"Mungkin saja dia komplotannya," jawab Lampard.
Tak sengaja Lampard melihat mobil SUV yang mengikutinya dari kaca spion. Lalu Lampard meminta kepada Rinto untuk mencari jalan lain. Rinto pun menyanggupi permintaan Lampard dan berputar balik. Mata Lampard sangat awas melihat pergerakan mobil itu dan berharap tidak mengikutinya. Namun harapan Lampard itu salah. Mobil itu masih mengikutinya. Rinto yang merasakan ada sesuatu pada Lampard langsung menghentikan mobilnya dan bertanya, "Kak... Ada apa?"
"Lihatlah ada mobil SUV yang mengikuti kita dari tadi," jawab Lampard.
Rinto menatap mobil itu dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres, "Ada yang tidak beres kak."
"Biarkan saja. Aku tidak peduli itu. Lebih baik kita jalan ke rumah sakit. Aku tidak mau perempuan itu mati di dalam mobilmu!" perintah Lampard.
Gadis itu yang sedang kesakitan mendengar ucapan Lampard segera bangun. Gadis itu tidak terima dengan kata-kata Lampard. Lalu gadis itu menyahutinya dengan nada lirih. Hingga terdengar di telinga Lampard.
"Maaf tuan kalau saya mati tidak akan di sini!" kesal gadis itu yang merasakan kesakitan.
Lampard terkejut dan menoleh ke arah gadis itu. Lampard menatap tajam wajah gadis itu sedang meringis kesakitan. Dengan nada ketusnya Lampard mengatakan, "Ya baguslah! Jadi arwahmu tidak menjadi penghuni mobil ini!"
Astaga... Lampard sangat keterlaluan sekali. Bagaimana bisa Lampard mengatakan seperti itu? Si gadis yang kesakitan rasanya ingin melemparkan Lampard ke Planet Merkurius. Bahkan perempuan itu mendoakan agar Lampard terbakar karena panasnya matahari.
"Tuan, bisakah dipercepat? Darahku banyak sekali keluar. Aku tidak ingin kehilangan banyak darah?" lirih gadis itu.
Rinto mengerutkan keningnya dan menahan tawanya. Menurut Rinto gadis ini sangat lucu sekali dan masih bisa sadar ketika peluru bersarang di perutnya. Lalu bagaimana dengan Lampard? Lampard menyahutinya sambil berkata, "Biarkan saja dia mati! Setelah mati lemparkan saja mayatnya ke sungai!"
Jederrrrrr.
Hancur sudah harapan gadis itu untuk meminta pertolongan kepada pria yang berada di samping supir. Gadis itu hanya bisa menghembuskan nafasnya dan memilih untuk mengalah untuk tidak melanjutkan perdebatan yang sial ini.
Sesampainya di parkiran rumah sakit, Rinto segera menghentikan mobilnya. Lalu Lampard menoleh ke belakang sambil menyuruhnya turun sendiri, "Lebih baik kamu turun sendiri! Aku enggak akan menggendongmu lagi!"
Mata perempuan itu membelalak sempurna. Rasanya ingin menangis saja melihat Lampard. Sebelum keluar perempuan itu geram kepada Lampard, "Ok! Terima kasih atas tumpangannya tuan arogan! Semoga kita tidak tidak bertemu lagi di pertemuan lainnya!"
"Setuju. Itu lebih bagus! Aku juga tidak ingin melihat wajah jelekmu itu!" ucap Lampard dengan mengintimidasi perempuan itu.
Mata Lampard menatap mobil itu dengan saksama. Lampard mengerutkan keningnya sambil melihat pergerakan secara mendetail. Kemudian Lampard melihat perempuan itu belum keluar juga. Dengan wajah iblisnya Lampard berteriak dan membentak si perempuan itu.
"Keluar sana!" bentak Lampard dengan suara tinggi.
Gadis itu sangat terkejut dengan mata membulat. Terpaksa gadis itu keluar. Namun sebelum keluar gadis itu memaki Lampard. Hingga membuat wajah Lampard berubah menjadi iblis. Rinto yang berada di samping Lampard mulai merinding.
"Dasar pria enggak punya akhlak! Sudah tahu aku terkena tembak malah diusir. Nasrib-nasrib!" kesal gadis itu yang keluar dari mobil sambil memegangi perutnya. "Awas saja kalau jatuh cinta sama aku! Aku tidak akan menerima cinta pria arogan sepertimu!"
Braaaaakkkk!
Gadis itu menutup pintu mobil dengan kencang. Dengan cepat gadis itu menekan perutnya agar tidak mengeluarkan darah. Namun gadis itu hampir jatuh karena tidak bisa menahan berat badannya. Dengan cepat gadis itu meraih tiang.
