Bab 5 - Adinda ingin bunuh diri

Akhirnya Ryan Alaska berhasil memasuki rumah Adinda melalui kaca jendela yang sempit.

Adinda tetap nekat menendang kursi sebagai pijakan terakhirnya, tubuh perempuan itu tergantung-gantung dan mulai merasakan kesakitan tercekik yang amat dahsyat. Ryan berlari secepat kilat, menggantikan bahunya sebagai pijakan Adinda. Kecepatan waktu yang masih bisa menyelamatkan nyawa wanita malang itu.

"Lepaskan tali itu dari leher mu!" bentak Ryan sangat keras sampai suaranya menggema di ruangan itu dengan tujuan agar Adinda tersadar dari pikiran kosongnya.

(Sebagai seorang Bodyguard profesional, Ryan harus mampu melindungi keselamatan seseorang yang perintahkan oleh majikannya)

Adinda seperti tersadar melepaskan tali itu dengan cepat dari lehernya, ia merasa tidak sanggup merasakan sakitnya sakaratul maut. nasib baik wanita itu, Ryan berhasil menyelamatkan dirinya.

Begitu talinya terlepas, Ryan tidak kuat menopang Adinda dalam posisi berdiri di atas bahunya, keduanya sama-sama terjatuh ke lantai. Tubuh Adinda terhempas lemas di atas tubuh lelaki itu dalam wajahnya sangat pucat.

"Aaaah...Hah!" tarikan nafas kelelahan Ryan yang terdengar hebat seperti baru saja mengikuti lomba lari yang cukup kencang dan berhasil finish di garis estafet.

"Apa kau tidak punya pekerjaan lagi sehingga harus merepotkan orang lain!" tegur kesal Ryan.

Adinda tidak merespon, matanya terpejam, melihat hal itu, Ryan bangkit dengan cepat dan memeriksa denyut nadi Adinda yang masih berdetak.

"*Syukurlah, di*a masih hidup, tubuhnya cukup hangat, sepertinya ia pingsan!" gumam Ryan.

Meski dalam kondisi tangan terluka dan darah yang terus menetes, Ryan dengan sekuat tenaga mengangkat tubuh Adinda ke dalam kamar dan meletakkannya di atas kasur.

"Aku harus telpon Frans...Tapi untuk saat ini Adinda butuh pertolongan cepat?" pikir pemuda itu.

Ryan menelpon seorang Dokter, bernama Alamsyah asal Sumatera, ia memohon agar pria itu datang menolongnya, keduanya cukup dekat.

Sembari menunggu Alamsyah datang, Ryan mencoba menelpon Frans namun ponsel lelaki itu lagi-lagi tidak bisa dihubungi.

Ryan terlihat panik bercampur kesal dengan Frans yang menyerahkan masalah pribadinya begitu saja, dan tidak merasa khawatir sedikitpun dengan kondisi Adinda.

Tidak berapa lama, terlihat Alamsyah datang.

"Ting" bunyi pesan dari Alam.

"Abang sudah di depan rumah yang kau maksud, kau ada dimana?"

Ryan bergegas keluar menjemput kedatangan Alam dan menuntunnya masuk melalu jendela darurat.

Sang dr sempat terheran-heran dan langsung bertanya kepada Ryan.

"Apa kau sedang membobol rumah orang?" tanya Alam sedikit bingung.

"Nanti Ryan ceritakan bang, sekarang ayo periksa kondisi seseorang dulu!" jawab Ryan membawa Alam dengan langkah yang cepat menuju kamar.

Tanpa bertanya lagi, Alamsyah bergegas memeriksa kondisi Adinda.

Saat Alamsyah fokus memeriksa kondisi Adinda, Ryan tetap berusaha menghubungi Frans sampai akhirnya Ryan meninggalkan pesan suara;

"Bos, tolong telpon aku secepatnya, ini darurat sekali! Tolonglah, luangkan sedikit saja waktumu!"

Terlihat sang Dokter sudah selesai memeriksa pasien wanita bernama Adinda Aira itu.

