Halo, teman-teman kita ketemu lagi. Hehe ...
Sebelum lanjut baca ceritanya, ini Author kasih yang seger-seger. Di bawah ini, ada visual Leo sama Lili, ya. Hehe
Oke, udah cukup liat yang seger-segernya, ya. Kalau ga sesuai, bisa teman-teman sesuaikan dengan imajinasi teman-temen. Ini versi Author. Hehe
Selamat membaca, ya ...
_____
Leo menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya dengan sedikit kasar.
"Wanita selalu bertele-tele, apa susahnya mengingatkan-ku tentang hari pernikahan? Memangnya yang aku pikirkan hanya masalah itu saja? Aku juga si--"
Leo menghentikan gerutuan-nya ketika dirinya berbalik dan ternyata di depannya telah berdiri seseorang. Entah sejak kapan orang itu berdiri di sana, dia tak bisa mendengar suara langkah kaki orang itu.
Leo kemudian tersenyum dan menghampiri orang itu dengan penuh percaya diri.
"Happy anniver ..." Leo lagi-lagi tak menyelesaikan kata-katanya ketika tepat dirinya akan memeluk orang itu, dan orang itu justru menjauhinya.
Leo pun mengembuskan napas perlahan.
"Kupikir kamu takan pulang," ucap orang itu. Wajahnya terlihat dingin meski nada bicaranya terdengar datar.
Orang itu lantas melewati Leo dan berjalan menuju meja yang Leo lihat tadi. Leo pun berbalik dan memperhatikan punggung orang itu.
"Ayolah, Sayang. Aku benar-benar sibuk, karena itu aku tak ingat hari ini hari per ..." Tiba-tiba orang itu berbalik dan menatap Leo dengan kesal. Sontak saja Leo juga tak bisa menyelesaikan ucapannya.
Ya, orang itu adalah Lili. Siapa lagi yang berani menatapnya seperti itu di dalam rumahnya selain istrinya sendiri.
Lili tampak cemberut, tetapi tatapannya tertuju pada buket lily di tangan Leo.
Leo pun tersenyum dan bergegas memeluk Lili. Dia mengusap punggung Lili berharap Lili tak marah lagi padanya. Lili juga hanya diam, dia tak mencoba mendorong tubuh Leo.
"Maafkan aku, aku benar-benar tak sengaja melupakan hari pernikahan kita," ucap Leo, kemudian mengecup kepala Lili.
Setelah merasa cukup, Leo melepaskan Lili dari pelukannya dan menyodorkan buket lily itu ke hadapan Lili.
"Happy anniversary, Lili. Malam ini, hanya buket lily ini yang bisa aku berikan padamu. Tapi, tentu saja kamu boleh meminta apapun untuk hadiah anniversary kali ini," ucap Leo, kemudian tersenyum.
Lili menghela napas dan mengambil buket lily itu dari tangan Leo. Leo pun tersenyum penuh percaya diri. Dia pikir, Lili benar-benar menerima buket itu sekaligus memaafkannya. Namun, tak lama setelah Lili mengambil buket lily itu dari tangan Leo, Lili justru melemparkan buket lily itu ke kolam renang. Sontak saja Leo tercengang melihat apa yang Lili lakukan.
"Aku membelikannya untukmu, kenapa dibuang?" tanya Leo shock.
"Leo, aku benar-benar tak mengerti denganmu. Aku bahkan tak bisa menghitung berapa banyak kebohongan yang kamu katakan padaku," ucap Lili.
Nada bicara Lili terdengar tenang, tetapi jelas Leo dibuat bingung.
"Apa maksudmu?" tanya Leo.
"Menurutmu apa, ha?" geram Lili dan mendorong dada Leo.
Leo pun semakin dibuat tak mengerti. Tak mungkin bukan, Lili tahu dirinya dan Sisil sempat bermesraan di hotel? Sisil dan Lili tak saling menyimpan kontak satu sama lain. Lagipula, Sisil juga takan berani mengatakan apapun pada Lili, pikirnya
"Kamu bilang, kamu datang ke pesta 'kan?" tanya Lili.
"Ya, tentu saja. Aku memang datang ke pesta yang diadakan perusahaan lain," ucap Leo.
"Baiklah, anggap aku percaya pada apa yang kamu katakan. Tapi, apalagi yang kamu lakukan setelah pergi dari pesta itu? Apa kamu bersama wanita? Siapa wanita itu, kira-kira wanita yang mana lagi? Katakan padaku," ucap Lili, kemudian tersenyum sengit.
Leo mengembuskan napas berat, dan terdiam. Dia tak mengatakan apapun dan hanya menatap Lili yang masih menatapnya.
"Tak masalah, katakan saja padaku siapa wanita itu? Apa sekretaris-mu?" tanya Lili dan kali ini Lili Justru mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Leo.
Leo pun menurunkan tangan Lili dan menggenggamnya dengan cukup erat, dia bahkan menatap Lili dengan tak senang.
"Lili, akhir-akhir ini aku benar-benar bosan di rumah dan kamu tahu, apa yang membuatku sampai bosan berada di rumah?" ucap Leo seraya menatap Lili dengan serius.
Lili menaikan satu alisnya.
"Aku tak suka ketika dirimu menanyakan banyak hal padaku, itu membuatku bosan," ucap Leo.
Lili mencoba menarik tangannya, tetapi Leo justru semakin erat menggenggam tangannya.
