Pilihan Riyan

Dahlia besarkan mata menghujam ke wajah Ayumi yang angkat wajah tinggi angkuh. Kedua berseteru rebut posisi isteri Riyan yang notabene Abang ipar mereka.

Dahlia dan Ayumi pede kalau Riyan akan memilih salah satu diantara mereka. Saat yang sudah mereka nanti dari setahun yang lalu karena amanah mendiang kakak mereka surat wasiatnya baru boleh dibuka setelah setahun kemudian. Sekarang setahun telah berlalu maka Riyan kembali ke kota kecil ini untuk melaksanakan wasiat dari mendiang istrinya.

"Tak mungkin bang Riyan mau sama kamu yang dekil. Hitam kering mirip arang bakar." sindir Dahlia menaksir badan adiknya yang mirip ibunya sedikit gelap.

"Lalu kau apa? Janda gatal, putih cuma di muka akibat obat pemutih. Casing doang bagus isi dalam kumuh! Parah...sadar kak! Coba lihat tangan kakak apa matching dengan wajah? Wajah putih tapi tangan gosong." balas Ayumi kontan hina Kakaknya yang terlalu sombong anggap dia adalah satu-satunya kandidat calon isteri Riyan. Padahal apa isi wasiat kakaknya belum ada yang tahu.

"Iky dan Adek masuk ke kamar ya! Jangan peduli pada nek lampir ini! Dia itu suka gigit orang kalau kumat gilanya. Pergilah!" Ayumi menyuruh kedua anak itu masuk kamar untuk tidak saksikan drama kolosal rebutan suami. Kedua wanita ini tak tahu kalau kedua anak ini ilfil banget pada mereka. Sungguh tak tahu malu kakak adik rebutan suami di depan anak-anak.

Ayumi tersenyum puas lihat kedua anak kakaknya patuh masuk kamar. Kini dia lebih bebas ngatain Dahlia yang pedenya capai level sempurna.

"Kita lihat nanti siapa yang bakal dipilih bang Riyan. Sudah tentu bukan kamu. Bang Riyan mana mau janda yang bawahnya sudah plong. Dia tentu mau yang masih gadis tulen."

Dahlia menelan air ludah kalah set dari Ayumi. Ayumi memang sedikit hitam tapi cukup manis. Ayumi memang dia masih seorang gadis tulen sedangkan Dahlia seorang janda. Soal cantik masih cantik Ayumi walau agak gelap.

"Jangan mimpi mau jadi isteri Bang Riyan. Aku ini kakak kamu maka aku yang harus bertanggungjawab pada anak kakak kita."

Ayumi ingin tertawa lihat betapa pede kakaknya itu. Selalu merasa diri terdepan. Dahlia anggap dirinya paling pantas dampingi Riyan habiskan sisa waktu.

"Kau lihat saja siapa pilihan bang Riyan. Sudah pergi sholat sana!" usir Dahlia tak ingin lihat tampang Ayumi saat ini. Rasa bahagia yang sedang membara padam seketika akibat provokasi Ayumi. Bagaimana kalau Riyan pilih yang masih gadis dari pada dirinya janda. Ada rasa takut di hati Dahlia pilihan Riyan jatuh pada Ayumi.

Seusai sholat Isya rumah pak Hari kedatangan tamu berupa keluarga dari pak Hanif Abang dari pak Hari. Selama ini pak Hanif memegang surat wasiat dari Yenni karena sebelum meninggal Yenni sempat amanah kan surat itu pada pak Tuo nya. Malam ini semua berkumpul untuk dengarkan wasiat Yenni yang telah dinanti seluruh keluarga.

Pak Hanif datang bersama isteri beserta putra sulungnya di Muji. Mereka bertiga akan wakili Yenni curahkan isi hati sebelum meninggal.

Ruang tamu keluarga pak Hari penuh oleh seluruh keluarga yang ingin tahu apa isi surat wasiat Yenni. Riyan dan kedua anaknya ikut duduk berdampingan dengan papa mereka. Rizky melirik sebel pada Dahlia, di mata Rizky Dahlia itu makin mirip nenek sihir pemakan anak kecil. Kalau ingat ancaman Dahlia yang mengerikan ingin rasanya pergi dari rumah ini.