"Bagaimana Bang, apa kondisi dia baik-baik saja!" tanya Ryan penasaran dan sedikit khawatir.

"Dia hanya pingsan kecil dalam kejiwaan yang shock, nanti juga akan sadar sendiri?" ucap Alam.

"Apa dia demam Bang?"

"Suhu tubuhnya 38°c, sedikit lebih hangat, kepalanya terasa pusing, serta perut yang mual!"

Alamsyah menyiapkan obat-obat untuk Adinda.

"Apa sebaiknya dia di suntik saja Bang, biar lebih cepat reaksinya, kita juga tidak tau kapan dia akan sadar!" Saran Ryan yang ingin buru-buru selesai dengan pekerjaannya itu.

"Ada kemungkinan wanita ini sedang mengandung, aku tidak berani memberikan suntikan kepadanya!"

"Apah? Mengandung?" Ryan cukup terkejut mendengar pernyataan Alam.

"Iyah, aku pastikan dia sedang hamil, tapi lebih akurat dan menyakinkan, sebaiknya besok ia harus periksa langsung melalui USG atau lebih sederhana dengan menggunakan tes uji kehamilan!"

Ryan mulai berpikir keras sampai dahinya terlihat mengerut tajam.

"Apa ini yang menyebabkan Adinda ingin bunuh diri dan kehamilannya adalah hasil dari hubungan gelap bersama Frans?

Huuuft, apa yang sedang dipikirkan si Frans gila itu, ini benar-benar kacau jika Aditama dan Om Deny tau tentang masalah ini, ia sudah tau akan menikah dengan Nia, masih terpikir tidur dengan wanita lain, sampai hamil pula? atau wanita ini yang terlalu murahan," gumam kesal Ryan sambil mengusap wajahnya yang kusut, ia merasa terseret dalam masalah yang cukup rumit.

"Sepertinya tangan mu terluka!" kata Alam membuyarkan lamunan Frans.

"Iyah Bang!" Ryan menyodorkan tangannya.

Alamsyah memeriksa dengan teliti,

"Tusukan beling itu cukup membahayakan, bagaimana jika kamu di suntik saja!"

"Boleh Bang!"

Luka Ryan diperban dengan rapi dan ia merasa sudah lebih baikan.

"Apa yang terjadi, apa wanita ini kekasihmu?" tanya Alam penasaran.

"Bukan, ia kekasih gelap Frans!"

"Bos kamu itu?"

Ryan mengangguk lesu.

"Sebaiknya kita bicara di luar saja, biarkan dia istirahat!" pinta Alam. Kedua lelaki itu berjalan keluar, duduk di ruangan tamu.

Ryan menceritakan kronologis kejadian itu mulai ia mendapatkan perintah tugas dari Frans sampai dengan menelpon Alamsyah.

Alamsyah adalah tempat curhatan Ryan Alaska. Mereka sudah seperti kakak dan beradik. Alm juga sahabat dekat mendiang Ayah Ryan.

"Haaaah (tarikan nafas lelah dan panjang Ryan bersandar di sebuah sofa, hari ini ia mengeluarkan semua tenaga kecepatannya untuk menolong Adinda. Energinya benar-benar terkuras)

"Frans sudah punya tunangan, tapi masih bermain dengan wanita lain! Cukup Bajingan." ucap kesal Ryan.

"Jangan mencela, pada dasarnya ketika manusia diberikan banyak kenikmatan, maka ia akan lalai dan lupa kepada Tuhannya, kerap melakukan dosa karena sudah terjerat dengan rasa nafsu yang berlebihan. Tahta, harta dan wanita ibarat satu paket yang tidak bisa dipisahkan, hanya lelaki yang dirahmati Allah lah yang mampu menundukkan pandangannya.

Sebaiknya kasus ini, kita jadikan pelajaran bukan cacian, Abang takut, besok, kita berdua bisa saja di uji dengan kasus yang mirip seperti Frans!" Alamsyah selain Dokter, ia juga ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) di lingkungan tempat tinggalnya.

"Iyah Bang!"

