Di tengah perjalanan Frans tidak pernah berhenti memikirkan Adinda, ia permisi kepada Nia untuk berhenti di minimarket kecil dengan alasan membeli sesuatu, padahal, lelaki itu bertujuan ingin menelepon Bodyguardnya yang bernama Ryan Alaska atau nama Tionghoanya adalah Tan Woong. Pria tampan yang sangat muda, masih berusia 25 tahun dengan tinggi badan 190 cm, keturunan Padang dan Tionghoa. Sudah bekerja hampir satu tahun bersama Frans Albar, Ayah mereka juga berteman lama.
Ryan Alaska memiliki kemampuan ahli bertarung yang sangat hebat untuk melindungi diri dan menyerang musuh.
***
Adinda menangis terisak-isak di dalam kamar, terduduk di lantai bersandar pada kasur, wajahnya cukup stress berat, hatinya begitu sakit, ibarat tersayat-sayat sebuah pisau yang tajam. Bagaimana tidak! Frans yang ia cintai kini akan menikah dengan wanita lain, dimana dirinya sedang mengandung janin, hasil dari hubungan mereka.
"Frans kamu jahat...kamu tega...sangat kejam...aku menyesal pernah mengenalmu...hiks...hiks..." (Adinda menjatuhkan diri lalu meringkuk di atas lantai dalam iringan airmata penyesalan dan waktu tidak bisa diputar kembali)
"Semasa aku masih kecil, Ayahku bekerja di luar kota dan ketika aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) Ibu ku sudah meninggal, lalu Ayah menikah lagi dan lebih sibuk dengan keluarga barunya. Aku memilih tinggal berdua bersama kakak perempuan ku sampai aku kuliah. Saat ini, kakak sudah berumah tangga dan juga sibuk dengan keluarganya. Kurangnya kasih sayang dari seorang Ayah, membuat aku mudah terbuai dengan pria yang aku anggap sangat nyaman bersamanya juga bisa memenuhi semua keinginan ku dan aku pun percaya begitu saja...!"
***
Tampak pula Ryan Alaska yang duduk melamun, ia sedang nongkrong di sebuah cafe ternama di kota itu, memandangi kilau air danau buatan dari lampu sorot. Ia juga terlihat galau dan sedang kebingungan. Sejak berjalan dua tahun kematian Ayahnya, Ryan tidak mampu mengendalikan perusahaan keluarga. Pasalnya, sang Ayah sakit parah, banyak aset dan uang perusahaan terpakai untuk mengobati Ayahnya. Perusahaan mereka pun terancam bangkrut total. Saat ini Ryan sudah berhasil menuntaskan kuliahnya, kini ia berusaha bangkit lagi mengumpulkan modal untuk membangun kembali perusahaan mereka, sambil bekerja menjadi Bodyguard keluarga Frans dengan bayaran yang cukup tinggi dari Deny Sulaiman, Ayahnya Frans.
"Tlililit" ponsel Ryan berdering.
Ryan harus siap 24 jam melayani perintah Frans.
"Siap Bos?" jawab cepat Ryan.
"Ryan, pacarku sekarang ada di rumahku, tolong antarkan dia pulang!" perintah Frans dalam nada cepat.
"Pacar?" Ryan cukup terkejut, tugas aneh yang seharusnya tidak ia kerjakan.
"Bukankah dia ada supir pribadi, apa pacarnya dalam bahaya!" gumam Ryan dahinya tampak berkerut.
"Ouh Iyah! Tanya dia sudah makan atau belum, karena aku yakin dia belum makan dan satu lagi, jangan sampai ada yang melihat kalian keluar dari rumah ku, mengerti?"
"Ok Bos!" jawab cepat Ryan tidak ingin membantah.
"Terima kasih!" Frans langsung menutup ponselnya.
*
"Ais, Apa yang ada di pikiran anak itu? sudah tau akan menikah, masih memikirkan pacar juga?" ucap Ryan menghela nafasnya, terpaksa bangkit memenuhi pekerjaan pribadi Frans, setelah keluar dari cafe, Ryan tampak bersiap-siap memakai helm motor gedenya kemudian melihat ponselnya sebagai arah petunjuk kemana ia akan melangkah.
Pria itu melaju kencang di jalan raya layaknya pembalap MotoGP menuju rumah Frans Albar.
Ryan salah satu orang kepercayaan Frans yang bisa membuka password pintu rumahnya.
Begitu pintu terbuka. Langkah pria itu dengan cepat mencari keberadaan wanita yang dimaksud oleh Frans.
"Hello...Ada orang disana?" teriak Ryan. Lelaki itu mulai mengeluarkan senjata apinya, siap siaga untuk melindungi diri, ada banyak senjata bersembunyi yang menempel di pakaiannya.
"Tidak ada siapa-siap!" batin Lelaki itu memeriksa bagian lantai bawah secara detail.