Pak Hanif memandangi satu persatu anggota keluarga mencari sosok cantik berwajah lembut. Mawar tidak hadir di antara keluarga. Ke mana gadis itu?

"Di mana Mawar?" tanya pak Hanif ingat keponakan satunya ini.

"Eh iya...kenapa Mawar tidak hadir?" tanya Bu Hanif heran tak melihat Mawar.

"Untuk apa dia datang? Emang ini ada hubungan dengannya? Dia itu bukan siapa-siapa kita." tukas Dahlia tajam tak suka nama Mawar diangkat dalam rapat keluarga ini. Dia sudah berusaha jatuhkan Mawar di depan Riyan. Mengapa dia harus hadir di acara yang tak ada hubungan dengan dirinya.

"Dahlia...Mawar itu adikmu juga! Jangan sembarangan omong!" kata pak Hari tak enak pada seluruh keluarga akibat mulut ember Dahlia.

"Aduh ayah! Dia itu anak orang tak jelas. Ibunya sudah mati lalu apa hubungan sama kita?" Dahlia masih sok penting.

"Dahlia...ibunya itu isteri dari ayahmu. Mendiang itu isteri tua dan ibumu hanya isteri muda. Jaga sopan santun kamu!" Pak Hanif memarahi Dahlia kurang setuju cara Dahlia menyudutkan Mawar.

"Biar kupanggil dia!" Muji bangkit dari kursi hendak keluar menuju ke rumah Mawar di sebelah.

"Dia sudah pergi sejak sore. Tak ada di rumah." seru Dahlia mulai takut Riyan jumpa Mawar. Dibanding dengan Mawar yang cantik jelita nilai seorang Dahlia tidak ada harga.

"Sembarangan omong. Waktu kami datang dia sedang mengaji di rumah. Mawar tidak seperti kamu tak tahu adat." ujar Muji tak open larangan Dahlia tak boleh ajak Mawar dalam diskusi ini.

Dahlia menghela nafas kesal Mawar mesti dihadirkan padahal Dahlia yakin Mawar tidak ada hubungan dengan surat wasiat.

Semua menanti Muji mengajak Mawar untuk hadir. Riyan mulai berpikir mengapa Dahlia sangat tak suka pada Mawar. Apa ini karena wanita itu berzinah sebelum menikah. Berbagai cara Dahlia lakukan untuk bikin Mawar buruk di mata Riyan.

Riyan terkesima mendengar sapaan lembut membelai kuping. Satu sosok gadis muda berkerudung instan menutup sebagian tubuh gadis itu. Gadis itu cantik sekali dengan mata beda warna dari gadis umum. Riyan tak sangkal Mawar memang menarik sayang tak punya akhlak.

"Assalamualaikum..." suara itu mendayu di kuping.

"Waalaikumsalam.." balas yang lain.

Rizky dan Arsy langsung berlari hampiri Mawar menarik gadis itu duduk dekat mereka. Mawar tersenyum agak segan duduk dekat Riyan. Mawar jarang komunikasi dengan Riyan. Bukan jarang bahkan tak pernah.

Tapi demi jaga perasaan anak-anak Mawar duduk ditengah Arsy dan Rizky. Sebelah Rizky adalah Riyan. Mereka duduk dekat sekali membuat Mawar malu salah tingkah.

Dahlia mendengus tak senang Mawar langsung dapat tempat VVIP di ruang ini.

"Baik...semua sudah lengkap maka dengan mengucap bismillah pak Tuo buka surat amanah dari mendiang isteri nak Riyan yakni Yenni. Adapun surat ini diserahkan langsung oleh Yenni pada pak Tuo dan belum pernah dibuka sampai hari ini. Kita buka bersama." Pak Hanif mengeluarkan satu amplop berwarna putih.

Dengan tangan sedikit gemetar pak Hanif membuka amplop tersebut. Perlahan ditarik keluar satu lembar kertas bertulisan tangan Yenni. Pak Hanif perlihatkan kertas itu sebelum dibaca agar semua yakin tak ada rekayasa dalam hal ini.

Mata pak Hanif mengarah pada lembaran kertas ditulisi banyak huruf tinta hitam. Sebelum perdengarkan isi wasiat pak Hanif betulkan letak kacamata agar tidak salah baca.

"Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamualaikum! Kalau surat ini dibacakan berarti aku sudah di surga. Aku harap kalian semua ikhlaskan kepergian aku dengan hati lapang. Mungkin ini cerita singkat hidupku! Aku tidak pernah menyesal telah terlahir kedua ini menjadi bagian keluarga ini. Adapun aku juga bahagia hidup bersama bang Riyan selama sepuluh tahun. Lebih banyak suka dari pada duka. Bang Riyan seorang lelaki yang baik. Aku sudah memikirkan masa depan bang Riyan dan anak-anak jauh hari sebelum meninggal. Bang Riyan laki baik maka pantas mendapat pengganti aku yang baik. Aku berharap bang Riyan bersedia nikahi adikku sebagai ganti tikar aku. Aku tak memaksa tapi sangat berharap bang Riyan penuhi harapan aku yang tak ada dua kali ini." Pak Hanif berhenti sejenak menatap Riyan menanti reaksi lelaki itu apa setuju ambil salah satu adik Yenni sebagai isteri.

Di dalam tradisi Aceh ada istilah ganti tikar yakni sang suami harus nikahi adik atau kakak dari almarhumah bila lelaki itu bersedia. Tidak ada pemaksaan dalam hal ini. Riyan boleh terima juga boleh tolak. Semua tergantung pada pihak lelaki.

Riyan tampak ragu untuk jawab karena belum menemukan wanita yang cocok jadi pengganti mendiang istrinya. Mawar lebih masuk kriteria Riyan cuma sayang akhlaknya murah.

"Lanjut baca dulu biar kita dengar apa permintaan Yenni." ujar Riyan tanpa semangat. Dahlia dan Ayumi jauh dari profil yang dia inginkan. Riyan seorang lelaki wajar cari yang bisa ditampilkan ke umum.

"Baik. Kita lanjut sesuai permintaan nak Riyan." kata Pak Hanif membetulkan kacamata sekali lagi.

Kedua adik kandung Yenni dag dig dug menanti apa kalimat selanjutnya. Di antara mereka siapa yang akan dipilih. Dahlia atau Ayumi.

"Aku tak memaksa bang Riyan menerima adikku tapi aku sudah putuskan anak-anak biar diasuh oleh adikku. Sejahat ibu tiri tentu tak mungkin sakiti keponakan sendiri. Maka itu kumohon bang Riyan terima adikku yang bernama Mawar untuk ganti posisi aku!"

Semua terhenyak tak sangka Yenni akan minta adik tirinya gantiin dia sebagai isteri Riyan. Ini jauh dari prediksi keluarga. Semula semua akan mengira Dahlia adalah calon kuat jadi isteri Riyan. Siapa sangka justru Mawar jadi pilihan Yenni.

Mawar sendiri kaget tak mengira Yenni akan meminta Riyan menikahinya. Tak terlintas di benak Mawar untuk duduk di posisi ini.

"Aku protes..." teriak Dahlia kontan berdiri tak terima isi wasiat Yenni. "Ini pasti hasil karangan pak Tuo. Dari dulu pak Tuo tak suka pada kami. Dasar apa Mawar jadi isteri bang Riyan? Dasar apa?"

Suara Dahlia nyaring terdengar sampai keluar rumah. Tetangga pasti dengar suara yang mirip seruan gagak hitam di malam hari siratkan adanya kabar duka.

"Dahlia...jaga mulutmu! Pak Tuo tak pernah ubah satu huruf pun dari wasiat kakak kalian. Kau pikir pak Tuo mau tanggung dosa ubah amanah orang yang sudah pergi? Kau yang dasar apa marah-marah tak jelas. Kini semua berpulang pada nak Riyan. Boleh terima boleh tolak!"

Riyan menjadi dilema. Dilihat dari profil Mawar tidak memalukan malah berlebihan. Gadis itu cantik jelita tapi ada ganjalan di hati laki ini efek dari foto yang diperlihatkan Dahlia. Tapi Riyan juga tidak tega abaikan permintaan terakhir Yenni. Kebingungan melanda lelaki ini.

Semua menanti sepatah dua patah kalimat muncul dari mulut Riyan sebagai orang yang menerima surat wasiat dari Yenni.

