"Kalau terjadi apa-apa sama kamu, aku yang akan di bunuh Frans!" hentak Ryan mulai marah menyodorkan helm kepada Adinda.
"Pakai!"
"Tidak mau!" ketus Adinda berjalan cepat melewati motor Ryan.
"Haduh, susahnya menghadapi wanita, nanti di hajar, aku yang kena sanksi, dibiarin malah melunjak!" keluh kesah Ryan yang punya jiwa tempramental tinggi.
Tidak ingin menunggu lama, Ryan menarik Adinda lalu mengangkat gadis yang sudah kehilangan perawan itu.
"Hei, Ryan gila, apa kau sudah benar-benar tidak waras!" jerit marah Adinda meronta-ronta sampai Ryan menurunkan Adinda di depan motor besar lelaki itu.
"Aku bilang, aku tidak mau, jangan paksa aku, atau kau terlalu obsesi denganku!" bentak keras Adinda.
Ryan langsung mengeluarkan senjata apinya dengan cepat dan lihai lalu membidik tepat di dahi wanita itu membuat Adinda terkejut.
"Naik ke motorku sebelum peluru ini menembus kepalamu?" ancaman sadis Ryan yang sudah kehabisan akal.
Adinda terdiam.
"Kau tau, jika orang lain punya hobi yang bisa menghibur, sedangkan aku punya hobi yang menakutkan yaitu membunuh orang, itu sudah bagian dari pekerjaan ku!" ucap ganas Ryan membuat Adinda terdiam.
Takut melihat wajah merah Ryan, Adinda tidak ada pilihan lagi, akhirnya ia naik ke atas motor Ryan.
Tempat duduk Motor Gede Ryan yang sempit membuat keduanya harus duduk berdempetan.
"Aduh, harusnya tadi aku pinjam mobil si Frans!" Batin Ryan mulai merasakan pundaknya menyenggol sesuatu yang kenyal-kenyal jeli.
"kamu sengaja kan pakai motor begini, agar bisa duduk berdempetan dengan aku!" Adinda tetap saja bawel.
"Terserah!" jawab ketus Ryan, langsung melajukan motor cepatnya, membuat Adinda terkejut dan emosi ingin menjitak kepala Ryan.
Di dalam perjalanan, Dinda berkali-kali memukul pundak Ryan, sambil berteriak;
"Ryan jangan ngebuuuut!" Lelaki itu tidak perduli. Sampai akhirnya Adinda merasa pusing dan lemas, tubuhnya terjatuh penuh di pundak Ryan sehingga gunung kembar Adinda yang berukuran besar menyentuh total pundak bawah Ryan, Reflek pria itu merasa seperti tersengat sesuatu yang membuat matanya melotot tajam dan motornya oleng kecil.
Ryan terpaksa minggir memberhentikan sepeda motornya.
"Hei, Apa kau tidur di atas pundak ku?" tegur Ryan sambil membuka cepat helmnya.
Adinda tidak bisa berkata lagi, perutnya sangat mual, ia pun turun dengan cepat, berlari mencari tempat untuk muntah.
"Uuuek!" suara muntahan kosong Adinda.
kehamilan muda yang membuat perut wanita itu terasa sangat mual, wajahnya terlihat pucat dan sekujur tubuhnya menggigil.
Ryan mulai mengeluh dengan menggaruk kecil kepalanya seraya berkata dalam hati;
"Kenapa lagi nih anak. Tadi menangis sekarang muntah, huuuft!! Apa tidak ada tugas lain dari si Frans selain harus berhubungan dengan perempuan ini!" gerutu Ryan merasa bingung menghadapi kondisi Adinda malam itu.
Setelah muntah Adinda berhenti, Ryan menyodorkan kemasan air mineral yang memang selalu ia siapkan di motornya.
"Mau makan dimana?" tanya Ryan.
"Aku mau pulang, tolong pesankan taxi!" jawab lemas Adinda.
"Tidak bisa, aku ditugaskan untuk mengantarkan kamu pulang sampai ke rumah!"
"Ryan aku tidak ingin bertengkar denganmu, aku capek aku hanya ingin pulang, kepalaku pusing sekali!"
"Naik ke motor ku!" perintah tegas Ryan tidak bisa nego sedikitpun.
"kamu pikir aku ini apa? kardus? seenaknya kau bawa begitu saja!" amarah Dinda memuncak keberatan dengan laju motor Ryan yang cukup kencang.
Ryan hanya tersenyum masa bodoh.
"Oke...Oke... aku akan bawa motor dengan kecepatan normal demi Nona Adinda, makanya jangan bawel!" ucap Ryan dalam nada lembut tapi penuh tekanan rasa kesal.
Adinda memalingkan wajahnya terlihat bete dan lebih memilih diam, emosi wanita itu sedang tidak stabil.
