Sejauh itu Mawar tidak pernah mengeluh walau diperlakukan secara tidak adil. Padahal ibu Mawar adalah istri pertama dari Pak Hari. Namun Bu Tiara lebih berkuasa karena dia merasa dia adalah nyonya rumah. Mawar tidak pernah memasalahkan masalah ini karena selama ini dia pun tidak berada di kota ini Mawar mendapat beasiswa melanjutkan kuliah di Jogja. Kini Mawar telah selesai kuliah dan bekerja sebagai seorang guru kontrak di salah satu sekolah negeri sebagai guru matematika. Dengan gaji yang tidak seberapa Mawar membiayai hidup sendiri tanpa bergantung pada ayahnya. Beginilah sebagian kisah hidup Mawar yang lebih mirip dengan cerita Upik Abu dalam dongeng. Semua tetangga mengetahui kisah hidup Mawar yang tidak secantik wajahnya. Tetapi apa daya tetangga tidak dapat membantu karena itu adalah urusan rumah tangga orang lain.
Rizky telah kembali dengan wajah berseri langsung menyeberang ke rumah Mawar yang pintunya telah terbuka. Mawar masih setia menanti kehadiran Rizki walaupun belum tentu anak itu kembali.
"Gimana sayang? Dapat ijin?" tanya Mawar lembut begitu Rizky menyebrang ke rumahnya.
Anak itu mengangguk, mata anak itu menyelidiki isi rumah dari luar belum berani melangkah masuk ke dalam.
Mawar membaca apa yang ada di pikiran anak ini. Anak kecil dipenuhi rasa penasaran dan rasa takut maka wajar dia berjaga dari segala kemungkinan.
Mawar masuk ke dalam rumah hidupkan lampu biar rumah tampak lebih cerah. Rizky menginjakkan kaki ke dalam memantau sekeliling lihat apa ada yang istimewa.
Ruang tamu yang kecil dengan satu set kursi dari rotan dan meja rendah dari bahan sama. Tak ada hiasan apapun di situ. Agak ke dalam hanya ada sepasang kursi plastik dan bufet TV. Si samping tv ada beberapa guci kecil dari keramik. Sekilas dilihat itu bukan barang baru melainkan barang peninggalan jaman yang mulai langka di pasaran. Selebihnya kamar Mawar dan dapur serta kamar mandi. Hanya itu isi rumah yang jauh dari kesan mewah. Boleh dikategorikan rumah kalangan bawah. Beda banget sama rumah sebelah yang lumayan mewah untuk ukuran orang kampung.
Mawar biarkan Rizky cek rumahnya sampai puas. Biarlah anak itu terpuaskan oleh rasa penasaran lihat rumah tanpa barang mahal.
"Ini rumah Mak Bit!" Mawar perkenalkan rumah seraya beri senyum manis pada Rizky. Rizky suka sekali pada senyum Mawar yang terhias dua dekik kecil di pipi.
"Kenapa Mak Bit tidak tinggal sama kakek?"
"Rumah sebelah sudah rame jadi biar Mak Bit di sini. Rizky mau makan bareng Mak Bit?"
"Mak Bit pintar masak?" tanya Rizky lugu.
"Nggak pintar tapi bisa. Asal Mak Bit mau belajar semua akan jadi bisa. Rizky juga harus begitu kalau tak bisa kita harus belajar."
Rizky angguk iyakan kata Mawar. Suara Mawar sudah mampu antar rasa damai di hati anak ini. Suaranya lembut mendayu seperti tuan Puteri dalam dongeng. Cantik berbudi pekerti indah.
Mawar berjalan ke dapur mengambil air minum untuk Rizky. Walau hanya segelas air putih sangat berarti bagi anak itu. Mawar memberinya minum tanpa diminta duluan.
"Terimakasih Mak Bit."
Mawar tersenyum menebar pesona bikin Rizky terpikat pada adik mamanya itu. Rizky suka pada Mawar tidak banyak gaya sok cantik.
"Mak Bit sediakan makan siang ya! Kita makan berdua. Mak Bit senang makan ditemani cowok ganteng kayak Rizky. Duduk dulu ya! Mak Bit hangatkan lauk!"