"Akhir zaman sekarang, memang sudah seperti itu, gemar berzina daripada menikah, sudah menjadi hal biasa, kalau sudah begini, wanita lah yang paling dirugikan!" Nasehat Alam.

"Apa yang harus Ryan lakukan bang, apa kita harus meninggalkannya Adinda sendiri disini, sementara Frans tidak bisa dihubungi?"

"Kau mengenal wanita itu? Mungkin dia punya saudara atau teman yang bisa dihubungi untuk menemaninya malam ini?"

"Aku tidak tau apapun tentang dia, hanya saja, saat masih SMP kami berada satu sekolah, ia satu tahun di bawahku!" jawab Ryan.

"Bagaimana dengan ponselnya? Adakah kontak yang bisa di hubungi?"

"Ponselnya menggunakan password sama seperti pintu rumahnya, aku tidak bisa membukanya!"

"Hem, kalau begitu, kau tetap disini Ryan, jangan tinggalkan dia sendiri, sampai ia tersadar dan menyuruhnya menghubungi kerabat atau saudaranya yang bisa membantunya."

Ryan terdiam sejenak. Tidak ada pilihan lagi ia pun akhirnya mengangguk.

Terpopuler

Comments

erenn_na

erenn_na

hadapi masalah bukan menghindari masalah. karena sejauh apapun kamu menghindar jika tak kau selesaikan hanya akan meminta pertanggungjawaban di kemudian hari. bahkan kita nggak akan hidup tenang

