Ibu Tiri Kejam

Mendengar kalimat ini Riyan tak setuju. Dahlia seolah sedang menghina saudara sendiri bangga dengan apa yang dia miliki sekarang. Mawar perempuan nakal pantas sengsara atas semua kebejatan yang dia lakukan. Riyan tak salahkan keluarga bila tidak beri ruang pada Mawar untuk bergabung dalam keluarga. Kalau Mawar tak pantas disayangi untuk apa di beri tempat. Tapi Dahlia tak boleh bocorkan aib saudara sendiri kepada orang lain. Ini hanya menambah buruk nama Mawar.

"Biarlah semua kenakalan dia jadi rahasia keluarga!" kata Riyan menasehati Dahlia agar rem mulut jangan umbar aib saudara.

"Semua orang tahu siapa Mawar! Anak ibu tak tahu malu ambil suami orang." decak Dahlia merasa dia paling benar. Dahlia lupa kalau ibunya yang perempuan ketiga dalam rumah tangga Pak Hari dan ibunya Mawar. Dahlia bertingkah seakan ibunya korban dari kegenitan ibu Mawar.

"Bukankah ibunya Mawar itu isteri pertama ayah. Kenapa dia pula jadi orang ketiga?" ujar Riyan mulai paham kalau Dahlia terlalu marah pada Mawar sehingga bicara ngawur.

Dahlia terdiam kena bom buatan sendiri. Mau lempar bom malah jatuh di depan kaki sendiri. Wanita menyedihkan.

"Oh itu...ibu dulu itu pacar ayah! Datang ibu Mawar goda ayah maka mereka menikah. Pokoknya ibunya itu wanita sampah."

Riyan memang tak suka pada kelakuan Mawar tapi tak boleh juga hujat orang yang telah meninggal. Ini salah Dahlia meremehkan nilai almarhumah.

Riyan jadi malas omong sama Dahlia yang bicara tidak pakai saringan. Tingkah sok elite tapi bicara tak bisa hargai orang lain. Kalau saja otak Riyan sedikit cas pasti akan ngerti semua laporan Dahlia belum tentu sesuai fakta.

Jam lima sore Rizky pergi mencari Mawar lagi bersama adiknya si Arsy. Rizky ingin perkenalkan Arsy pada Mawar yang ramah. Rizky tidak peduli larangan Dahlia agar tidak jumpa Mawar. Anak ini merasa Mawar seratus kali lebih baik dari Dahlia yang mirip nenek sihir itu.

Pintu rumah Mawar tertutup dari dalam. Kiri kanan tak ada orang selain ada beberapa anak sedang main di seberang jalan sana.

Rizky dan Arsy menatap iri pada anak-anak yang bebas bermain di halaman depan rumah tanpa pengawasan orang tua. Di kota mana ada pemandangan demikian.

Rizky menggenggam tangan adiknya memberi rasa tenang pada gadis kecil yang muram terus. Sebelah tangan Rizky gunakan mengetuk pintu rumah Mawar mencari Mak Bit mereka yang ramah.

"Mak Bit..." teriak Rizky memanggil Mawar.

Tak butuh waktu lama satu sosok berpakaian sederhana daster ala ibu rumahan dengan kepala ditutupi sejenis kain seperti topi karet.

Mata Mawar bersinar tatkala melihat dua sosok mungil berdiri di hadapan. Senyum mengembang di bibir Mawar sambut kehadiran dua sosok anak kecil itu.

"Rizky...dan pasti Arsy ya! Ayok masuk!" Mawar menyentuh tangan kecil Arsy selembut mungkin seolah takut lukai kulit anak itu.

Rizky dan Arsy masuk ke dalam tanpa ragu berkat kelembutan suara Mawar yang syahdu mirip suara bidadari dari surga.

"Kita pergi cari kepiting di tepi laut?" tawar Mawar tetap ramah hanya sekedar ingin menyenangkan kedua anak kakaknya. Mereka sudah datang dari jauh tentu ingin lihat pemandangan sekitar pantai yang indah.