Lampard yang masih berada di dalam mobil menghubungi resepsionis untuk membantu gadis itu. Tak selang berapa lama beberapa suster keluar dan mendekati gadis itu lalu menolongnya. Mereka segera memapah gadis itu untuk menuju lobi.
"Pistol," pinta Lampard.
"Ada di dashboard," jawab Rinto.
Lampard bergegas mengambil pistol di dashboard. Lampard membuka pintu mobil dan menoleh ke belakang. Tak lama pengemudi mobil keluar sambil membawa air softgun. Lampard hanya bisa menghembuskan nafasnya sambil memberi kode kepada Rinto untuk bersiap-siap.
Pria itu mulai berjalan melewati Lampard dan masuk lobi. Namun di dalam hitungan detik Lampard mendengar suara tembakan. Lampard segera masuk ke dalam dan memlihat pria itu menodongkan senjata ke arah resepsionis. Dengan kaki panjangnya Lampard langsung menendang pria itu. Sehingga Rinto langsung membekuknya.
"Bawa ke tempat biasa!" titah Lampard.
Rinto menganggukan kepalanya dan segera pergi. Kemudian Lampard meraih ponselnya dan menghubungi Ian untuk segera ke sini dengan membawa baju ganti. Setelah itu Lampard duduk menunggu kedatangan Ian. Namun sebelum itu Lampard menanyakan pasien yang baru saja masuk ke resepsionis. Resepsionis tersebut memberitahukan, di mana pasien itu berada.
Setelah mendapat informasi, Lampard pergi ke ruangan operasi. Lampard mulai berpikir apakah dia adalah orang jahat? Lampard belum bisa memastikan tentang gadis itu? Jika gadis itu adalah orang jahat, kenapa juga tidak membawa ketiga cucuku? Pertanyaan demi itu mulai muncul secara bersamaan. Lampard harus menyelidikinya secara mendalam. Lalu bagaimana dengan mobil tadi yang mengikutinya? Selama ini Lampard tidak memiliki musuh bebuyutan.
Hampir tiga puluh menit Ian datang. Ian segera mendekati Lampard sambil menyerahkan papperbagnya. Dengan cepat Lampard meraihnya dan meninggalkan Ian. Lima menit kemudian Lampard sudah mengganti t-shirtnya menjadi kemeja hitam. Lampard menatap tajam wajah asisten itu seperti pisau yang akan menghujam sang musuh.
"Kenapa kamu memberikan aku kemeja hitam? Kamu tahu sekarang aku tidak berada di dunia bawah tanah?" tanya Lampard dengan kesal.
"Maaf. Aku tidak sengaja membeli kemeja berwarna hitam," jawab Ian dengan wajah tengil. "Ada apa?"
"Aku tadi ke taman mencari penculik ketiga cucuku. Tak kusangka perempuan yang menabrakku tertembak dengan orang yang tidak dikenal," jawab Lampard.
"Apakah kamu perduli soal itu?" tanya Ian.
"Sebenarnya aku tidak peduli dengan perempuan itu. Aku hanya menolongnya. Apa salahku jika aku menolong perempuan itu? Bukannya ketiga cucuku sudah ditemukan. Aku tidak mau perempuan itu mati konyol di taman Alexa. Bisa dibayangkan kalau itu terjadi," kesal Lampard. "Jam berapa Scar dan Ed potong kue?" tanya Lampard.
"Jam tiga. Sekarang masih jam sebelas. Kemungkinan mereka masih beristirahat," jawab Ian.
"Bagaimana persiapan keamanan acara itu?" tanya Lampard.
"Semenjak mereka hilang kak Martin menambah pasukan khusus dari Blue Diamond. Kak Martin tidak ingin kecolongan lagi," jawab Ian.
"Apakah kita akan menunggu perempuan itu?" tanya Ian lagi.
"Ya... Aku meminta konfirmasi saja. Aku tidak ingin perempuan itu datang lagi dan membuat ulah," jawab Lampard lagi.
Ian menganggukan kepalanya tanda setuju. Lampard harus mencari kebenaran siapa itu perempuan yang ditolongnya? Lampard takut perempuan itu bisa memanfaatkan keadaan. Akhir-akhir ini di media massa banyak berita yang menggemparkan bahwa ada seorang perempuan yang meminta pertolongan. Ternyata perempuan itu adalah sindikat penculikan anak. Menurut berita terakhir anak-anak yang diculik sengaja diselundupkan ke negara lain. Atau juga organ tubuh mereka sengaja diambil. Itu sangat mengerikan sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 423 Episodes
Comments