Suatu hari, ketika Rhea sedang membuatkan sarapan untuk Pak Kades dan Dika, ia melihat Dika tengah panik karena seragamnya sobek terkena paku padahal ia sudah hampir terlambat. Rhea berniat membantu Dika dengan menjahit seragam Dika dengan jarum tangan. Tapi karena buru-buru dan butuh waktu cepat, Dika menyuruh Rhea untuk menggunakan mesin jahit milik ibunya yang masih tersimpan rapi di dalam gudang.
Rhea hanya butuh beberapa menit saja untuk memperbaiki seragam Dika. Tapi yang membuatnya senang adalah bisa kembali memegang mesin jahit yang sudah sangat lama ditinggalkannya. Rhea dulunya adalah seorang siswa SMK jurusan tata busana.
Seperti memili bakat sejak lahir, ia merasa sangat senang bergelut dengan jarum dan benang, kemudian juga merancang berbagai model dan pola baju. Sayangnya hobi itu terhenti saat ia lulus dari SMK dan lebih memilih untuk menggeluti dunia seni peran. Ia bahkan tidak mau melanjutkan kuliah waktu itu karena alasan kesibukan syuting dan tour promo film.
Sekarang ia menyesal telah menyia-nyiakan bakatnya demi gemerlap dunia sesaat yang kemudian menenggelamkannya sangat dalam seperti saat itu. Rhea kembali melanjutkan pekerjaannya karena masih banyak tugas lain yang menunggunya setelah itu.
Malam itu Rhea merasa tubuhnya sangat lelah. Meski ia tahu bahwa bahwa lelahnya tidak sebanding dengan apa yang diperolehnya, ia tetap harus bertahan sampai mendapat pekerjaan lain yang lebih baik. Ia melihat banyak kebutuhan dapur yang habis, sementara uang uang dipegangnya hanya tersisa tujuh puluh ribu. Dua puluh ribu untuk membeli beras besok pagi, dua puluh ribu untuk beli lauk dan sayur mpasi Albi dan sisanya harus dihemat sampai gajian lusa.
***
Keesokan paginya Rhea memberanikan diri untuk meminta ijin kepada Pak Kades untuk menyewa mesin jahit milik almarhum Bu Kades. Awalnya Pak Kades menolak karena khawatir barang kesayangan mendiang istrinya itu akan rusak. Tapi lagi-lagi Dika berusaha meyakinkan sang ayah untuk lebih peduli dengan orang-orang yang masih hidup dan membutuhkan bantuannya.
"Ibu juga pasti senang karena ikut dapat pahala, Pak. Mesin jahitnya bisa bermanfaat untuk orang lain. Nggih mboten?"
Pak Kades memikirkan perkataan Dika baik-baik dan akhirnya mengijinkan Rhea meminjamnya cuma-cuma. Rhea senang mendapatkan kesempatan kedua untuk menggeluti bakat terpendamnya. Ia gencar membuat promo agar ada pelanggan yang mau menjahitkan bajunya kepada Rhea. Dan Dika adalah pelanggan pertama dan paling setia bagi Rhea.
Dika datang membawa kain batik pemberian sekolah tempatnya mengajar. Sudah cukup lama kain itu menganggur di dalam lemarinya. Dan sekarang, dengan penuh semangat dan berhati-hati, Rhea menyelesaikan baju Dika dalam dua hari. Sebenarnya bukan karena semata-mata ingin diakui sebagai penjahit yang cekatan, tapi lebih karena ia sangat membutuhkan upah dari pelanggan pertamanya itu.
Setelah dikenakan, ternyata hem itu sangat nyaman dan menempel pas di tubuh Dika. Dika kerap memamerkannya kepada para tetangga dan teman-temannya di sekolah agar mereka terterik dan ikut mencoba jasa menjahit Rhea.
