Bab 3 - Pertengkaran Kecil

"Kalau terjadi apa-apa sama kamu, aku yang akan di bunuh Frans!" hentak Ryan mulai marah menyodorkan helm kepada Adinda.

"Pakai!"

"Tidak mau!" ketus Adinda berjalan cepat melewati motor Ryan.

"Haduh, susahnya menghadapi wanita, nanti di hajar, aku yang kena sanksi, dibiarin malah melunjak!" keluh kesah Ryan yang punya jiwa tempramental tinggi.

Tidak ingin menunggu lama, Ryan menarik Adinda lalu mengangkat gadis yang sudah kehilangan perawan itu.

"Hei, Ryan gila, apa kau sudah benar-benar tidak waras!" jerit marah Adinda meronta-ronta sampai Ryan menurunkan Adinda di depan motor besar lelaki itu.

"Aku bilang, aku tidak mau, jangan paksa aku, atau kau terlalu obsesi denganku!" bentak keras Adinda.

Ryan langsung mengeluarkan senjata apinya dengan cepat dan lihai lalu membidik tepat di dahi wanita itu membuat Adinda terkejut.

"Naik ke motorku sebelum peluru ini menembus kepalamu?" ancaman sadis Ryan yang sudah kehabisan akal.

Adinda terdiam.

"Kau tau, jika orang lain punya hobi yang bisa menghibur, sedangkan aku punya hobi yang menakutkan yaitu membunuh orang, itu sudah bagian dari pekerjaan ku!" ucap ganas Ryan membuat Adinda terdiam.

Takut melihat wajah merah Ryan, Adinda tidak ada pilihan lagi, akhirnya ia naik ke atas motor Ryan.

Tempat duduk Motor Gede Ryan yang sempit membuat keduanya harus duduk berdempetan.

"Aduh, harusnya tadi aku pinjam mobil si Frans!" Batin Ryan mulai merasakan pundaknya menyenggol sesuatu yang kenyal-kenyal jeli.

"kamu sengaja kan pakai motor begini, agar bisa duduk berdempetan dengan aku!" Adinda tetap saja bawel.

"Terserah!" jawab ketus Ryan, langsung melajukan motor cepatnya, membuat Adinda terkejut dan emosi ingin menjitak kepala Ryan.

Di dalam perjalanan, Dinda berkali-kali memukul pundak Ryan, sambil berteriak;

"Ryan jangan ngebuuuut!" Lelaki itu tidak perduli. Sampai akhirnya Adinda merasa pusing dan lemas, tubuhnya terjatuh penuh di pundak Ryan sehingga gunung kembar Adinda yang berukuran besar menyentuh total pundak bawah Ryan, Reflek pria itu merasa seperti tersengat sesuatu yang membuat matanya melotot tajam dan motornya oleng kecil.

Ryan terpaksa minggir memberhentikan sepeda motornya.

"Hei, Apa kau tidur di atas pundak ku?" tegur Ryan sambil membuka cepat helmnya.

Adinda tidak bisa berkata lagi, perutnya sangat mual, ia pun turun dengan cepat, berlari mencari tempat untuk muntah.

"Uuuek!" suara muntahan kosong Adinda.

kehamilan muda yang membuat perut wanita itu terasa sangat mual, wajahnya terlihat pucat dan sekujur tubuhnya menggigil.

Ryan mulai mengeluh dengan menggaruk kecil kepalanya seraya berkata dalam hati;

"Kenapa lagi nih anak. Tadi menangis sekarang muntah, huuuft!! Apa tidak ada tugas lain dari si Frans selain harus berhubungan dengan perempuan ini!" gerutu Ryan merasa bingung menghadapi kondisi Adinda malam itu.

Setelah muntah Adinda berhenti, Ryan menyodorkan kemasan air mineral yang memang selalu ia siapkan di motornya.

"Mau makan dimana?" tanya Ryan.

"Aku mau pulang, tolong pesankan taxi!" jawab lemas Adinda.

