Melamar

Semua yang berada dalam ruang tamu pak Hari terdiam termasuk Riyan. Mawar jarang marah bahkan tak pernah marah. Cuma Dahlia asyik sebut dia perempuan murahan mengusik harga diri Mawar. Hal apa yang telah dia lakukan sehingga harus dijuluki perempuan murahan.

Dahlia tak bisa jawab selain menatap Riyan minta dukungan. Riyan tak berani omong apapun karena ini menyangkut masalah nama baik dan harga diri. Mawar berani berkata demikian tentu ada alasannya.

"Sudah! Jangan ribut! Biar nak Riyan yang menentukan pilihan siapapun yang dipilih oleh nak Riyan Kita semua harus menerima dengan hati lega." lerai pak Hari merasa malu pada Riyan. Anaknya tak tahu malu rebutan ingin jadi istri Riyan.

"Maaf... kalian lanjut diskusi kalian! Jangan libatkan aku! Assalamualaikum..." Mawar bangkit meninggalkan ruang tamu pak Hari. Aksi ini untuk tunjukkan Mawar tidak tertarik ikutan jadi pajangan yang akan dibeli oleh pembeli.

Semua mata menatap sosok gadis tegar ini. Mawar sangat tersinggung dianggap barang boleh dipilih hanya untuk menjadi isteri dari Abang ipar. Masih banyak lelaki lain menanti untuk jadi jodoh wanita cantik ini.

"Mak Bit...kami ikut!" Rizky berlari mengejar Mawar yang sudah duluan sampai di pintu besar. Arsy juga ikutan ngekor pada Rizky mengejar Mawar.

Riyan melihat Mawar menghentikan langkah menunggu kedua anak itu mendekat. Dengan penuh kasih sayang Mawar gandeng kedua anaknya tinggalkan rumah pak Hari. Bayangan mereka menghilang lewati pintu pagar penghubung dua rumah.

"Nak Riyan. Bagaimana? Kita lanjut atau kita sudahi sampai di sini. Anggap saja surat wasiat Yenni hanya satu permintaan. Kami tak salahkan nak Riyan kalau menolak anak kami." Pak Hanif sedikit malu lihat tingkah Dahlia. Tampak sekali Dahlia ingin menjadi istri dari Riyan.

Riyan edarkan mata ke sekeliling tak tahu harus omong apa. Jujur Riyan condong ke Mawar tapi ingat foto yang diberi Dahlia membuat laki ini ragu. Tapi kalau dia pilih Dahlia kedua anaknya tak suka. Pilih Ayumi sangat jauh dari kemungkinan karena wanita itu betul-betul sosok gadis kampung tak bisa diajak ke forum umum. Tak mungkin Riyan selalu sembunyikan isterinya. Ini akan lukai harga diri Ayumi.

"Baiklah! Aku ini sangat sayang pada Yenni walau dia telah tiada. Aku hormati Yenni maka ikuti pilihan Yenni." ujar Riyan akhirnya ambil keputusan terakhir.

"Alhamdulillah.." pak Hanif mengusap wajah ucap syukur Riyan bersedia meminang Mawar untuk ganti tikar kakaknya.

Dahlia dan Ayumi berubah pucat tak sangka ini jauh dari bayangan mereka. Tidak pernah terlintas di benak mereka kalau mawar menjadi pilihan Yenni. tapi ini telah menjadi keputusan Riyan yang tak dapat diganggu gugat karena bicara di dalam forum keluarga.

"Apa Mawar pantas?" tanya Dahlia belum puas tidak terpilih oleh Riyan. Sebelum janur kuning melengkung selalu masih ada kesempatan bagi dahlia untuk merebut Riyan dari tangan Mawar. Dahlia harus usaha agar bisa ikut ke kota jadi isteri orang kota.

"Pantas atau tidak hanya bisa dijawab oleh nak Riyan. Jadi begini rapat kita malam ini! Dan ini surat wasiat Yenni. Di malam berbahagia ini pak Tuo serahkan surat ini pada kamu nak!" Pak Hanif menyodorkan surat wasiat Yenni kepada Riyan.

Riyan bangkit dari tempat duduk menerima surat itu dari tangan pak Hanif. Artinya pak Hanif sudah selesaikan amanah terakhir Yenni. Selanjutnya tinggal bagaimana Riyan menjalani amanah yang diberikan oleh istrinya.

