Kerja vs Anak

Kondisi kesehatan Albi menjadi beban pikiran tersendiri bagi Rhea. Semakin lama ia bekerja di kota, semakin sering Albi sakit. Karena khawatir dengan kondisi putranya, Rhea memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di perusahaan konveksi.

Sebenarnya itu adalah sebuah keputusan yang berat dan dilematis. Karena ia gaji yang didapatkannya dari perusahaan itu cukup besar. Dan selama hampir setahun bekerja disana, ia tidak lagi kekurangan uang belanja dan membeli kebutuhan Albi.

Setelah mempertimbangkan matang-matang, akhirnya Rhea memutuskan bahwa Albi lebih penting baginya saat itu. Karena keluar atas permintaan sendiri, Rhea tidak mendapat uang pesangon. Jadi untuk sementara waktu, ia hanya bergantung pada uang tabungan yang selalu disisihkannya setiap mendapat gaji.

Karena ia belum genap setahun bekerja, tabungan yang dimilikinyapun tidak terlalu banyak. Cukup untuk membiayai hidup sederhana Rhea selama tiga bulan saja. Rhea kembali memutar otak. Ia harus menemukan cara lain untuk menghasilkan uang.

Mempertimbangkan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya selama bekerja di akademi dan bekerja di perusahaan konveksi, Rhea memutuskan untuk merintis usaha konveksi kecil-kecilan.

Setelah dua tahun tinggal di Desa sumber, ia paham betul bahwa banyak ibu rumah tangga yang masih muda dan energik, tapi menganggur karena sedikitnya peluang kerja disana. Ia ingin menciptakan lapangan kerja bagi para wanita pejuang rumah tangga seperti dirinya. Ia mulai langkah pertamanya dengan mengajak tetangga terdekatnya untuk belajar menjahit bersama dan gratis di rumahnya. Mulai dari menjahit taplak meja, seprei, korden dan penutup perabot rumah tangga seperti penutup kulkas atau magic com.

Semakin lama, semakin banyak ibu-ibu yang datang ke rumah Rhea untuk belajar menjahit. Kebanyakan dari mereka membawa kain sendiri untuk diubah menjadi bentuk yang mereka butuhkan. Rhea senang bisa berbagi ilmu pada orang lain. Tapi dengan semakin banyaknya peminat kursus jahit gratis, Rhea jadi semakin kesusahan karena mereka harus saling bergantian menggunakan mesin jahit milik almarhumah Bu Kades.

Ia kembali memikirkan solusi. Tapi membeli mesin baru jelas bukan solusi yang bisa diambilnya saat itu. Karena tak kunjung menemukan jalan keluar, Rhea mencoba untuk berkonsultasi dengan Dika yang dianggapnya selalu saja menemukan solusi atas semua masalahnya.

Sore itu ia berbincang-bincang dengan Dika, membagikan keluh kesahnya.

"Jadi kamu butuh modal untuk beli mesin jahit?"

Rhea mengangguk, "Aku optimis banget bisa ngejalanin bisnis konveksi ini dengan baik. Tapi untuk saat ini, aku butuh bantuan modal. Aku janji, begitu usahaku berjalan, aku akan langsung mengembalikan modalnya."

Dika tersenyum, "Kebetulan banget, Rhe. Kata Bapak, pemerintah sedang menggelontorkan dana bantuan modal untuk usaha kecil ibu-ibu. Coba deh nanti aku tanyain syarat-syaratnya."

Rhea senang mendengar kabar baik dari Dika. Ia berharap bisa memanfaatkan program pemerintah itu untuk memulai bisnis konveksinya.

***

Rhea menyerahkan semua persyaratan pengajuan pinjaman modal umkm kepada Dika, selembar fotokopi KTP dan formulir pengajuan. Dika memperhatikan KTP Rhea dengan seksama. Meskipun seluruh Desa Sumber tahu bahwa Rhea adalah seorang janda yang ditinggal mati suaminya saat mengandung, Dika masih menyimpan rasa penasaran yang sangat besar tentang latar belakang Rhea dan kenapa ayahnya terlihat sangat membenci anaknya yang menjanda karena ditinggal mati suaminya.

Dika segera pergi ke balai desa karena disanalah satu-satunya tempat dimana sinyal ponselnya stabil dan bisa dipakai untuk menggunakan internet. Ia segera mencari tahu tentang Rhea Anabarja, nama yang tertulis dalam KTP Rhea.