2022-12-08

2

Nyai💔

Nyai💔

jangan di tinggl dlu Ryan tungguin aja adinda smpai sadar

2022-12-05

1

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

⸙ᵍᵏ 𝓓𝓲𝓲 𝓮𝓲𝓶𝓾𝓽

astaga jgn bunuh diri dong masalah pasti bs terselesaikan kan ada ryan

2022-11-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Adinda Hamil
2 Bab 2 - Pertemuan Kembali
3 Bab 3 - Pertengkaran Kecil
4 Bab 4 - keputusan yang menyakitkan.
5 Bab 5 - Adinda ingin bunuh diri
6 Bab 6 - Kelelahan Hati
7 Bab 7 - Cerita Dini Hari
8 Bab 8 - Ryan Menyadarkan Adinda
9 Bab 9 - Kekecewaan
10 Bab 10 - Kebingungan yang menjerat
11 Bab 11 - Frans memaksa Ryan Agar Menikahi Adinda
12 Bab 12 - Perjanjian
13 Bab 13 - Hati yang Berontak
14 Bab 14 - Keluarga Woong
15 Bab 15 - Masa Lalu Ryan Alaska
16 Bab 16 Resign Dari X-Tren
17 Bab 17 - Obrolan Khaliza dan Ryan
18 Bab 18 - Jawaban kegelisahan
19 Bab 19 - Visual Tokoh - Permasalahan Masing-Masing
20 Bab 20 - Persiapan Adinda Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 - Pertemuan Pertama Khaliza dan Adinda
22 Bab 22 - Dialog Penting
23 Bab 23 - Terjerat
24 Bab 24 - Pilihan Harus Menikahi Adinda
25 Bab 25 - Kemarahan
26 Bab 26 - Terkuaknya rahasia Frans
27 Bab 27 - Meyakinkan Diri
28 Bab 28 - Penjelasan
29 Bab 29 - Pasrah
30 Bab 30 - Ryan, Sang Dewa Penolong
31 Pengumuman
32 Bab 31- keputusan
33 Bab 32 - Fitting Pakaian Pengantin (1)
34 Bab 33 - Fitting Pakaian Pengantin (2)
35 Bab 34 - Persiapan Pagi Awal menuju Pernikahan
36 Bab 35 Mood Jelek Adinda.
37 Bab 36 - Akad Nikah.
38 Bab 37 - Pesta Pernikahan
39 Bab 38 Kehidupan Baru Adinda.
40 Bab 39 Hari Pertama di Rumah Mertua
41 Bab 40 - Persyaratan Dari Khaliza
42 Bab 41 - Kejahilan Adinda.
43 Bab 42 - Pagi Hari
44 Bab 43 - Lagi-lagi Kejahilan Adinda
45 Bab 44 - Terkejut.
46 Bab 45 Suasana ruang kantor Ryan
47 Bab 46 - Kebersamaan yang hangat.
48 Bab 47 Perdebatan.
49 Bab 48 - Malam Yang tidak terduga.
50 Bab 49 Perseteruan.
51 Bab 50 - Pelayanan Adinda.
52 Bab 51 - Kebahagiaan yang sekejap
53 Bab 52 - Muncul Hasrat Cemburu.
54 Bab 53 - Kepo
55 Bab 54 - Kenapa yah?
56 Bab 55 - Hari yang menyebalkan.
57 Bab 56 - Perbincangan Ryan dan Adinda.
58 Bab 57 - Secercah Senyuman
59 Bab 58 - Mengagumi Adinda.
60 Bab 59 - Terpesona
61 Bab 60 - Surel untuk Lim.
62 Bab 61 - Firasat Buruk.
63 Bab 62 - Keguguran
64 Bab 63 - Kemarahan yang Tidak Terbendung.
65 Bab 64 - Hikmah di Balik Musibah
66 Bab 65 - Nasihat Kehidupan
67 Bab 66 - Rasa Berontak
68 Bab 67 - Keputusan
69 Bab 68 - Kegalauan Ryan.
70 Bab 69 - Kang Mas Ryan Belah Duren.
71 Bab 70 - Pagi ceria
72 Bab 71 - Keraguan Jiwa
73 Bab 72 - Tersenyum - senyum.
74 Bab 73 -Siapa Pengirim Mawar.
75 Bab 74 - Secercah Cahaya.
76 Bab 75 - Duel Sengit.
77 Bab 76 - Perjanjian Telah Usai
78 Bab 77 - Kejujuran.
79 Bab 78 - Senyum Menggoda
80 Bab 79 - Aksi kebucinan.
81 Bab 80 - Cinta ditolak
82 Bab 81 - Pada akhirnya
83 Bab 82 - Apartemen
84 Bab 83 - kejutan
85 Bab 84 - Terungkap
86 Bab 85 - Berontak
87 Bab 86 - Pemberitahuan
88 Bab 87 - Cemburu.
89 Bab 88 - Marah membawa cinta.
90 Bab 89 - Dalam Incaran.
91 Bab 90 - Penculikan
92 Bab 91 - Tidak Terduga.
93 Bab 92 - Pertikaian
94 Bab 93 - Frans tertembak
95 Bab 94 - Kesedihan
96 Bab 95 - Protes.
97 Bab 96 - Bertolak ke Singapura.
98 Bab 97 - Pertemuan dengan Lim