"Tidak bisa, aku ditugaskan untuk mengantarkan kamu pulang sampai ke rumah!"

"Ryan aku tidak ingin bertengkar denganmu, aku capek aku hanya ingin pulang, kepalaku pusing sekali!"

"Naik ke motor ku!" perintah tegas Ryan tidak bisa nego sedikitpun.

"kamu pikir aku ini apa? kardus? seenaknya kau bawa begitu saja!" amarah Dinda memuncak keberatan dengan laju motor Ryan yang cukup kencang.

Ryan hanya tersenyum masa bodoh.

"Oke...Oke... aku akan bawa motor dengan kecepatan normal demi Nona Adinda, makanya jangan bawel!" ucap Ryan dalam nada lembut tapi penuh tekanan rasa kesal.

Adinda memalingkan wajahnya terlihat bete dan lebih memilih diam, emosi wanita itu sedang tidak stabil.

Melihat, Adinda pucat dengan tubuh sedikit menggigil kedinginan, Ryan membuka cepat jaketnya, menyodorkan kepada Adinda.

"Ini pakai!" kata Ryan.

"Males, pasti itu bau ketek!" ucap jutek Dinda.

Dengan gemes Ryan langsung melemparkan jaketnya ke wajah Adinda hingga menutupi wajah perempuan itu

"Aah!" jerit terkejut Adinda bercampur kesal.

"Pastikan bau atau wangi?" tanya Ryan dengan gaya bad boy menantang.

Reflek Adinda menghirup parfum itu dan entah mengapa ia menyukai aromanya, sehingga rasa mual nya berkurang.

"Hem...Harum parfum jenis christian, tapi aku enggak tau ini yang kelas harga berapa? Aku pernah mencium aroma parfum ini dari pria konglomerat teman bisnis Frans, yang benar saja Ryan bisa beli parfum mahal seperti ini, apa gajinya tidak habis!" gumam kocak Adinda mirip si emak yang kepo dengan harga.

Adinda kembali melempar jaket itu kepada Ryan.

"Bau atau wangi?" tanya penasaran Ryan.

"Bau ikan asin!" jawab jutek Adinda.

"Berarti hidungmu sedang bermasalah Jangan-jangan lagi tersumbat banyak kotoran," jawab kesal Ryan.

"Ryaaaaaaaaaan! Bisa tidak kamu enggak buat kesal, kenapa sih semua pria itu nyebeliiiiiiin!" Jerit Adinda yang tiba-tiba sensitif, tampak ia sedang frustasi.

"Justru yang nyebelin itu kamu, disini aku hanya ingin menjalankan perintah atasan ku dengan mengantarkan kamu pulang dalam keadaan sehat dan utuh, tinggal naik ke atas motor enggak usah pakai bawel, apa susahnya sih? kalau kamu masuk angin karena kelaparan, kamu tinggal bilang sama aku, mau makan apa dan dimana?" teriak Ryan yang tidak mengetahui kehamilan Adinda, keduanya bertengkar di pinggir jalan diiringi suara-suara lalu lintas kendaraan yang cukup berisik.

Adinda justru kembali mewek dan menangis mendengar Omelan Ryan.

"Aaargh!" Ryan langsung tepok jidat menyerah dan semakin bingung. Ia sangat pusing menghadapi wanita yang sedang menangis.

Adinda merebut kembali jaket Ryan dan langsung memakainya, lalu ia naik ke atas motor, sambil menepis airmata nya seraya berkata;

"Ya sudah, cepat antar aku pulang, perutku mual sekali, tolong jangan balap!" pinta Adinda dalam wajah meweknya.

"Nah...begitu kan lebih baik!" gumam Ryan terkejut Adinda tiba-tiba jinak lebih cepat di hadapannya.

"Apa dia sedang stres, patah hati karena Frans akan segera menikah dengan wanita lain!" tebak Ryan dalam hati.