Betapa kagetnya Dika menemukan banyak artikel tentang seorang artis muda terkenal bernama Rhea Anabarja. Bintang film remaja berjudul "Dara", bintang iklan beberapa produk kecantikan dan shampo, serta bintang sinetron keluarga yang kabarnya sangat populer saat itu. Begitulah fakta yang Dika temukan di mesin pencarian.

Ia juga melihat banyak foto seorang belia yang sangat cantik dan glamor mirip Rhea, jauh berbeda dengan Rhea yang ia kenal selama ini. Meskipun masih terlihat cantik karena memang memiliki postur wajah yang rupawan, Rhea yang dikenalnya selama ini terlihat sangat muram, putus asa, penuh beban dan tidak terawat.

Rasa penasaran Dika semakin besar, hingga sampailah ia pada artikel-artikel yang mengisukan bahwa Rhea menghilang setelah dikabarkan hamil diluar nikah dengan anak seorang pejabat.

Dika hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru dibacanya. Selama ini ia bahkan tidam tahu bahwa Rhea menyimpan beban sebesar itu seorang diri. Bahkan ayahnya sendiri mengusir dan membuangnya seperti sampah.

Namun disisi lain, Dika juga kecewa karena selama ini Rhea membohonginya dengan mengatakan bahwa suaminya telah meninggal dunia. Padahal Dika sangat percaya kepadanya dan berharap banyak bahwa ia lah satu-satunya pria yang akan selalu ada untuknya.

Rupanya semua itu adalah harapan semata karena sebenarnya ayah Albi masih hidup dan mereka kemungkinan akan bertemu dan berkumpul kembali. Meskipun demikian, Dika berusaha menepis egonya. Untuk saat ini, yang terpenting adalah bagaimana membuat Rhea tahu dan sadar bahwa ialah yang selalu ada di samping Rhea. Dan ia merasa masih memiliki kesempatan untuk mendekati dan membuat Rhea suka kepadanya.

***

Ditengah jam istirahatnya, Dika menyempatkan diri mampir ke balai desa untuk mengurus surat pengajuan bantuan modal umkm untuk Rhea. Meskipun ayahnya adalah kepala desa disana, Dika tidak ingin memanfaatkan posisi ayahnya untuk kepentingan pribadinya.

"Eh, Mas Dika. Mau ketemu Bapak, Mas?" Tanya salah seorang petugas di balai desa.

"Ngga mbak, saya mau ngurus ini." Dika menyerahkan berkas yang sudah diisi dan disiapkan Rhea.

"Rhea Anabarja? Calon istrinya ya mas?" Tebak petugas balai desa itu karena hampir semua orang tahu bahwa Dika tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Apalagi hari itu ia dengan sengaja datang sendiri ke balai desa untuk menguruskan keperluan perempuan bernama Rhea Anabarja itu.

"Bukan, mbak. Temen. Kebetulan dia lagi repot ngurus anaknya yang masih kecil, jadi minta tolong saya untuk menguruskan ini."

"Ooooh.. Oke, Mas. Sini biar saya bantu.

Dika tidak terlalu menyesali ucapannya karena apa yang dikatakannya memang benar adanya. Ia tidak berbohong.

Si petugas balai desa membaca data Rhea dengan seksama, "Tapi kok nama ini sepertinya ngga asing ya? Dimana ya saya pernah denger?"

****

"Dika, makasih banyak yah udah dibantuin."

Dika mengangguk sambil tersenyum. "Rhe, boleh ngga aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Sebelumnya aku minta maaf kalau ini agak pribadi. Tapi aku masih penasaran aja sih, kenapa waktu itu ayah kamu ngusir kamu sama Albi?"

Rhea kaget karena tidak menyangka bahwa Dika akan tiba-tiba menanyakan soal itu.

"Itu..." Rhea memikirkan alasan yang tepat, "itu karena ayah ngga setuju aku nikah sama papanya Albi."

Dika kecewa, bukan karena alasan yang Rhea sampaikan tapi karena ia mengetahui bahwa sampai saat itupun Rhea masih juga memilih untuk berbohong padanya. Dika berusaha menahan diri. Ia yakin bahwa Rhea butuh waktu untuk bisa terbuka tentang masa lalunya yang kelam. Karena mencintai Rhea, maka ia akan menunggu dengan sabar sampai Rhea siap untuk membuka hati dan jujur kepadanya.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Sampai disini saya suka sekali ceritanya, padat akan isinya 👍
dan cerita nya langsung pada inti2 ceritanya, dan tidak ada penjabaran hal2 yg kurang berguna disampaikan 👍

sukses selalu untuk karya ini 💞

2022-10-24

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!