"Bang... Mengapa Abang tidak pilih aku saja? Aku ini jauh lebih pantas daripada si Mawar." rengek Dahlia seperti anak kecil minta belas kasihan dari orang tuanya.

"Maaf Dahlia! Aku hanya melaksanakan amanah dari mendiang kakak kalian. Dia sudah menentukan pilihan tentu yang terbaik untuk aku dan anak-anaknya."

"Bang...aku sudah menunggumu setahun! Masa cuma hasil pengorbanan aku? Lebih baik aku mati saja bila tidak nikahi oleh bang Riyan!" Dahlia mulai keluarkan jurus jitu mengancam keluarganya.

Pak Hari makin malu oleh tingkah Dahlia yang tak tahu malu. Mana ada orang memaksa ingin jadi istri dari suami kakak sendiri. Pakai ngancam pula.

"Dahlia...ada rasa malu sedikit!" bentak pak Hanif turut malu pada Riyan. Laki itu sudah buat keputusan tepat memilih Mawar. Pak Hanif rasa Mawar adalah calon paling tepat untuk Riyan.

Dahlia memutar kepala hadap pak Tuo dia. Dahlia tak kalah marah pada pak Tuo itu. Dahlia anggap pak Tuo berat sebelah bela Mawar. Dari dulu keluarga pak Tuo memang sayang pada Mawar. Dia dan Ayumi selalu mendapat perlakuan tak mesra dari keluarga Pak tuo.

"Bela terus anak sialan itu! Bang ..Abang jangan menyesal tidak pilih aku! Aku ini 10 kali lebih baik daripada si Mawar. Atau begini saja aku dan Mawar akan menjadi istri bang Riyan bersama-sama aku istri tua dan si Mawar istri kedua." usul Dahlia bikin semua tersentak. Dari mana pula muncul ide gila ini. Dahlia sungguh sudah stress ingin cepat melemaskan masa jandanya.

"Dahlia...kau masuk kamar!" seru pak Hari dengan nada tinggi. Wajah lelaki tua ini memerah menahan amarah.

Dahlia sudah melewati batas kesabaran Pak Hari. Dahlia sudah tidak kenal dengan kata malu.

Dahlia sangat tidak terima dimarahin oleh Pak Hari. Dahlia merasa Mawar sengaja merebut posisinya padahal Mawar sedikitpun tidak tertarik pada posisi yang tidak terlalu menggiurkan ini. Mawar sengaja menghindari perdebatan yang tidak sehat ini maka memilih pulang ke rumahnya.

Mawar sendiri tidak mengetahui kalau dirinya telah dipilih oleh Riyan. Malahan Dahlia yang sibuk merasa tersisihkan oleh Mawar.

"Ayah... anak ayah itu Mawar atau Dahlia?" teriak Dahlia tidak mau kalah. Apapun terjadi Dahlia harus menjadi isteri Riyan. Jika perlu bunuh Mawar pun dia bersedia.

"Mawar juga anak ayah! Kamu jangan lupa hal itu! Kamu semena-mena pada Mawar tapi dia diam tak pernah mengeluh. Apa kamu belum puas melukai hati Mawar. Karang cerita yang bukan-bukan tentang Mawar. Apa dia pernah balik serang kalian? Itu karena dia berbudi luhur. Ayah restui Riyan menikahi Mawar." putus Pak Hari tak mau perpanjang perdebatan.

Riyan sudah mendengar sendiri mertuanya bela Mawar. Bisa jadi foto yang diperlihatkan Dahlia itu hasil editan. Kalau dilihat akhlak Mawar dari kenyataan sangat jauh dari kemungkinan berbuat mesum. Bicaranya saja seperti orang kurang makan.

Dahlia hentakkan kaki ke lantai tak mau tahu semua omongan pak Hari. Pokoknya dia tak sabar ingin jadi isteri Riyan. Dahlia sudah sesumbar pada tetangga kalau dia akan segera menikah dengan Riyan. Betapa malunya Dahlia bila keinginan ini tidak terwujud. Apapun yang terjadi malam ini dia harus memaksa Riyan menikah dengan dirinya. Mau dibilang wanita tak tahu malu ataupun tidak tahu ada di Dahlia tidak peduli dengan kata-kata itu lagi.