Benar saja, peran Dika sebagai model sekaligus sales berjalan membuahkan hasil. Banyak orang mulai tertarik untuk mencoba jasa Rhea. Semakin lama semakin banyak yang cocok dan kembali menggunakan jasa Rhea. Rhea merasa senang karena sekarang ia tidak lagi kekurangan uang belanja dan untuk membeli keperluan Albi. Ia bahkan mulai bisa menyisihkan sedikit uang hasil menjahitnya untuk menabung. Ia ingin Albi memiliki masa depan yang lebih baik dan ia tahu betul bahwa cita-citanya memerlukan banyak biaya dan pengorbanan.
Sadar bahwa bakat mejahitnya sangat bermanfaat, Rhea mulai berangan-angan untuk bisa mengambil pendidikan akademi menjahit agar bisa mendapat ilmu baru dan sertifikat yang bisa ia gunakan untuk melamar pekerjaan di perusahaan konveksi besar. Ia kemudian mencari-cari informasi dan akhirnya mengetahui bahwa ada sebuah akademi kursus menjahit di kota. Dan akademi itu juga sedang menawarkan promo bagi siswa berprestasi.
Rhea sangat tertarik untuk mencobanya. Ia bertekad membawa Albi yang baru berusia delapan bulan ke kota untuk mengikuti tes masuk ke akademi menjahit tersebut. Dika yang merasa tidak tega akhirnya mengantar Rhea naik angkot selama hampir dua jam ke tempat kursusnya itu. Dika juga membantu menjaga Albi ketika Rhea sedang melaksanakan ujian.
Tidak perlu waktu lama bagi Rhea untuk menyelesaikan tesnya. Ia dapat dengan mudah menjawab semua pertanyaan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya sehari-hari. Mereka lantas kembali menempuh perjalanan hampir dua jam naik angkot untuk pulang ke rumah.
***
Beberapa hari kemudian, Rhea mendapat kabar bahwa ia diterima untuk melanjutkan pendidikannya di akademi menjahit itu. Mau tidak mau, Rhea harus bolak-balik dari rumahnya ke akademi di kota dua kali dalam seminggu. Tak jarang Rhea harus membawa Albi ke tempat kursusnya. Belajar sambil mengasuh bayinya. Kadang, Rhea terpaksa menitipkan Albi ke Mbok Tun, ketika cuaca mendung atau Albi sedang rewel karena sakit. Meskipun berat, Rhea tidak ingin menyerah.
Suatu ketika ia membawa Albi ke tempat kursus. Karena gerimis, Rhea terpaksa menunggu hingga reda. Ia tidak sadar bahwa hari semakin sore dan angkot menuju ke rumahnya sudah tidak ada lagi. Rhea terpaksa mengajak Albi menginap di ruang kelasnya dan baru kembali ke rumah keesokan paginya. Setelah sampai rumah Albi demam dan muntah-muntah. Mungkin karena kedinginan dan kelelahan.
***
Setelah setahun setengah menyelesaikan pendidikannya di akademi, Rhea mendapat nilai ujian memuaskan dan sertifikat kompetensi. Tak mau membuang-buang waktu, Rhea segera menggunakan sertifikatnya untuk melamar ke perusahaan konveksi yang diidam-idamkannya.
Rejeki masih berpihak pada Rhea. Ia langsung diterima di perusahaan itu dengan gaji yang lumayan. Rhea jadi semakin bersemangat meskipun setiap hari harus berangkat subuh-subuh dan pulang menjelang isya karena harus menempuh empat jam perjalanan pulang pergi dari Desa Sumber ke kota dan sebaliknya.
Karena kelelahan, kadang Rhea tidak terlalu memperhatikan kesehatan dan perkembangan Albi. Pernah suatu malam, Albi menangis karena jatuh dari tempat tidur karena Rhea yang kelelahan tidak menyadari bahwa putranya berguling-guling hingga ke bibir ranjang. Kadang Rhea juga tidak mendengar ketika Albi menangis minta disusui dan ia terlalu lelah untuk bangun menyusui Albi. Akibatnya, Albi jadi sering sakit-sakitan dan rewel.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Uthie
Duhhh.. ujian dan pengorbanan banget sbg single mom yaa 💪💪💪😕
2022-10-24
1