"Apa boleh?" tanya Arsy tampak mulai bergairah.

Mawar mengangguk menarik Arsy naik ke pangkuannya. Rizky ikutan duduk di kursi rotan yang tak seberapa nilainya.

"Ayok kita pergi Mak Bit!" Rizky perlihatkan sikap tidak sabar ingin mencapai tempat yang dituju oleh Mawar. Di kota mana ada pantai bersih berpasir putih. Di sana hanya ada kemacetan dan gedung tinggi menjulang ke langit.

"Kita pergi tapi minta ijin dulu sama papa kalian ataupun sama kakek. Kita tak boleh pergi begitu saja! Itu tidak sopan namanya."

"Ok..Kak Iky minta ijin dulu ya dek! Tunggu sini saja!" Rizky bergerak lincah berlari balik ke rumah. Di depan teras Rizky bertemu pak Hari yang sedang nikmati udara sore hari.

Lelaki tua ini masih harus banting tulang kerjakan semua pekerjaan karena tidak ada anak laki bisa diminta tolong.

Mengharap pada Mawar banyak curiga dari anak isterinya yang lain maka pak Hari pilih kerja sendiri walaupun terkadang minta bantu Mawar juga. Mawar lebih bisa diandalkan ketimbang kedua anaknya yang lain.

"Kek...Iky boleh ikut Mak Bit ke pantai?" seru Rizky girang sudah ada yang bertanggung jawab untuk perijinan mereka main ke pantai.

"Mak Bit mau antar kalian?"

"Mau...cuma Mak Bit bilang harus ada ijin kakek maupun papa."

"Oh gitu ..pergilah! Hati-hati jangan sampai basahan main air laut!"

"Iya kek! Terima kasih." Rizky melesat pergi begitu kantongi ijin pergi main. Tubuh mungil Rizky pindah ke rumah sebelah dengan lincah. Anak itu sangat senang bisa pergi main setelah satu sore berada dalam kamar.

Rizky malas jumpa Dahlia yang seram. Tampang saja mirip nenek sihir pemakan anak-anak dalam dongeng. Rizky takut setengah mati pada Dahlia. Untung ada Mawar yang ramah sebagai pelipur lara.

Rizky melompat girang begitu tiba di rumah Mawar. Mawar menebak pasti sudah dapat ijin dari papanya.

"Tunggu sini ya! Mak Bit ganti baju. Kita pergi. bersama."

Arsy dan Rizky mengangguk secara serentak. Kedua anak ini bahagia tidak kepalang tanggung bisa jalan-jalan di tepi pantai sesuai harapan mereka dari awal.

Mawar kenakan setelah baju santai celana panjang dengan baju sampai ke bawah lutut. Tak lupa jilbab instan nyangkut di kepala. Menutup aurat jadi keharusan di negeri Serambi Mekah ini.

Rizky makin suka pada adik mamanya itu. Sudah cantik ramah pula. Beda jauh dari nenek sihir yang akan makan mereka.

Mawar keluarkan motor matic warna putih berikut helm. Pantai tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka tapi tetap saja harus ikuti aturan lalu lintas. Apalagi Mawar seorang guru yang harus kasih contoh bagus.

Mawar menutup pintu rumah pintu pagar rumah sebelum pergi. Di kampung memang jarang terjadi kemalingan karena semua warga saling menjaga. Nilai saudara masih sangat kental di daerah kecil ini. Lucunya para tetangga suka pada Mawar kecuali Bu Tiara dan kedua anaknya.

Mawar cantik jelita sedangkan Dahlia dan Ayumi lebih mirip perempuan kampung biasa. Tidak ada istimewanya bila tidak dibantu dengan alat-alat make up. Berkat bantuan alat-alat make up semua wanita menjadi cantik. Kini tidak ada wanita yang bertampang jelek. Semua wanita tampil kinclong dengan wajah putih mulus. semuanya berkat sulapan alat-alat kosmetika yang marak dijual secara umum.

