Aditama Lukman tampak menjelaskan beberapa proyek besar dan beberapa Perusahaan besar yang akan Frans kelola jika nanti telah resmi menjadi menantunya.
Tawaran itu membuat Frans Albar berbinar-binar dan cukup senang, karena kekayaan Aditama Lukman akan memperkuat Perusahaannya.
"Yes!" gumam Frans kembali tersenyum malu-malu tapi garong.
***
Akhirnya Ryan berhasil mengantarkan Adinda pulang ke rumah;
"Darimana kamu tau alamat rumahku? Padahal, aku tidak memberitahunya, dan satu lagi, ternyata kau masih ingat dengan namaku?" ucap Dinda turun dari motor besar Ryan. Wajah imut Adinda dengan dua bola matanya yang besar tajam menantang tepat di wajah si Bodyguard itu.
"Terus! kau akan berpikir, Jika aku ni pengagum rahasia mu?" tanya Ryan menyerang balik, keduanya selalu bertengkar sejak pertama bertemu.
Adinda mengangguk dengan cepat.
"Bisa jadi!" jawab ketus Adinda dengan kepercayaan tingginya.
Ryan tersenyum bahkan tertawa kekeh, ia bergegas mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah aplikasi kepada Adinda.
"Setiap Bodyguard, kami difasilitasi sebuah aplikasi canggih tentang identitas lengkap seseorang yang menjadi target untuk dilindungi, Frans mendaftarkan nama kamu di user aku, sehingga semua data identitas beserta keberadaan mu, bisa aku pantau dari ponselku!"
Adinda terdiam, ia sedikit merasa malu lalu berbalik badan dengan cepat kemudian bergegas membuka pagar rumahnya.
"Hei, hei...!" panggil Ryan.
Reflek Adinda berbalik.
kembalikan jaket ku!" tegur Ryan.
"Ouh!" Adinda terlupa dan merasa gugup, ia pun buru-buru bergegas membukanya, lalu melemparkan jaket itu kepada Ryan.
"Terima kasih jaket bau ikan asin mu!" canda Adinda dengan wajah jutek.
Pria itu merasa jengkel, namun Adinda sudah masuk ke dalam rumahnya dengan cepat.
Sebuah rumah minimalis, lengkap dengan perabotan mewah yang disewakan Frans khusus untuk Adinda, terparkir juga mobil keren disana, pemberian dari Frans, hanya saja malam itu kepala Adinda sedikit pusing, ia tidak bisa menyetir mobil sendiri di tengah kemacetan.
"Dasar wanita tidak tau berterima kasih!" dumelan kesal Ryan bergegas kembali memakai jaket dan melaju dengan motornya.
*
Pertemuan dua keluarga itu pun akhirnya selesai, Frans beserta keluarganya sudah kembali pulang meninggalkan kediaman rumah Aditama Lukman yang sangat megah.
"Papi!" Nia melingkarkan manja tangannya di dada sang ayah yang sedang duduk. Nia ada Putri kesayangannya Aditama.
"Bagaimana perasaan kamu sayang, karena dalam minggu ini Frans akan melamar kamu!"
"Tapi Nia takut pi, Frans akan lebih memilih menikahi wanita lain, papi tau sendiri kan, pria itu cukup playboy!" ucap Nia dengan bibir manyunnya.
Aditama memegang lembut kedua tangan putrinya.
"Kamu jangan takut sayang, Frans tidak akan mungkin gagal menikahi kamu, karena Papi sudah menanamkan saham yang cukup besar di Perusahaan X- Tren, jika dia berani melepas kamu, artinya ia dan keluarganya akan kehilangan banyak kesempatan untuk naik level sebagai pengusaha besar di negeri ini."
Sontak Nia tersenyum bahagia.
"Terima kasih Papi!" Nia mencium pipi sang Ayah dengan bahagia dan kembali memeluknya.
"Ahahahaha!" tawa Aditama yang bahagia melihat sang putri akhirnya bisa menikah dengan pria pilihannya.
***
Frans pulang satu mobil dengan keluarganya.
"Frans, mulai detik ini, Papa tidak ingin melihat kamu jalan dengan wanita lain selain Nia, kau harus tau, begitu kau sudah menikah dengan putri Aditama Lukman maka secara otomatis Perusahaan kita akan menjadi TOP terbaik di negeri ini!"
"Beres Pah, Frans mengerti!"
"Untuk saat ini aku benar-benar tidak bisa bersama Adinda, aku harus cari akal bagaimana caranya agar kehamilannya itu tidak menjadi penghalang pernikahanku dengan Nia!" gumam Frans mulai berpikir keras.
***
Malam itu, Adinda Aira sedang mengalami depresi berat, ia serasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghadapi Frans yang kini telah mengabaikan dirinya, meski sudah memberitahu tentang kehamilannya itu. Adinda berusaha menelpon Frans namun ponselnya tidak aktif.