Sang Bodyguard itu memakai helmnya dan melajukan motor Gedenya dalam kecepatan normal dan santai, keduanya menikmati suasana kota yang masih terlihat ramai dengan lampu-lampu gemerlap menghiasi malam, Ryan terpaksa harus menahan dinginnya angin malam demi melindungi Adinda.

***

Makan malam yang hangat antara keluarga Frans Albar dan Nia Devira. Perbincangan kedua orang tua mereka begitu akrab dan tampak antusias dalam merencanakan pernikahan anak mereka yang sudah lama direncanakan, mulai dari gaun, pengantin termahal, lokasi pesta, hiburan, makanan sampai dengan dekorasi wedding.

Sementara Frans terlihat hanya diam saja masih memikirkan tentang Adinda, ia hanya terlihat mengangguk-angguk tanpa banyak bicara.

"Apakah Ryan sudah mengantarkan Adinda pulang, Haduh! Bagaimana jika aku nikahi saja keduanya?" rencana gila Frans dalam pikirannya.

"Gimana Frans sudah siap untuk menikah dengan Nia?" tanya Aditama Lukman, Ayahanda Nia, membuat pria itu terkejut dan membuyarkan lamunannya.

"Sii..si..ap.. om!" jawab Frans gugup.

"Bagus kalau begitu, mari ikut saya sebentar!" Aditama mengajak calon menantunya itu masuk menuju ruangan kerja untuk berbincang khusus masalah perusahaan.