Mawar membawa kedua anak kakaknya telusuri jalan kampung yang tidak terlalu ramai. Hanya ada satu dua kendaraan berpapasan sepanjang jalan. Udara sore hari yang sejuk membuat kedua anak Riyan kegirangan akan segera melihat pantai idaman mereka.

Dari jauh terdengar suara deburan ombak. Angin laut berhembus pelan membelai setiap pengunjung yang datang.

"Itu pantai Mak Bit!" seru Rizky tak bisa menyembunyikan rasa bahagia di dalam dada. Arsy agak pasif menanggapi dengan senyum kecil. pendek kata kedua anak ini sangat bahagia berhasil mencapai tempat yang mereka idamkan.

Mawar menghentikan kendaraan di bawah pohon Cemara yang besar. Kehadiran mereka disambut oleh tiupan angin agak kencang. Arsy memeluk Mawar masih takut-takut lihat deburan ombak memecah di pantai. Beda dengan Rizky yang tidak sabar ingin segera berlari di sepanjang pantai.

"Ayok Mak Bit kawani ke tepi pantai. Janji tak boleh main air karena kalian sudah mandi. Kita jalan-jalan saja ya!" ujar Mawar melawan suara angin yang kencang. Suara Mawar yang lembut kalah oleh tiupan angin laut yang lebih kencang.

Tampaknya nanti malam akan turun hujan lebat karena angin bertiup tak bersahabat. Mawar pun tak ingin ambil resiko terlalu lama di pantai karena sore ini udara agak lembab tanda akan turun hujan.

"Ayok jalan!" seru Rizky tak sabar hendak berlari sepanjang pantai.

Mawar mengangguk gandeng keduanya berjalan sepanjang pantai cari anak kepiting. Baru saja hendak ditangkap kepiting laut yang imut susah sembunyi dalam lubang pasir.

Mawar ajak kedua keponakannya korek lubang cari persembunyian bayi kepiting itu. Mawar tahu itu pekerjaan sia-sia namun ini hanya sekedar menyenangkan anak kakaknya.

Hampir satu jam Mawar ajak kedua anak itu bercanda di tepi pantai sampai terdengar suara mengaji dari mesjid terdekat. Mawar melayangkan mata ke arah suara yang datang sayup-sayup kena terpaan angin. Suara itu beri tanda mereka harus segera tinggalkan pantai.

"Sayang...kita pulang ya! Sudah mau maghrib. Besok kita datang lagi bawa sekop kecil untuk tangkap kepiting. Ok?"

Dengan berat hati Rizky dan Arsy iyakan permintaan Mawar. Rasanya baru sebentar main sudah harus tinggalkan pantai. Rasanya ingin tinggal lebih lama main sepuasnya. Tapi Mawar sudah janji akan bawa mereka balik ke sini maka mereka bersedia pulang.

Mawar membawa kedua anak itu pulang sebelum maghrib datang. Pamali bawa anak kecil keliaran di tempat sepi jelang waktu maghrib. Mawar tak ingin sesuatu terjadi maka bergegas pulang sebelum adzan maghrib. Beberapa pengunjung pantai ikut angkat kaki tinggalkan deburan ombak jelang matahari terbenam. Padahal lihat matahari terbenam menjadi data tarik sendiri yang tak pernah bosan kita amati. Setiap hari pemandangan berbeda walau tempat dan waktunya sama.

Untunglah mereka tiba di rumah sebelum adzan. Mawar membawa kedua anak itu bersihkan kaki dari sisa pasir sebelum balik kepada papa mereka. Datang dalam kondisi bersih, pulang maunya juga bersih. Mawar tak mau dianggap tak bertanggung jawab bawa anak kakaknya pulang dalam kondisi berantakan.

Kedua anak itu puas sekali main dengan Mawar yang terlalu lembut. Sifat keibuan Mawar jelas terukir di raut wajah cantik itu. Sosok begini yang diharapkan Rizky gantiin mamanya yang telah berpulang.

Mawar antar kedua anak itu sampai ke pintu pagar pembatas dia rumah. Mawar segan melangkah masuk ke rumah sebelah karena setiap datang yang ada hanya cacian dari saudara tirinya. Mawar bosan berada di situasi tak kondusif.