Rizky tak mampu menolak permintaan Mawar. Sungguh tak disangka adik mamanya ada yang secantik bidadari. Ternyata wanita cantik tidak hanya ada di kota. Di kampung ini ada juga tersembunyi wanita secantik Mawar.
Mawar dan Rizky makan berdua lauk ala kadar. Mawar makan seorang diri maka masak juga tak banyak. Cukup untuk isi perut dia saja. Mawar anak dari pak Hari tapi keluarga anggap Mawar hanya tetangga biasa. Tak ada basa basi antara keluarga itu. Pak Hari tak bisa berbuat apa-apa bela anak bungsunya diasingkan oleh isterinya.
Seusai makan Rizky pamitan balik ke rumah kakeknya. Mawar tentu saja tidak keberatan. Mau jumpa tinggal seberang pagar samping rumah. Tak perlu gunakan kenderaan, cukup ayunkan beberapa langkah.
Mawar mengantar Rizky sampai di depan pagar penghubung dua rumah. Dari balik jendela rumah ada sepasang mata menatap marah pada Mawar yang dia anggap merebut perhatian Rizky. Mata mengeluarkan pancaran dendam seolah Mawar adalah musuh bebuyutan yang harus dibasmi.
Orang yang dimusuhi santai saja tak anggap itu jadi satu masalah. Memang Mawar tidak tahu apa-apa dengan hadirnya Riyan di kota mereka. Mawar menjamu Rizky karena itu anak kakaknya. Lain tidak ada pemikiran macam-macam seperti pemikiran pemilik sepasang mata itu.
Rizky masuk rumah langsung disambut oleh Dahlia dengan mata membesar bak ibu tiri siap hajar anak dari suaminya. Dahlia berkacak pinggang mengeluarkan gaya macan kelaparan.
"Kau dari mana?" bentak Dahlia keras.
"Dari rumah Mak Bit. Kenapa Tante?" tanya Rizky lugu. Apa salahnya berkunjung ke rumah saudara sendiri.
"Dengar ya anak kecil! Dia itu saudara tiri kami. Ibunya sudah mati. Artinya tak ada hubungan lagi dengan kita. Kau tak boleh ke sana lagi."
"Oh gitu ya! Kalau gitu kami juga tak ada hubungan saudara dengan Tante karena mama kami sudah meninggal." balas Rizky tak kalah cerdik.
"Kau anak kecil tahu apa? Aku ini bakal mama kamu. Sebentar lagi papa kamu akan menikah denganku. Kau lihat saja bagaimana aku habisin kamu nanti!" ancam Dahlia bikin Rizky ketakutan. Wajah lajang ini kontan berubah pucat akibat ancaman Dahlia. Nyali Rizky menciut dapat perkenalan mengerikan dari tantenya. Kalau istilah di kampung Dahlia biasa dipanggil Mak Tangah yang artinya makcik pertengahan. Tapi Dahlia tak suka dipanggil panggilan kampung karena dia merasa sebentar lagi akan jadi orang kota.
Rizky meringis takut berlari mencari Riyan. Dahlia telah membuat satu kesalahan besar mengancam anak kecil yang belum ngerti apa-apa. Dahlia pikir dengan cara ini dia akan lebih mulus meninggalkan gelar janda.
Rizky mendapatkan Riyan dan adiknya sedang rebahan di atas ranjang untuk luruskan tubuh yang sempat kelelahan di ajak jalan jauh.
"Pa...kita pulang rumah kita yok!" ajak Rizky naik ke atas ranjang usik Riyan yang sedang merem.
Riyan buka mata mendengar suara anak sulungnya. Tanpa angkat tubuh dari kasur Riyan menolehkan kepala ke arah Rizky. Laki ini heran mengapa tiba-tiba anaknya minta pulang padahal awal datang dia sangat antusias.
"Iky kenapa? Ini rumah mama Iky. Kok minta pulang?"
"Iky tidak suka di sini." sahut Rizky masih teringat ancaman Dahlia. Belum apa-apa Dahlia sudah tunjukkan kuasa atas anak Riyan. Bagaimana nasib anak Riyan bila Dahlia dijadikan ibu sambung anak-anak Riyan.
