Setelah bertahan hidup selama tiga bulan bersama putra yang diberinya nama Albiansyah Putra atau biasa dipanggil Albi itu, dan dengan bantuan para tetangga, akhirnya Rhea bisa juga mewujudkan keinginannya untuk pulang menemui ayahnya di Sukabumi.
Dika membantu Rhea menyewa sebuah mobil dan bersama Mbok Tun mengantar Rhea dan Albi pulang. Meskipun harus puluhan kali berhenti untuk menenangkan Albi yang sering menangis, mengganti ban dan memperbaiki kendaraan yang memang cukup tua untuk dibawa berkendara jauh, tapi mereka akhirnya sampai juga di Sukabumi.
Rhea sudah tidak sabar untuk mempertemukan Albi dengan kakeknya. Ia mengetuk pintu dengan penuh semangat. Tak lama kemudian, ayahnya keluar dari balik pintu. Pak Iman tertegun, ia tidak menyangka putrinya akan datang bersama seorang bayi, seorang lelaki asing dan wanita paruh baya.
Ia lantas menyimpulkan bahwa Rhea sudah menikah dengan pria asing tanpa meminta ijin ayahnya. Setelah kecewa dengan perbuatan Rhea di masa lalu, kini ia kembali dibuat kecewa karena putri tunggal yang sangat dicintainya kini tak lagi menanggapnya, bahkan bisa begitu saja menikah tanpa meminta ijin dan restunya.
"Yah, Rhea pulang." Mata Rhea berkaca-kaca karena bisa kembali melihat wajah ayahnya setelah sekian lama, "Ini Albi, cucu ayah."
Pak Iman tak bergeming.
Rhea mendekatkan putranya, berharap sang ayah menyambut dan menggendongnya. Tapi kenyataan justru sebaliknya, Pak Iman menepis tangan Rhea lalu menjauhkan diri dari bayi Rhea.
"Jangan mendekat. Anak ini bukan cucuku."
Rhea terkejut. Bagai disambar petir di siang bolong, ia tidak pernah menyangka ayahnya akan bersikap seperti itu.
"Yah!" Rhea tak kuasa menahan tangisnya.
"Pergilah. Aku tak punya anak dan cucu seperti kalian. Ibumu sudah mati karenamu, jadi jangan buat aku mati juga dengan alasan yang sama!"
Rhea pernah merasakan sakitnya dicampakkan, dibuang, hidup menderita dengan putranya, tapi ia belum pernah merasakan sakitnya seperti ketika ia mendengar perkataan ayahnya hari itu.
Bukan hanya harapannya yang hancur, tapi seluruh jiwa dan raganya mati rasa. Ia mundur beberapa langkah, sempat hampir terjatuh, tapi ia menahannya. Meski dengan bantuan Dika dan Mbok Tun, Rhea berusaha berdiri tegak, membalikkan tubuhnya, meninggalkan ayahnya yang telah membuangnya dan putranya seperti sampah.
Mbok Tun yang menyaksikan semuanya tak kalah geram. Bukannya mengikuti Rhea masuk ke mobil, ia justru menghampiri Pak Iman dan memakinya.
"Ingat ucapan saya, Pak. Anda pasti akan menyesali perkataan kejam anda barusan." Mbok Tun lalu berbalik untuk menyusul Rhea tapi Pak Iman menghentikannya, lalu menitipkan sebuah cincin kepada Mbok Tun untuk Rhea.
Tanpa mengucap sepatah katapun, Pak Iman langsung masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintunya dari dalam. Hatinya hancur berkeping-keping. Ia menyesali perkataan dan perbuatannya. Tapi ia tak bisa membiarkan Rhea dan putranya semakin menderita hidup bersama pria penyakitan seperti dirinya.
Ia menahan sesak di dadanya, menyaksikan mobil yang membawa putri dan cucunya pergi jauh dari balik tirai jendela rumahnya. Ingin rasanya ia menghentikan kepergian Rhea, tapi ia ingat bahwa itu adalah keputusan terbaik yang bisa dibuatnya saat itu.