"Masuk ke dalam dan sholat ya sayang!" Mawar meminta kedua anak itu masuk ke dalam rumah karena adzan sudah berkumandang memanggil umat bertandang ke rumah Allah.

"Nanti kami datang lagi ya!" pinta Rizky tak ingin lewatkan waktu tanpa Mawar.

"Datang saja! Masuklah! Mak Bit mau ke mesjid."

Rizky dan Arsy berlarian masuk ke dalam rumah mencari papa mereka. Riyan dan pak Hari telah berada di ruang tamu untuk bersiap ke mesjid. Para lelaki rata-rata dirikan sholat di mesjid sekalian berkumpul dengan sesama umat muslim.

Riyan lega melihat kedua buah hatinya pulang dalam keadaan selamat. Semula Riyan kuatir dengar kedua anaknya diajak Mawar main ke pantai. Akhlak Mawar yang tak indah buat Riyan ilfil percayakan anaknya pada gadis itu.

"Dari mana nak?" tanya Riyan meneliti kalau-kalau ada yang kurang dari anaknya. Parno melebihi ambang batas.

"Main ke pantai. Asyik lho pa! Mak Bit itu orangnya sangat baik. Kami sayang pada Mak Bit! Ya kan Arsy?" Rizky puji Mawar di hadapan papanya dengan mata berbinar.

Riyan hanya tersenyum mengutuk kelakuan Mawar sok baik padahal aslinya busuk. Riyan takkan ijinkan kedua anaknya dekat-dekat dengan Mawar takut tertular sifat busuk wanita itu.

"Papa dan kakek pergi sholat. Kalian di rumah saja ya! Nanti kita makan bersama."

"Ya pa..."

Rizky dan Arsy menatap nanar papa dan kakek mereka keluar dari rumah langsung menuju ke mesjid yang letaknya tak jauh dari rumah kakek.

Rizky mengajak Arsy masuk kamar sebelum jumpa nenek sihir. Rizky sudah baca keadaan kalau tak lama lagi nenek sihir bakal datang mengomeli mereka.

"Yok ke kamar Arsy! Di sini ada nenek sihir. Wajahnya seram kayak setan." Rizky menakuti Arsy supaya tidak menunda langkah kabur dari ruangan yang sepi.

"Hei..mau ke mana? Kecil-kecil sudah pinter ngelayap. Siapa kasih ijin pada kalian pergi main? Apa sudah ijin pada aku mana kalian?" ntah dari mana muncul Dahlia berkacak pinggang memarahi kedua anak kecil itu.

Arsy ketakutan bersembunyi di belakang badan Rizky minta lindungan. Sikap Dahlia sangat tidak pantas terhadap anak kecil. Belum jadi ibu tiri sudah praktek gaya khas seorang ibu tiri. Dahlia ikuti gaya ibu tiri jaman dulu siksa anak tiri. Padahal tidak semua ibu tiri itu jahat. Banyak juga yang baik sayang pada anak.

"Apa urusan Tante kami mau ke mana? Kamu ini cuma Tante bukan mama kami. Kami tidak mau kamu jadi mama kami. Kamu jahat!" tantang Rizky besarkan mata.

Dahlia bergerak maju hendak pukul mulut Rizky yang tajam. Dahlia sungguh tidak sabar pada anak kecil bermulut tajam. Dahlia ingin tundukkan kedua anak ini sebelum betul-betul menjadi ibu sambung mereka.

"Kak...apa yang kau lakukan? Mereka hanya anak kecil." seseorang datang menahan Dahlia memukul anak kakaknya.

"Mereka kurang ajar berani lawan aku! Gimana nanti kalau aku jadi mama mereka? Mau injak aku?"

"Pede amat mau jadi isteri bang Riyan. Kan belum tahu bang Riyan mau pilih kamu atau aku! Kita tunggu saja!"

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

Penasaran aku dengan bu tiara..bagaimana sikap nya. Sedangkan kedua anak nya bersikap begitu jahat dan busuk hati..hmmm

2023-02-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!