Aku terlahir dari keluarga sederhana, papa ku dulunya hanya seorang pedagang sayur yang mangkal di pasar tradisional. Walaupun tidak kaya, papa bisa membiayai kami tiga bersaudara hingga duduk di bangku kuliah karena papa sangat mementingkan pendidikan anak-anaknya.
Abangku yang nomor satu Bang Vano, seorang guru di sebuah SMP di Semarang. Sudah berkeluarga dan punya dua orang Puteri.
Abangku yang nomor dua Bang Vino, bekerja di salah satu perusahaan swasta di Cianjur. Ia juga sudah beristri dan punya sepasang putera dan Puteri.
Kedua abangku mengadu nasib di perantauan setelah menamatkan kuliahnya. Setelah Papa meninggal, hanya tinggal aku dan mama yang menempati rumah peninggalan Papa.
Mama dulunya seorang penjahit rumahan yang menerima jahitan baju tetangga dan kenalan. Tapi sejak mama mengidap penyakit hipertensi aku tidak mengijinkan mama untuk menerima jahitan lagi, karena usianya yang tidak muda lagi aku takut mama kecapean dan jatuh sakit. Mama cuma boleh mengerjakan pekerjaan rumah supaya ga bosan juga.
Sewaktu duduk di bangku SMA, aku punya beberapa teman cewek dan juga teman cowok yang pernah menjadi sahabat baik. Si Eni yang centil, Rina yang periang, Fendi yang baik hati, Aldi yang suka bercanda.
Fendi pernah menyatakan cintanya padaku setelah hari kelulusan sekolah kami, waktu itu ada rasa ragu karena ia akan bekerja di Taiwan. Sedangkan aku masih harus melanjutkan kuliahku di salah satu perguruan tinggi di Pangkalpinang. Kemudian Fendi pergi dan hanya sesekali menanyakan kabarku.
Papaku mempunyai satu orang adik yang kupanggil dengan Om Ferdi. Om Ferdi seorang yang kaya raya yang punya banyak lahan dan punya banyak rumah kontrakan. Istri Om Ferdi, Tante Linda seorang yang sombong dan suka memandang rendah pada Papa dan mama karena Papa tidak sekaya Om Ferdi.
Dulu masih teringat, mama pernah menyuruhku mengantarkan makanan buat keluarga Om Ferdi saat Papaku ulang tahun. Mamaku masak mie panjang umur dan telor rendang. Masakan yang walaupun sederhana tetapi enak menurutku karena mama memang pintar masak.
Aku saat itu dengan naik sepeda mengantarkan masakan buatan mama ke rumah Om Ferdi dan Tante Linda sendiri yang menerimanya.
Tante Linda tidak menawarkanku untuk mampir atau basa- basi untuk masuk ke rumahnya yang megah. Cuma Kak Yanti, anak semata wayang Om Ferdi dan Tante Linda yang mengajak mampir.
" Mampir dulu Lus, nanti kakak buatin kamu minum. Pasti capek naik sepeda kemari."
" Gak usah Kak, sudah mendung. Lusi pulang dulu."
" Makasih ya Lus, dan hati- hati pulangnya."
" Mari Tante, Lusi pamit dulu."
" Hmmm." jawab Tante Linda
Aku kemudian segera naik ke sepeda dan mengayuhnya pelan.
"Dasar orang miskin, ngasih makanan kampung." Walaupun sudah menjauh, sempat ku dengar kata kasar Tante Linda.
" Jangan begitu ma, bukannya terima kasih sudah dibawain makanan." terdengar suara Kak Yanti.
Aku segera mengayuh sepeda dengan cepat, dan sejak saat itu ada rasa kecewa pada Tante Linda. Kasihan mama, sudah berniat baik untuk menjalin hubungan baik dengan saudara, tapi begitu responnya.
Sejak saat itu, aku berjanji tidak akan membiarkan orang lain memandang rendah keluarga kami. Aku akan melindungi mama dan sebagai anaknya aku ingin mama bahagia. Dan kejadian hari itu tidak pernah kuceritakan pada siapapun termasuk mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
i am strong
mantul thor ceritanya
2022-10-26
1
i am strong
lusiana banysk yg suka tentunya karena cantik
2022-10-26
1