Meskipun begitu, setidaknya ia masih bisa bersyukur karena sudah melihat wajah menggemaskan sang cucu. Ia berdoa dalam hati bahwa cucunya selalu diberi keberkahan dan kemuliaan hidup. Dikaruniai bakat yang akan membuatnya mampu bertahan menghadapi seleksi alam dan menjaga Rhea, putrinya.
***
Mbok Tun ingin menyerahkan cincin pemberian Pak Iman kepada Rhea. Tapi melihat kondisi Rhea yang masih sangat sedih dan membenci ayahnya, ia mengurungkan niatnya. Ia akan menunggu saat yang tepat.
"Mbok, boleh saya minta tolong?"
"Minta tolong opo tho, nduk?"
"Anggap saja hari ini Mbok tidak melihat dan mendengar apapun."
Mbok Tun tersenyum, "Mbok ngga melihat dan mendengar apapun, jadi jangan khawatir yo?!"
***
Setelah kembali ke Desa Sumber, Rhea benar-benar terpuruk. Ia tidak lagi memiliki uang untuk membeli kebutuhan hidupnya dan Albi. Ayahnya sudah tidak bisa diharapkan lagi dan ia belum memiliki pekerjaan.
Demi membeli sekantong beras dan lauk agar bisa makan dan memberikan asi untuk Albi, Rhea melamar untuk bekerja sebagai pembantu di rumah Pak Kades, ayah Dika, yang kebetulan adalah orang terkaya di desanya dan rumahnya juga sangat dekat dengan rumah Bara. Jadi Rhea bisa tetap bekerja sambil sering melihat-lihat keadaan Albi di rumah.
Awalnya Pak Kades menolak, karena dirumahnya dihuni oleh tiga orang pria yaitu Pak Kades, Bima dan Udin, sopir sekaligus pembantu pribadi Pak Kades. Sementara Rhea dikenal sebagai janda beranak satu. Beliau khawatir hal itu akan menjadi bahan gunjingan di kalangan warga. Namun Dika terus saja berusaha meyakinkan ayahnya, akhirnya Pak Kades setuju untuk mempekerjakan Rhea sebagai tukanh cuci, masak dan bersih-bersih di rumahnya.
Belum merasa cukup dengan penghasilan dari Pak Kades, Rhea mencari pekerjaan tambahan lain dengan menjadi buruh cuci dan setrika di rumah Bu Imron, juragan lele di desa itu. Rhea membawa cucian Bu Imron pulang untuk disetrika sembari menjaga Albi yang baru berusia tiga bulan.
Meskipun tenaga Rhea habis untuk bekerja keras setiap hari, tapi entah bagaimana lelahnya tiba-tiba saja hilang ketika melihat Albi yang mulai belajar meraih benda-benda yang Rhea dekatkan di hadapannya, belajar berguling dan tengkurap. Rhea merasa senang melihat bayi kecil yang terkulai tak berdaya di dalam inkubator akhirnya bisa merespon rangsangannya, mulai bisa diajak bermain dan semakin menggemaskan.
Rhea jadi kembali bersemangat untuk bangkit dari keterpurukannya demi menyaksikan Albi tengkurap, merangkak, berjalan dan akhirnya berlari menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hidup bersamanya. Ia meyakinkan diri untuk menjadi lebih kuat karena saat ini hanya dirinyalah satu-satunya tempat Albi bergantung dan mengharap kasih sayang sebagai seorang ibu sekaligus ayah bagi Albi. Sejak hari itu Rhea bertekad untuk tidak lagi menangisi nasib buruknya. Ia yakin akan ada kemudahan setelah sekian banyak kesulitan yang dilaluinya. Ia hanya perlu bersabar hingga hari itu tiba dan selalu tersenyum seakan hidupnya baik-baik saja seperti dulu kala. Karena ia baru sadar bahwa belakangan ini ia bahkan sering lupa bagaimana caranya tersenyum dan bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Uthie
semangat 💪💪🤗
2022-10-24
0