Pikiran kosong wanita itu memandang sebuah gantungan besi yang sebenarnya untuk hiasan lampu. Adinda bergegas mencari tali panjang yang memang tersedia untuk keperluan rumahnya, entah apa yang ada dipikiran Adinda, ia tampak putus asa dan berniat mengakhiri hidupnya, karena begitu malu dan tidak tau harus mengadu kepada siapa.
Sebelum naik ke atas bangku, Adinda mengambil ponselnya berniat menelpon Frans untuk terakhir kalinya, namun Adinda mengurungkannya karena Frans benar-benar tidak bisa dihubungi malam itu.
"Apa ia sedang berkencan dengan Nia!" membuat Adinda semakin putus asa.
Saat bersiap menaiki sebuah bangku, ponsel Adinda bergetar di atas meja.
"Dreerrrtt... dreerrrtt..." Panggilan nomor baru.
Adinda kembali turun dan menerima panggilan itu.
"Tadi aku lupa memberi nomor ponselku, Jika terjadi sesuatu, kau boleh menghubungi ku 24 jam!" pesan Ryan yang masih berada di lingkungan komplek itu.
Adinda sempat terdiam.
"Hei? Apa kau mendengar suaraku!" seru Ryan.
"Tolong sampaikan kepada Frans, kuburkan jasad ku di sebelah ibuku, ini adalah permintaan ku yang terakhir kalinya, semoga ia berkenan dan semoga...!"
Ryan langsung menutup ponselnya dan tanpa berpikir panjang, Lelaki itu memutar cepat motornya dan kembali ke rumah Adinda.
"Haiiis dasar si Bodyguard tengil, benar-benar tidak sopan, orang belum selesai bicara dia sudah memutusnya begitu saja, apa Frans tidak merasa rugi membayar Bodyguard semacam ini!" Adinda sempat berceloteh.
"Sebaiknya aku matikan saja ponsel ini, agar lebih berkonsentrasi untuk mati!" ucap Dinda.
Adinda kembali melihat tali eksekusi itu dalam pandangan kosong menyedihkan.
"Mama, aku akan menyusul mu, maafkan putrimu yang sudah tidak berguna ini?"
Adinda mulai naik ke atas bangku sebagai pijakan sebelum menggantungkan diri.
Terlihat Ryan tergesa-gesa, dengan memarkirkan motornya begitu saja, ia berlari cepat ke arah pintu masuk.
Pria itu berusaha menggedor- gedor pintu, namun Adinda tidak mendengarnya, posisi wanita itu jauh dari ruang pintu utama.
"Adinda, buka pintunya!"
Ryan juga berusaha menelpon namun ponselnya Adinda sudah tidak aktif.
"Apa yang ada di pikiran wanita bodoh itu, apa dia pikir mati bisa menyelesaikan masalahnya!" kata Ryan begitu panik.
"Tok...Tok...Tok...!" Ketukan Ryan lebih keras lagi sampai tulang tengah jemarinya memerah.
Ryan yakin Adinda akan melakukan aksi bunuh diri konyol di dalam rumahnya.
Pria itu berusaha menendang, menerjang pintu bahkan mendobraknya dengan kekuatan penuh.
"Aaarrgh! Pintu ini terlalu keras karena menggunakan sistem keamanan password," gerutu lelaki itu.
Tidak putus Asa, Ryan mengambil bor penghancur kaca di motornya, Alat-alat kemanan yang lengkap di bawa oleh Ryan sebagai seorang pengawal nomor satu.
Adinda yang sudah siap melepas bangku pijakannya. Sementara Ryan masih dalam proses menghancurkan kaca jendela.
Suara proses pemecahan kaca jendela sempat membuat Adinda terkejut. Ryan sudah bisa mengintai Adinda yang sudah bersiap menggantungkan diri karena kaca hampir pecah seutuhnya. Kaca jendela itu cukup tebal kerena tidak memiliki jerjak besi.
Akibat terburu-buru beling kaca itu mengenai telapak tangan Ryan.
"Aaagggh!" jerit Ryan menahan kesakitan. Tetesan darahnya mulai berjatuhan di lantai. Tetapi lelaki itu mengabaikannya. Ia terus melanjutkan pekerjaannya dengan cepat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
lovely
ini yg pacarnya siapa.yg hamilin siapa malah Ryan malaikat penolong Dinda 🥴
2023-04-29
1
𝕸y💞Uʟғᴀ ིྀ༙࿐
cowok gila materi gila harta yang pasti idupnya ga kan pernah ngerasa cukup pasti kurang 2 dan kurang
2022-12-20
3
erenn_na
duuuhhh sampai berdarah -darahh
2022-12-08
1