Melihat, Adinda pucat dengan tubuh sedikit menggigil kedinginan, Ryan membuka cepat jaketnya, menyodorkan kepada Adinda.
"Ini pakai!" kata Ryan.
"Males, pasti itu bau ketek!" ucap jutek Dinda.
Dengan gemes Ryan langsung melemparkan jaketnya ke wajah Adinda hingga menutupi wajah perempuan itu
"Aah!" jerit terkejut Adinda bercampur kesal.
"Pastikan bau atau wangi?" tanya Ryan dengan gaya bad boy menantang.
Reflek Adinda menghirup parfum itu dan entah mengapa ia menyukai aromanya, sehingga rasa mual nya berkurang.
"Hem...Harum parfum jenis christian, tapi aku enggak tau ini yang kelas harga berapa? Aku pernah mencium aroma parfum ini dari pria konglomerat teman bisnis Frans, yang benar saja Ryan bisa beli parfum mahal seperti ini, apa gajinya tidak habis!" gumam kocak Adinda mirip si emak yang kepo dengan harga.
Adinda kembali melempar jaket itu kepada Ryan.
"Bau atau wangi?" tanya penasaran Ryan.
"Bau ikan asin!" jawab jutek Adinda.
"Berarti hidungmu sedang bermasalah Jangan-jangan lagi tersumbat banyak kotoran," jawab kesal Ryan.
"Ryaaaaaaaaaan! Bisa tidak kamu enggak buat kesal, kenapa sih semua pria itu nyebeliiiiiiin!" Jerit Adinda yang tiba-tiba sensitif, tampak ia sedang frustasi.
"Justru yang nyebelin itu kamu, disini aku hanya ingin menjalankan perintah atasan ku dengan mengantarkan kamu pulang dalam keadaan sehat dan utuh, tinggal naik ke atas motor enggak usah pakai bawel, apa susahnya sih? kalau kamu masuk angin karena kelaparan, kamu tinggal bilang sama aku, mau makan apa dan dimana?" teriak Ryan yang tidak mengetahui kehamilan Adinda, keduanya bertengkar di pinggir jalan diiringi suara-suara lalu lintas kendaraan yang cukup berisik.
Adinda justru kembali mewek dan menangis mendengar Omelan Ryan.
"Aaargh!" Ryan langsung tepok jidat menyerah dan semakin bingung. Ia sangat pusing menghadapi wanita yang sedang menangis.
Adinda merebut kembali jaket Ryan dan langsung memakainya, lalu ia naik ke atas motor, sambil menepis airmata nya seraya berkata;
"Ya sudah, cepat antar aku pulang, perutku mual sekali, tolong jangan balap!" pinta Adinda dalam wajah meweknya.
"Nah...begitu kan lebih baik!" gumam Ryan terkejut Adinda tiba-tiba jinak lebih cepat di hadapannya.
"Apa dia sedang stres, patah hati karena Frans akan segera menikah dengan wanita lain!" tebak Ryan dalam hati.
Sang Bodyguard itu memakai helmnya dan melajukan motor Gedenya dalam kecepatan normal dan santai, keduanya menikmati suasana kota yang masih terlihat ramai dengan lampu-lampu gemerlap menghiasi malam, Ryan terpaksa harus menahan dinginnya angin malam demi melindungi Adinda.
***
Makan malam yang hangat antara keluarga Frans Albar dan Nia Devira. Perbincangan kedua orang tua mereka begitu akrab dan tampak antusias dalam merencanakan pernikahan anak mereka yang sudah lama direncanakan, mulai dari gaun, pengantin termahal, lokasi pesta, hiburan, makanan sampai dengan dekorasi wedding.
Sementara Frans terlihat hanya diam saja masih memikirkan tentang Adinda, ia hanya terlihat mengangguk-angguk tanpa banyak bicara.
"Apakah Ryan sudah mengantarkan Adinda pulang, Haduh! Bagaimana jika aku nikahi saja keduanya?" rencana gila Frans dalam pikirannya.
"Gimana Frans sudah siap untuk menikah dengan Nia?" tanya Aditama Lukman, Ayahanda Nia, membuat pria itu terkejut dan membuyarkan lamunannya.
"Sii..si..ap.. om!" jawab Frans gugup.
"Bagus kalau begitu, mari ikut saya sebentar!" Aditama mengajak calon menantunya itu masuk menuju ruangan kerja untuk berbincang khusus masalah perusahaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
erenn_na
jangan rakus ya, mo nikahin dia duanya
2022-12-08
3
Nyai💔
idih cowok serakah nyebelin 😞
2022-12-05
2
Nyai💔
wkwkwkwkkw rejeki itu nama nya
2022-12-05
1