"Baik..kalau kalian memaksa ingin nikahkan Bang Riyan dengan Mawar. Aku akan mati malam ini. Sudah kubilang aku tidak keberatan dimadu Mawar. Ayah saja isterinya dua kenapa bang Riyan tak boleh." Dahlia menunjuk wajah pak Hari yang pucat menahan malu punya anak se brutal ini. Sikap Dahlia sungguh kurang ajar tak hargai pak Hari sebagai orang tua. Dia berbuat semau dia yang penting hidupnya senang. Peduli amat dengan kata orang.

"Dahlia...aku tak bisa bagi hati untuk dua wanita. Sudah kuputuskan memilih Mawar sebagai ibu sambung dari anak-anak aku. Kamu adalah wanita yang baik pasti akan menemukan jodoh yang lebih baik daripada aku." Riyan angkat bicara makin tak suka pada gaya Dahlia. Pantas kedua anaknya tak suka pada Dahlia. Ternyata wanita kasar bukan main. Tak ada kalimat baik muncul dari mulutnya.

"Kau dengar itu nak! Tak semua lelaki mau poligami. Ayah menikahi ibumu karena keadaan berbeda. Ayah harap kamu sadar bahwa pernikahan itu bukan mainan. Mau nikah lalu cerai sesuka hati. Masuk ke kamarmu dan pikirkan kesalahan kamu." kata Pak Hari tegas sudah hilang muka dirampas oleh kebrutalan Dahlia.

Bu Tiara yang dari tadi diam mulai gerah merasa tak dihargai oleh suami sendiri. Menurut aturan yang pantas jadi ibu sambung anak Riyan adalah Ayumi maupun Dahlia karena mereka adik kandung Yenni. Mengapa jatuh pada Mawar saudara tiri Yenni.

Perempuan ini tuntut keadilan untuk kedua anaknya. Kalaupun Riyan tak suka pada Dahlia masih ada Ayumi. Riyan mesti pilih salah satu diantara mereka berdua. Bukan Mawar orangnya.

"Maaf ya bang! Aku sebagai ibu dari kedua putri kita sangat keberatan nak Riyan pilih Mawar. Mawar itu cuma saudara tiri Yenni. Saudara kandung Yenni itu adalah Dahlia dan Ayumi. Mengapa harus Mawar yang menggantikan posisi Yenni anak aku?" Bu Tiara mulai bersuara perlihatkan sikap kurang senang pak Hari restui pernikahan Riyan dan Mawar.

Pak Hanif selaku orang tua hanya bisa geleng kepala. Dari dulu keluarga mereka memang tak suka pada Bu Tiara yang sombong. Selalu angkuh kalau mereka orang kaya. Tingkah laku mereka persis orang dari gunung tidak kenal adat dan sopan santun. Produk jaman primitif.

"Tiara...Mawar itu juga adik Yenni. Di sini jelas Yenni yang memohon pada Riyan untuk ambil Mawar sebagai ibu sambung. Bukan permintaan Mawar. Dan lagi Mawar juga belum tentu setuju menikah dengan nak Riyan. Kita harus tanya pada Mawar dulu setuju atau tidak. Lebih baik kita dengar pendapat Mawar. Ji..coba kamu panggil Mawar lagi." Pak Hanif berusaha bijak beri keadilan pada anak-anak adiknya. Semua adalah keponakannya. Mereka berdiri sama di mata pak Hanif.

"Iya ayah..." anak laki Pak Hanif di Muji kembali keluar menuju ke rumah mungil Mawar.

Kini semua diam menanti pendapat Mawar. Dia yang paling berhak tentukan terima atau tolak lamaran Riyan. Secara tak langsung Riyan telah melamar Mawar sesuai permintaan Yenni.

Riyan makin mantap untuk maju pilih Mawar. Terlepas dari foto mesum Mawar masih butuh penyelidikan. Mawar lebih cocok berdiri di samping Riyan sebagai seorang istri. Dari segi manapun Mawar memang dari Dahlia dan Ayumi. Terutama di bidang pendidikan. Mawar seorang sarjana sedang kedua kakaknya tamatan SMA bahkan Dahlia tamatan SMP. Apa yang bisa Riyan harapkan dari isteri berpendidikan rendah.