"Bang...aku sengaja cerai dari bang Win menanti lamaran bang Riyan. Apa Abang tega mengecewakan aku?" tanya Dahlia memelas tak kenal kata malu.

Mawar memalingkan wajah malu pada kelakuan Dahlia menjajakkan cintanya pada Riyan. Seberapa murah Dahlia sampai memohon agar dinikahi.

"Kami tak mau Tante jelek ini jadi mama kami. Kami mau Mak Bit jadi mama kami." ujar Rizky tiba-tiba bangkit kemukakan pendapat. Arsy ikut manggut sehati dengan Rizky. Mawar seratus kali lebih baik dari nenek sihir yang kejam.

"Diam kalian anak kecil! Aku ini mama sambung kalian. Kalian harus patuh kepadaku!" bentak Dahlia hilang kontrol tak sadar sedang pertontonkan kebodohan di depan Riyan.

"Kak...mereka hanya anak kecil! Bujuk baik-baik kenapa? Kalau kakak mau jadi mama sambung tunjukkan kakak layak. Jangan intimidasi anak-anak!" Mawar membela Rizky dan Arsy dengan suara khasnya. Mendayu di kuping. Riyan merasa kupingnya adem dengar suara selembut salju itu.

Dahlia bukannya menurunkan ego malah menantang Mawar yang bersikap melindungi kedua anak kecil itu.

"Oh kau sengaja jelekkan aku di mata anak-anak ya! Dasar kau perempuan murahan!" Dahlia maju menampar Mawar membuat semua terkesiap. Sungguh brutal sikap Dahlia pada Mawar. Padahal apa yang dikatakan Mawar kenyataan yang harus diterima Dahlia. Dari bicara Mawar justru dia beri peluang pada Dahlia untuk rujuk dengan anak Riyan.

Mawar terpana meraba pipinya yang panas. Mawar tak duga Dahlia agresif serang dia hanya untuk seorang lelaki yang belum mereka kenal sifat. Riyan memang Abang ipar mereka namun belum tentu cocok jadi imam dalam keluarga.

Arsy maju ke depan bela Mawar menatap Dahlia dengan tatapan permusuhan kental. Arsy si pendiam tersulut emosi lihat Mak Bit mereka yang baik ditampar orang jahat. Naluri Arsy tercolek untuk bela yang benar.

"Kau nenek sihir jahat. Kau tak boleh jadi mama kami. Dari tadi bilang mau pukul kami. Kami tak suka Tante datang ke rumah kami." Arsy berkata lantang unjuk gigi tak terima Dahlia.

Dahlia besarkan mata seperti hendak telan Arsy bulat-bulat. Setiap perkataan anak kecil itu melukai hati Dahlia. Sia-sia pengorbanan dia minta cerai dari suaminya demi jadi isteri orang kota. Dahlia benar marah pada Mawar yang dia anggap halangi jalannya menuju ke kota besar.

"Dahlia..kau sedang apa? Bertengkar dengan anak kecil?" tegur Pak Hari jengah pada kelakuan putrinya itu. Berpasang mata saksikan sifat buruk Dahlia pada Mawar dan anak Riyan. Riyan pasti akan berpikir sepuluh kali pilih Dahlia sebagai calon istri.

"Ayah...hanya aku yang pantas ganti kak Yenni. Aku ini adik kandung kak Yenni bukan perempuan murahan ini." Dahlia menunjuk wajah Mawar dengan sengit.

"Kak...dari tadi kakak bilang aku murahan? Lelaki mana sudah aku ganggu? Kakak boleh pukul maupun marah tapi jangan rendahkan nilai seorang wanita. Kakak juga wanita." kata Mawar kesal tapi suaranya tetap rendah.

Terpopuler

Comments

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

ayo nawar lawan jangan diem ajj

2023-04-04

2

玫瑰

玫瑰

Aduh..diri sendiri mengumbar rahsia diri..
Dahlia..oh Dahlia.. kata-kata anak kecil itu biasa nya jujur dari hati..

Semua yang ada di situ pasti mengerti sikap Dahlia yang buruk itu. Aneh sungguh, ada juga wanita yang minta cerai kerana ingin menikah dengan lelaki lain yang lebih kaya..nampak sangat, Dahlia bukan wanita yang baik.

2023-02-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!