Terpopuler

Comments

erenn_na

erenn_na

jangan rakus ya, mo nikahin dia duanya

2022-12-08

3

Nyai💔

Nyai💔

idih cowok serakah nyebelin 😞

2022-12-05

2

Nyai💔

Nyai💔

wkwkwkwkkw rejeki itu nama nya

2022-12-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Adinda Hamil
2 Bab 2 - Pertemuan Kembali
3 Bab 3 - Pertengkaran Kecil
4 Bab 4 - keputusan yang menyakitkan.
5 Bab 5 - Adinda ingin bunuh diri
6 Bab 6 - Kelelahan Hati
7 Bab 7 - Cerita Dini Hari
8 Bab 8 - Ryan Menyadarkan Adinda
9 Bab 9 - Kekecewaan
10 Bab 10 - Kebingungan yang menjerat
11 Bab 11 - Frans memaksa Ryan Agar Menikahi Adinda
12 Bab 12 - Perjanjian
13 Bab 13 - Hati yang Berontak
14 Bab 14 - Keluarga Woong
15 Bab 15 - Masa Lalu Ryan Alaska
16 Bab 16 Resign Dari X-Tren
17 Bab 17 - Obrolan Khaliza dan Ryan
18 Bab 18 - Jawaban kegelisahan
19 Bab 19 - Visual Tokoh - Permasalahan Masing-Masing
20 Bab 20 - Persiapan Adinda Bertemu Calon Mertua
21 Bab 21 - Pertemuan Pertama Khaliza dan Adinda
22 Bab 22 - Dialog Penting
23 Bab 23 - Terjerat
24 Bab 24 - Pilihan Harus Menikahi Adinda
25 Bab 25 - Kemarahan
26 Bab 26 - Terkuaknya rahasia Frans
27 Bab 27 - Meyakinkan Diri
28 Bab 28 - Penjelasan
29 Bab 29 - Pasrah
30 Bab 30 - Ryan, Sang Dewa Penolong
31 Pengumuman
32 Bab 31- keputusan
33 Bab 32 - Fitting Pakaian Pengantin (1)
34 Bab 33 - Fitting Pakaian Pengantin (2)
35 Bab 34 - Persiapan Pagi Awal menuju Pernikahan
36 Bab 35 Mood Jelek Adinda.
37 Bab 36 - Akad Nikah.
38 Bab 37 - Pesta Pernikahan
39 Bab 38 Kehidupan Baru Adinda.
40 Bab 39 Hari Pertama di Rumah Mertua
41 Bab 40 - Persyaratan Dari Khaliza
42 Bab 41 - Kejahilan Adinda.
43 Bab 42 - Pagi Hari
44 Bab 43 - Lagi-lagi Kejahilan Adinda
45 Bab 44 - Terkejut.
46 Bab 45 Suasana ruang kantor Ryan
47 Bab 46 - Kebersamaan yang hangat.
48 Bab 47 Perdebatan.
49 Bab 48 - Malam Yang tidak terduga.
50 Bab 49 Perseteruan.
51 Bab 50 - Pelayanan Adinda.
52 Bab 51 - Kebahagiaan yang sekejap
53 Bab 52 - Muncul Hasrat Cemburu.
54 Bab 53 - Kepo
55 Bab 54 - Kenapa yah?
56 Bab 55 - Hari yang menyebalkan.
57 Bab 56 - Perbincangan Ryan dan Adinda.
58 Bab 57 - Secercah Senyuman
59 Bab 58 - Mengagumi Adinda.
60 Bab 59 - Terpesona
61 Bab 60 - Surel untuk Lim.
62 Bab 61 - Firasat Buruk.
63 Bab 62 - Keguguran
64 Bab 63 - Kemarahan yang Tidak Terbendung.
65 Bab 64 - Hikmah di Balik Musibah
66 Bab 65 - Nasihat Kehidupan
67 Bab 66 - Rasa Berontak
68 Bab 67 - Keputusan
69 Bab 68 - Kegalauan Ryan.
70 Bab 69 - Kang Mas Ryan Belah Duren.
71 Bab 70 - Pagi ceria
72 Bab 71 - Keraguan Jiwa
73 Bab 72 - Tersenyum - senyum.
74 Bab 73 -Siapa Pengirim Mawar.
75 Bab 74 - Secercah Cahaya.
76 Bab 75 - Duel Sengit.
77 Bab 76 - Perjanjian Telah Usai
78 Bab 77 - Kejujuran.
79 Bab 78 - Senyum Menggoda
80 Bab 79 - Aksi kebucinan.
81 Bab 80 - Cinta ditolak
82 Bab 81 - Pada akhirnya
83 Bab 82 - Apartemen
84 Bab 83 - kejutan
85 Bab 84 - Terungkap
86 Bab 85 - Berontak
87 Bab 86 - Pemberitahuan
88 Bab 87 - Cemburu.
89 Bab 88 - Marah membawa cinta.
90 Bab 89 - Dalam Incaran.
91 Bab 90 - Penculikan
92 Bab 91 - Tidak Terduga.
93 Bab 92 - Pertikaian
94 Bab 93 - Frans tertembak
95 Bab 94 - Kesedihan
96 Bab 95 - Protes.
97 Bab 96 - Bertolak ke Singapura.
98 Bab 97 - Pertemuan dengan Lim
99 Bab 98 - Peninggalan Yong
