sepertinya tangan mu terluka!" kata Alam membuyarkan lamunan Frans.
"Iyah Bang!" Ryan menyodorkan tangannya.
Alamsyah memeriksa dengan teliti,
"Tusukan beling itu cukup membahayakan, bagaimana jika kamu di suntik saja!"
"Boleh Bang!"
Luka Ryan diperban dengan rapi dan ia merasa sudah lebih baikan.
"Apa yang terjadi, apa wanita ini kekasihmu?" tanya Alam penasaran.
"Bukan, ia kekasih gelap Frans!"
"Bos kamu itu?"
Ryan mengangguk lesu.
"Sebaiknya kita bicara di luar saja, biarkan dia istirahat!" pinta Alam. Kedua lelaki itu berjalan keluar, duduk di ruangan tamu.
Ryan menceritakan kronologis kejadian itu mulai ia mendapatkan perintah tugas dari Frans sampai dengan menelpon Alamsyah.
Alamsyah adalah tempat curhatan Ryan Alaska. Mereka sudah seperti kakak dan beradik. Alm juga sahabat dekat mendiang Ayah Ryan.
"Haaaah (tarikan nafas lelah dan panjang Ryan bersandar di sebuah sofa, hari ini ia mengeluarkan semua tenaga kecepatannya untuk menolong Adinda. Energinya benar-benar terkuras)
"Frans sudah punya tunangan, tapi masih bermain dengan wanita lain! Cukup Bajingan." ucap kesal Ryan.
"Jangan mencela, pada dasarnya ketika manusia diberikan banyak kenikmatan, maka ia akan lalai dan lupa kepada Tuhannya, kerap melakukan dosa karena sudah terjerat dengan rasa nafsu yang berlebihan. Tahta, harta dan wanita ibarat satu paket yang tidak bisa dipisahkan, hanya lelaki yang dirahmati Allah lah yang mampu menundukkan pandangannya.
Sebaiknya kasus ini, kita jadikan pelajaran bukan cacian, Abang takut, besok, kita berdua bisa saja di uji dengan kasus yang mirip seperti Frans!" Alamsyah selain Dokter, ia juga ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) di lingkungan tempat tinggalnya.
"Iyah Bang!"
"Akhir zaman sekarang, memang sudah seperti itu, gemar berzina daripada menikah, sudah menjadi hal biasa, kalau sudah begini, wanita lah yang paling dirugikan!" Nasehat Alam.
"Apa yang harus Ryan lakukan bang, apa kita harus meninggalkannya Adinda sendiri disini, sementara Frans tidak bisa dihubungi?"
"Kau mengenal wanita itu? Mungkin dia punya saudara atau teman yang bisa dihubungi untuk menemaninya malam ini?"
"Aku tidak tau apapun tentang dia, hanya saja, saat masih SMP kami berada satu sekolah, ia satu tahun di bawahku!" jawab Ryan.
"Bagaimana dengan ponselnya? Adakah kontak yang bisa di hubungi?"
"Ponselnya menggunakan password sama seperti pintu rumahnya, aku tidak bisa membukanya!"
"Hem, kalau begitu, kau tetap disini Ryan, jangan tinggalkan dia sendiri, sampai ia tersadar dan menyuruhnya menghubungi kerabat atau saudaranya yang bisa membantunya."
Ryan terdiam sejenak. Tidak ada pilihan lagi ia pun akhirnya mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
erenn_na
hadapi masalah bukan menghindari masalah. karena sejauh apapun kamu menghindar jika tak kau selesaikan hanya akan meminta pertanggungjawaban di kemudian hari. bahkan kita nggak akan hidup tenang
2022-12-08
2
Nyai💔
jangan di tinggl dlu Ryan tungguin aja adinda smpai sadar
2022-12-05
1
⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽
astaga jgn bunuh diri dong masalah pasti bs terselesaikan kan ada ryan
2022-11-01
1