99 Bab 98 - Peninggalan Yong
100 Bab 99 - End
101 Pengumuman
102 Series Kedua - Mutiara Hatiku
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 - Adinda Hamil
2
Bab 2 - Pertemuan Kembali
3
Bab 3 - Pertengkaran Kecil
4
Bab 4 - keputusan yang menyakitkan.
5
Bab 5 - Adinda ingin bunuh diri
6
Bab 6 - Kelelahan Hati
7
Bab 7 - Cerita Dini Hari
8
Bab 8 - Ryan Menyadarkan Adinda
9
Bab 9 - Kekecewaan
10
Bab 10 - Kebingungan yang menjerat
11
Bab 11 - Frans memaksa Ryan Agar Menikahi Adinda
12
Bab 12 - Perjanjian
13
Bab 13 - Hati yang Berontak
14
Bab 14 - Keluarga Woong
15
Bab 15 - Masa Lalu Ryan Alaska
16
Bab 16 Resign Dari X-Tren
17
Bab 17 - Obrolan Khaliza dan Ryan
18
Bab 18 - Jawaban kegelisahan
19
Bab 19 - Visual Tokoh - Permasalahan Masing-Masing
20
Bab 20 - Persiapan Adinda Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 - Pertemuan Pertama Khaliza dan Adinda
22
Bab 22 - Dialog Penting
23
Bab 23 - Terjerat
24
Bab 24 - Pilihan Harus Menikahi Adinda
25
Bab 25 - Kemarahan
26
Bab 26 - Terkuaknya rahasia Frans
27
Bab 27 - Meyakinkan Diri
28
Bab 28 - Penjelasan
29
Bab 29 - Pasrah
30
Bab 30 - Ryan, Sang Dewa Penolong
31
Pengumuman
32
Bab 31- keputusan
33
Bab 32 - Fitting Pakaian Pengantin (1)
34
Bab 33 - Fitting Pakaian Pengantin (2)
35
Bab 34 - Persiapan Pagi Awal menuju Pernikahan
36
Bab 35 Mood Jelek Adinda.
37
Bab 36 - Akad Nikah.
38
Bab 37 - Pesta Pernikahan
39
Bab 38 Kehidupan Baru Adinda.
40
Bab 39 Hari Pertama di Rumah Mertua
41
Bab 40 - Persyaratan Dari Khaliza
42
Bab 41 - Kejahilan Adinda.
43
Bab 42 - Pagi Hari
44
Bab 43 - Lagi-lagi Kejahilan Adinda
45
Bab 44 - Terkejut.
46
Bab 45 Suasana ruang kantor Ryan
47
Bab 46 - Kebersamaan yang hangat.
48
Bab 47 Perdebatan.
49
Bab 48 - Malam Yang tidak terduga.
50
Bab 49 Perseteruan.
51
Bab 50 - Pelayanan Adinda.
52
Bab 51 - Kebahagiaan yang sekejap
53
Bab 52 - Muncul Hasrat Cemburu.
54
Bab 53 - Kepo
55
Bab 54 - Kenapa yah?
56
Bab 55 - Hari yang menyebalkan.
57
Bab 56 - Perbincangan Ryan dan Adinda.
58
Bab 57 - Secercah Senyuman
59
Bab 58 - Mengagumi Adinda.
60
Bab 59 - Terpesona
61
Bab 60 - Surel untuk Lim.
62
Bab 61 - Firasat Buruk.
63
Bab 62 - Keguguran
64
Bab 63 - Kemarahan yang Tidak Terbendung.
65
Bab 64 - Hikmah di Balik Musibah
66
Bab 65 - Nasihat Kehidupan
67
Bab 66 - Rasa Berontak
68
Bab 67 - Keputusan
69
Bab 68 - Kegalauan Ryan.
70
Bab 69 - Kang Mas Ryan Belah Duren.
71
Bab 70 - Pagi ceria
72
Bab 71 - Keraguan Jiwa
73
Bab 72 - Tersenyum - senyum.
74
Bab 73 -Siapa Pengirim Mawar.
75
Bab 74 - Secercah Cahaya.
76
Bab 75 - Duel Sengit.
77
Bab 76 - Perjanjian Telah Usai
78
Bab 77 - Kejujuran.
79
Bab 78 - Senyum Menggoda
80
Bab 79 - Aksi kebucinan.
81
Bab 80 - Cinta ditolak
82
Bab 81 - Pada akhirnya
83
Bab 82 - Apartemen
84
Bab 83 - kejutan
85
Bab 84 - Terungkap
86
Bab 85 - Berontak
87
Bab 86 - Pemberitahuan
88
Bab 87 - Cemburu.
89
Bab 88 - Marah membawa cinta.
90
Bab 89 - Dalam Incaran.
91
Bab 90 - Penculikan
92
Bab 91 - Tidak Terduga.
93
Bab 92 - Pertikaian
94
Bab 93 - Frans tertembak
95
Bab 94 - Kesedihan
96
Bab 95 - Protes.
97
Bab 96 - Bertolak ke Singapura.
98
Bab 97 - Pertemuan dengan Lim
99
Bab 98 - Peninggalan Yong
100
Bab 99 - End
101
Pengumuman
102
Series Kedua - Mutiara Hatiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!