100 Bab 99 - End
101 Pengumuman
102 Series Kedua - Mutiara Hatiku
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Bab 1 - Adinda Hamil
2
Bab 2 - Pertemuan Kembali
3
Bab 3 - Pertengkaran Kecil
4
Bab 4 - keputusan yang menyakitkan.
5
Bab 5 - Adinda ingin bunuh diri
6
Bab 6 - Kelelahan Hati
7
Bab 7 - Cerita Dini Hari
8
Bab 8 - Ryan Menyadarkan Adinda
9
Bab 9 - Kekecewaan
10
Bab 10 - Kebingungan yang menjerat
11
Bab 11 - Frans memaksa Ryan Agar Menikahi Adinda
12
Bab 12 - Perjanjian
13
Bab 13 - Hati yang Berontak
14
Bab 14 - Keluarga Woong
15
Bab 15 - Masa Lalu Ryan Alaska
16
Bab 16 Resign Dari X-Tren
17
Bab 17 - Obrolan Khaliza dan Ryan
18
Bab 18 - Jawaban kegelisahan
19
Bab 19 - Visual Tokoh - Permasalahan Masing-Masing
20
Bab 20 - Persiapan Adinda Bertemu Calon Mertua
21
Bab 21 - Pertemuan Pertama Khaliza dan Adinda
22
Bab 22 - Dialog Penting
23
Bab 23 - Terjerat
24
Bab 24 - Pilihan Harus Menikahi Adinda
25
Bab 25 - Kemarahan
26
Bab 26 - Terkuaknya rahasia Frans
27
Bab 27 - Meyakinkan Diri
28
Bab 28 - Penjelasan
29
Bab 29 - Pasrah
30
Bab 30 - Ryan, Sang Dewa Penolong
31
Pengumuman
32
Bab 31- keputusan
33
Bab 32 - Fitting Pakaian Pengantin (1)
34
Bab 33 - Fitting Pakaian Pengantin (2)
35
Bab 34 - Persiapan Pagi Awal menuju Pernikahan
36
Bab 35 Mood Jelek Adinda.
37
Bab 36 - Akad Nikah.
38
Bab 37 - Pesta Pernikahan
39
Bab 38 Kehidupan Baru Adinda.
40
Bab 39 Hari Pertama di Rumah Mertua
41
Bab 40 - Persyaratan Dari Khaliza
42
Bab 41 - Kejahilan Adinda.
43
Bab 42 - Pagi Hari
44
Bab 43 - Lagi-lagi Kejahilan Adinda
45
Bab 44 - Terkejut.
46
Bab 45 Suasana ruang kantor Ryan
47
Bab 46 - Kebersamaan yang hangat.
48
Bab 47 Perdebatan.
49
Bab 48 - Malam Yang tidak terduga.
50
Bab 49 Perseteruan.
51
Bab 50 - Pelayanan Adinda.
52
Bab 51 - Kebahagiaan yang sekejap
53
Bab 52 - Muncul Hasrat Cemburu.
54
Bab 53 - Kepo
55
Bab 54 - Kenapa yah?
56
Bab 55 - Hari yang menyebalkan.
57
Bab 56 - Perbincangan Ryan dan Adinda.
58
Bab 57 - Secercah Senyuman
59
Bab 58 - Mengagumi Adinda.
60
Bab 59 - Terpesona
61
Bab 60 - Surel untuk Lim.
62
Bab 61 - Firasat Buruk.
63
Bab 62 - Keguguran
64
Bab 63 - Kemarahan yang Tidak Terbendung.
65
Bab 64 - Hikmah di Balik Musibah
66
Bab 65 - Nasihat Kehidupan
67
Bab 66 - Rasa Berontak
68
Bab 67 - Keputusan
69
Bab 68 - Kegalauan Ryan.
70
Bab 69 - Kang Mas Ryan Belah Duren.
71
Bab 70 - Pagi ceria
72
Bab 71 - Keraguan Jiwa
73
Bab 72 - Tersenyum - senyum.
74
Bab 73 -Siapa Pengirim Mawar.
75
Bab 74 - Secercah Cahaya.
76
Bab 75 - Duel Sengit.
77
Bab 76 - Perjanjian Telah Usai
78
Bab 77 - Kejujuran.
79
Bab 78 - Senyum Menggoda
80
Bab 79 - Aksi kebucinan.
81
Bab 80 - Cinta ditolak
82
Bab 81 - Pada akhirnya
83
Bab 82 - Apartemen
84
Bab 83 - kejutan
85
Bab 84 - Terungkap
86
Bab 85 - Berontak
87
Bab 86 - Pemberitahuan
88
Bab 87 - Cemburu.
89
Bab 88 - Marah membawa cinta.
90
Bab 89 - Dalam Incaran.
91
Bab 90 - Penculikan
92
Bab 91 - Tidak Terduga.
93
Bab 92 - Pertikaian
94
Bab 93 - Frans tertembak
95
Bab 94 - Kesedihan
96
Bab 95 - Protes.
97
Bab 96 - Bertolak ke Singapura.
98
Bab 97 - Pertemuan dengan Lim
99
Bab 98 - Peninggalan Yong
100
Bab 99 - End
101
Pengumuman
102
Series Kedua - Mutiara Hatiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!