Riyan bukan menghina Dahlia maupun Ayumi tapi di jaman ini pendidikan menunjang gerakan setiap orang. Orang terpelajar dan orang kurang pendidikan cara bertutur kata sangat jauh beda.

Mawar datang lagi bersama anak-anak Riyan. Wajah mereka sumringah tak ada beban. Dari raut wajah Mawar tidak gundah walaupun kompetisi merebut Riyan telah dimulai. Mawar yakin tidak ikutan daftar karena sadar kedua kakaknya jauh lebih butuh suami. Usia mereka sudah lumayan tinggi tapi belum laku.

Rizky dan Arsy lengket pada Mawar tak ingin berpisah. Riyan tak tahu pelet apa telah diberikan Mawar pada kedua anaknya sampai lengket bak lintah isap darah Mawar.

"Mawar...ayok duduk sini nak!" Bu Hanif menepuk tempat di sampingnya yang masih kosong. Mawar menundukkan badan dengan sopan lewati yang lain sebagai ungkapan permisi.

Dua dunia berbeda sedang dipertontonkan antara Mawar dan Dahlia. Satu sopan lemah lembut dan satunya garang seperti harimau liar mengancam orang.

Mawar memangku Arsy di paha sedangkan Rizky duduk di samping Mawar memeluk erat lengan calon ibu sambungnya.

"Ayok bicara!" bentak Dahlia begitu Mawar duduk.

Mawar melongo disuruh bicara. Mawar heran mau bicara apa karena memang tak tahu pangkal cerita. Dari tadi dia tidak ikut berdebat jadi apa yang mau dibicarakan.

"Bicara apa?" tanya Mawar bingung sampai mukanya tampak tolol.

Riyan mau ketawa lihat Mawar seperti orang linglung tiba-tiba diserang harimau ganas.

"Mawar...berdasarkan surat wasiat kakakmu nak Riyan memilih ikuti wasiat kakakmu pilih kamu jadi ibu sambung Rizky dan Arsy. Pak Tuo mau dengar pendapatmu!" kata Pak Hanif pelan sesuai karakter Mawar yang tak pernah kasar.

Mawar bingung tak bisa jawab karena permintaan ini sangat mendadak. Mawar belum siap mental harus melepaskan masa lajang demikian cepat. Apalagi Mawar belum kenal Riyan. Riyan memang baik pada Yenni namun belum tentu cocok dengan sifat Mawar.

Rizky memeluk Mawar makin erat seolah ingin dukung Mawar terima permintaan Riyan jadikan Mawar ibu mereka.

Mawar melirik Rizky berkali-kali ngerti perasaan anak itu. Mawar mau langsung tolak tapi iba pada Rizky dan Arsy. Kedua anak itu pasti sengsara bila Dahlia jadi ibu mereka. Mawar bukannya tak kenal sifat egois Dahlia. Dia mana tahu isi hati orang. Maunya dia saja yang hidup. Orang lain mau mati ya terserah.

"Bismillahirrahmanirrahim...Mawar bukannya mau menolak tapi beri Mawar sedikit waktu untuk mengenal bang Riyan. Bang Riyan juga harus kenal sifat Mawar. Kita menikah cuma sekali seumur hidup jadi maunya saling memahami agar tidak menyesal di kemudian hari." Mawar beri alasan tepat sebelum maju ke final terima lamaran Riyan.

Riyan salut pada kata Mawar. Gadis ini jelas sedang tunjukkan kelasnya sebagai seorang terpelajar. Bukan tergesa ambil keputusan seperti yang lain.

"Pak Tuo hargai maksud baik kamu. Jadi kapan kau beri jawaban untuk nak Riyan?" tanya pak Hanif tak bisa memaksa.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

patutlah kelakuan Dahlia begitu..rupa nya, 11 12 dengan perangai bu Mutiara..anak dan ibu sama je..

pak Hari langsung tak tegas pada mereka, tu yang suka-suka buat hal dan menindas mawar..

2023-02-01

1

indy

indy

menyimak kakak, aku suka karya-karyamu. lanjut...

2022-10-25

1

Saufin Yuli

Saufin Yuli

is the best 😍

2022-10-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!