Langkah Ryan lanjut menaiki tangga menuju lantai dua, membuka satu per satu kamar dan akhirnya Ryan mendapati seorang wanita sedang melingkar di lantai tepatnya di bawah sebelah kasur dalam kondisi mata terpejam.
Lelaki itu perlahan mendekati Adinda dan tetap bersiaga memegang senjatanya.
Ryan terjongkok memastikan kondisi perempuan itu. Dalam hati yang ragu, Ryan harus memberanikan diri menyentuh Adinda, ia hanya bermaksud membangunkannya, namun sontak Dinda terkejut, terhentak duduk dengan sigap menepis tangan Ryan sambil berkata;
"Hei! Siapa kau?"
"Aku Ryan Alaska, Bodyguard Tuan Frans Albar, aku di perintahkan untuk mengantarkan kamu pulang dan segera keluar dari rumah ini!" ucap Ryan dengan wajah tegas dan dingin.
Adinda berusaha bangkit namun kepalanya terasa pusing, ia hampir terjatuh, refleks Ryan ingin membantu kekasih Frans itu.
"Jangan sentuh aku!" ucap jutek Adinda.
"Yah sudah, kalau begitu ayo keluar!" jawab Ryan tak kalah jutek jika berhadapan dengan seorang wanita. Lelaki itu type pria yang kurang nyaman berada di samping wanita kecuali ibunya.
Mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.
"Sepertinya aku mengenal kamu!" ucap Ryan.
keduanya saling memandang.
Adinda yang merasa kepalanya pusing berusaha mengingat wajah Ryan!
"Kamu ketua gang BEM X yang suka tawuran di SMP dulu yah!" tebak Dinda saat masih Remaja (ABG) kala itu.
keduanya bersekolah di tempat yang sama sebagai senior dan junior.
"Ehm, ternyata ingatanmu lumayan tajam!" jawab Ryan tersenyum tipis setipis kulit bawang.
"Tentu saja, kau yang dulu pria usil, menyebalkan, sok jagoan, menyembunyikan tas ku di ruang guru, sampai aku terlambat pulang."
"Karena aku tidak suka wanita centil sok kepedean seperti kamu!" jawab ketus Ryan melanjutkan perjalanannya menuju pintu keluar.
"Hei, bilang saja kalau kamu itu salah satu pria yang dulu ku abaikan!"
"What's??? Hahahaha!" tawa Ryan terkekeh-kekeh memecah suasana yang sepi di ruangan itu.
"Aku tidak pernah tertarik dengan tipe wanita seperti kamu!" Ryan mendorong lembut jidat Adinda.
"Ih!" Wanita itu langsung menepis marah tangan Ryan.
Adinda sibuk mencari sepatunya, ia teringat ketika Ryan membuang sepatunya ke tong sampah.
Perempuan itu kembali menangis sambil berkata dalam hatinya;
"Frans benar-benar sudah membuang aku, persis seperti sepatuku yang ada di tong sampah ini...hiks ...!"
Dengan perasaan hancur dan lesu, Adinda mengambil kembali sepatunya dan memakainya.
Keduanya keluar rumah secara bersama. Ryan kembali mengunci rumah Frans dengan sempurna.
Adinda masih termenung mengingat Frans yang sudah membakar habis berkas kehamilannya.
"Frans sudah tidak mengakui anak ini, dan dia juga akan berbahagia dengan kekasihnya, sementara aku? Buat apalagi aku hidup???"
"Aku tidak punya waktu untuk menunggu kamu melamun disini!" ucap Ryan menarik tangan Adinda.
"Sudah aku katakan jangan sentuh aku!" Dinda menghempaskan tangannya, terlepas dari tarikan Ryan.
Pria itu hanya geleng-geleng kecil, Adinda berjalan cepat melewati Ryan
"Hei...Hei...kamu mau kemana?" tanya Ryan.
"Aku mau pulang!" jawab ketus perempuan itu
Dengan sigap Ryan menarik baju belakang Dinda hingga langkah wanita itu mundur menuju arah parkiran sepeda motornya.
"Ryan lepasin aku!" teriak Dinda semakin sebel.
"Naik ke motorku, jangan pakai bawel!" ucap tegas Ryan.
"Aku bisa pulang sendiri, tidak butuh Bodyguard seperti kamu!" tantang Dinda dengan wajah marahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
lovely
kasian Ryan dapat bekasan bosnya 😜
2023-04-29
1
𝕸y💞Uʟғᴀ ིྀ༙࿐
layak nya seperti sampah yang terbuang jangan pernah terlintas buat kembali ke masalalu ingat yang dibuang ga selamanya jadi kotoran yang tak berharga.
2022-12-18
4
la lauce🌷🌿
mending sama Ryan aja lah
2022-12-11
1