Riyan bangun memeluk putranya beri pelukan hangat agar anaknya tenang. Riyan tak tahu apa yang telah terjadi. Barusan tadi Rizky masih baik-baik saja. Belum satu jam sudah berubah aneh.
"Iky mau pulang ya! Tapi kita masih liburan sekolah. Katanya mau pergi lihat pantai."
"Pokoknya Iky mau pulang." seru Rizky dengan nada tinggi. Mata si anak berkaca-kaca seperti ingin nangis. Riyan makin tak mengerti apa yang telah terjadi pada anaknya.
"Iky kenapa?"
Rizky tidak menjawab malah naik ke atas kasur benamkan wajah ke bantal. Anak ini takut sekali pada Dahlia yang telah mengancamnya.
Ryan biarkan anaknya menenangkan diri di atas ranjang. Lelaki ini memilih keluar mencari tahu apa yang telah terjadi pada anaknya.
Di luar sana hanya ada Dahlia duduk santai sendirian di ruang keluarga sambil nonton TV. Riyan merasa Dahlia adalah paling patut ditanya apa yang telah terjadi pada anaknya.
"Dahlia..."
Senyum manis segera berhias di wajah Dahlia yang telah dipoles dengan gincu warna merah cerah. Sikapnya langsung berubah menjadi macan jinak yang patuh pada majikan.
"Bang Riyan...sudah puas istirahat?" tanya Dahlia manis-manis kan suara agar dibilang wanita berperawakan lembut.
"Tadi Iky kenapa? Kok dia minta pulang?"
"Oh itu...dia baru saja pulang dari rumah sebelah. Rumah Mawar si gatel itu. Mungkin Mawar ada omong sesuatu pada Iky!" Dahlia. memutar balik fakta menyudutkan Mawar yang tak tahu apa-apa.
"Mawar? Bukankah dia kuliah di Jogja?"
"Sudah selesai kuliah. Sekarang jadi guru matematika di sekolah negeri. Guru kontrak yang gajinya tak seberapa. Anak itu kapan benarnya? Abang mau tahu nggak? Dia itu pernah ketangkap basah dengan lelaki di ranjang. Ini ada fotonya!" Dahlia mengeluarkan ponsel lumayan mahal edisi baru. Wanita ini mencari sesuatu di galeri ponsel untuk tunjukkan foto pada Riyan.
Riyan terbelalak lihat foto hitam putih seorang wanita tidur di atas dada seorang lelaki yang wajahnya tak jelas akibat ditutupi stiker gambar bunga. Riyan menahan nafas tak percaya ada wanita desa berani berbuat senonoh dengan pria tanpa ikatan pernikahan. Itu bukan gaya orang sini yang sangat ketat dalam pergaulan.
"Ini Mawar? Adik kalian yang bungsu? Aku pernah jumpa dengannya waktu dia masih SMA. Hebat sekali dia ya?" Riyan geleng kepala ada wanita tak tahu malu berzina tanpa ikatan.
Dahlia menyimpan ponsel dengan cuek seolah hal itu biasa bagi Mawar. Sungguh wanita culas binti jahat. Teganya dia karang cerita jerumuskan Mawar yang berhati lembut itu.
"Dia itukan sok alim! Tak pernah tinggal sholat, berpakaian sopan untuk tutupi kebusukan dia! Sekarang Abang tahu siapa Mawar kan?"
Riyan memang kurang kenal Mawar yang jarang bergaul dengan keluarganya. Seluruh keluarga tidak suka pada Mawar pasti karena anak itu kurang pas. Mana ada saudara benci pada saudara sendiri kalau bukan ada sesuatu tak pantas dilakukan oleh anak itu.
"Abang tak sangka di sini bisa terjadi hal begini. Bukan kah di sini ada WH (Wilayatul Hisbah)?"
"Aku juga tak tahu di mana dia lakukan hal ini. Aku menutupi kebusukan Mawar dari keluarga aku supaya dia tidak makin buruk. Abang lihat dia minta tinggal sendiri di samping supaya bebas tak mau dikekang."
Riyan termenung dengan cerita Dahlia. Di Aceh ini sangat ketat pengawasan pergaulan antara wanita dan pria bukan muhrim. Bahkan semua wanita diwajibkan tutup aurat dan berhijab. Di sini ada lembaga yang sering disebut WH pengawasan pelaksanaan syariat Islam. Hebat sekali kalau Mawar nekat berzina di antara pengawasan ketat.
"Apa orang tua kalian tidak awasi adik kalian itu? Kalian biarkan dia salah langkah?" tuduh Riyan salahkan keluarga Pak Hari tidak bimbing Mawar ke jalan benar.
"Anak itu diajar? Belum ngamuk pada ayah sudah syukur! Tiap hari kerjanya marah-marah tak jelas. Minta uang foya-foya dengan kumpulan anak muda. Nggak salah sih! Dia kan masih muda." Dahlia mulai tambah bumbu dan penyedap rasa biar cerita makin enak didengar Riyan.
"Sangat disayangkan anak secantik itu nakal." desah Riyan ingat sosok yang matanya sangat indah mirip mata bule. Hanya itu yang diingat Riyan dari Mawar.
Dulu anak itu pemalu jarang bergabung walau ada saudara datang dari jauh. Setelah tamat SMA Mawar lanjut kuliah di Jogja atas biaya Pemda setempat karena dia anak berprestasi di sekolah. Sejak itu Riyan tak pernah jumpa Mawar lagi. Bahkan ketika Yenni meninggal Mawar tidak hadir karena sibuk menyelesaikan kuliah.
Dari pintu kamar Rizky ikut nguping semua obrolan Riyan dan Dahlia. Apa yang dikatakan Dahlia. bertolak belakang dengan apa yang dilihat Rizky. Mawar sangat sederhana dan lembut. Bicaranya saja kayak orang setahun belum kena nasi. Lemah lembut tanpa ada nada menekan. Justru Dahlia yang mirip nenek sihir jelekkan Mawar. Mawar tidak pernah sekalipun jelekkan mereka yang di rumah ini.
"Abang lapar nggak? Biar aku sediakan makan siang! Ayah sudah pergi ke pabrik padi. Sebentar lagi juga balik."
"Nanti sekalian saja! Apa kegiatan ayah cuma ke pabrik?"
"Nggak juga. Kadang ke kebun sawit ataupun ke sawah. Sawah kami mawah kan pada orang lain. Ayah tak sanggup kerja sendiri lagi."
"Mawah? Apa maksudnya?"
"Mawah itu kita percayakan sawah kita pada orang lain. Dia yang kerjakan lahan sawah kita. Nanti hasilnya sesuai perjanjian kita. Ntah bagi dua, bagi tiga."
"Wah ada juga cara kerja begitu! Mengapa tidak diupah saja?"
"Itu aku kurang ngerti. Kami anak perempuan ya tunggu di rumah saja. Ayah di bantu Mawar soal ini cuma semua hasil ayah yang kelola."
"Lalu kamu dan Ayumi tak bisa bantu?"
"Itu pekerjaan kasar. Kami tak mau ke sawah. Ntar kulit gosong. Itu si Mawar mau turun sawah ikut nanam padi. Cocok untuk dia yang hancur."
"Bukankah dia guru?"
"Iya...ngajar kan pagi. Sore dia ke sawah kerjakan sepetak tanah peninggalan ibunya. Itulah harta dia! Yang lain kan punya ayah dan ibu. Anak itu mana ada hak lagi. Kalau ayah meninggal ya jadi milik aku dan Ayumi. Mawar sudah dapat jatah sawah dan rumah di sebelah. Rumah mirip kandang ayam." Dahlia tertawa renyah senang Mawar dihina habisan. Menjatuhkan Mawar seperti kenikmatan tak terhingga bagi Dahlia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Srihandayani
aku baca novel mu
bahasa nya seperti novel model lama.
.eeehmmmm.... ntah kenapa Seperti Khairil Anwar
atau seperti tenggelam nya kapal Van der wick ( itu novel lama yang pernah ku baca ).
langsung favorit ya kak
😊
2023-02-28
1
玫瑰
Ada juga bapa spesis ini. yang menelantarkan anak sendiri...
tak habis fikir aku dengan pak Hari.
Orang sebegini, kelak di padang mahsyar akan mempunyai bahu yang senget sebelah kerana tidak adil..huh
2023-02-01
1