"Aku lelah seharian bekerja, dan pulang ke rumah berharap aku bisa beristirahat dengan tenang. Tapi apa yang kamu lakukan, ha? Kamu justru menyambutku dengan sikapmu yang seperti ini, kamu bahkan menyerangku dengan pertanyaan-pertanyaan konyol, astaga ..." ucap Leo, lalu melepaskan tangan Lili. Leo lantas mengusap wajahnya.
Lili akan mengatakan sesuatu, tetapi Leo dengan cepat mengangkat tangannya dan membuat telapak tangannya sejajar dengan wajah Lili.
"Baiklah, aku memang membuatmu kesal hari ini, dan mungkin melupakan hari pernikahan adalah kesalahan yang besar menurutmu. Tapi di kepalaku tak hanya ada satu hal yang tersimpan, Lili. Aku memikirkan banyak hal di kepalaku dan wajar jika aku melupakan hari pernikahan kita, jadi ..."
Leo diam sejenak, setelah itu menyejajarkan wajahnya dengan wajah Lili.
"Seharusnya kamu mengerti itu!" ucap Leo pelan, kemudian mengusap wajah Lili.
Oh sungguh, Leo pikir dia akan semudah itu membujuk Lili. Namun, Lili justru berbalik membuatnya kesal. Meski Lili mungkin hanya menebak, tetapi dari mana Lili bisa memiliki pemikiran buruk seperti itu tentangnya?
"Kamu seharusnya bertanya, mengapa aku bisa mencurigaimu?" ucap Lili.
"Ayolah, Lili ... Kita bukan remaja lagi, kita sudah menikah dan punya anak. Apa itu masih tak cukup bagimu?" ucap Leo kemudian memutar bola matanya. Leo pun menegakkan tubuhnya kembali dan melihat ke arah lain.
Raut wajah Lili semakin tak menyenangkan. Leo tak sadar, Leo mengatakan semua itu seakan tak merasa bersalah sedikitpun pada Lili.
"Leo, apa kamu lupa? Dua tahun lalu, kamu lah yang merusak masa depanku!" ucap Lili pelan, tetapi penuh penekanan.
Mendengar ucapan Lili, sontak saja Leo menatap Lili. Mata Lili terlihat memerah, dia seperti sedang menahan tangis.
"Aku sudah katakan padamu, meski aku mencintaimu, kamu tak bisa seenaknya mempermainkan-ku. Jangan kamu pikir, karena aku yang lebih dulu mencintaimu, lalu kamu bisa mempermainkan-ku seenakmu!" ucap Lili.
Ya, sejak Lili dan Leo berada di bangku SMA, Lili telah jatuh cinta pada Leo. Lili bahkan kerap kali memperhatikan Leo meski Leo sekalipun tak pernah memperhatikannya.
Leo juga sudah tahu tentang itu, bahkan Leo mengetahuinya di awal-awal pernikahannya dengan Lili. Itulah yang akhirnya membuat Leo yang awalnya tak memiliki perasaan apapun pada Lili, dan hanya ingin mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap Lili, kemudian secara perlahan mencoba membuka hatinya untuk Lili.
Saat itu, dia merasa Lili berbeda dengan semua wanita yang pernah dekat dengannya. Tak ada wanita yang melakukan apa yang Lili lakukan, Lili menyimpan perasaannya bertahun-tahun dan bahkan Leo pun tahu bukan dari bibir Lili secara langsung.
Leo justru tahu dari temannya. Setelah tahu, dia akhirnya memaksa Lili untuk mengakui perasaannya, dan Lili akhirnya mengakui perasaannya di depan Leo. Bagi Leo, Lili tak seperti kebanyakan wanita yang Leo temui, di mana justru wanita-wanita itulah yang lebih dulu menggoda Leo bahkan mengajaknya untuk berpacaran. Jika saja tak terjadi kecelakaan yang menyebabkan Lili hamil anaknya, Leo yakin Lili akan terus memendam perasaannya.
Leo menahan napasnya sejenak, lalu mengembuskannya dengan sedikit kasar.
"Kita sudah sepakat untuk menutup masa lalu, Lili. Kenapa kamu justru membahasnya lagi?" ucap Leo terlihat sekali Leo menahan amarah.
Ucapan Lili seakan Lili sedang mengatakan bahwa, Lili merasa sial telah bertemu dan mengalami semua hal buruk itu hingga akhirnya Lili mau tak mau harus menikah dengannya. Leo bahkan ingat dua tahun lalu, di malam kejadian itu, Lili tak menolaknya. Ya, meskipun Lili dalam keadaan mabuk, tetapi setidaknya bagi Leo, Lili juga menikmati semua itu.
"Karena ucapanmu keterlaluan, Leo. Kenapa kamu tak menyadari itu, ha? Dan lagi, apa yang kamu katakan adalah bohong, bahkan semua yang keluar dari mulutmu adalah kebohongan!" geram Lili seraya kembali menunjuk wajah Leo.
Leo pun menepis tangan Lili dengan kasar dan berbalik menunjuk Lili.
"Jaga sikapmu!" ucap Leo pelan, tetapi penuh penekanan. Tatapannya jelas sekali menunjukan bahwa, dia sedang benar-benar marah. Wajahnya bahkan terlihat memerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Asmaulhusna
ntar jg lama2 ktauan klakuan si Leo dan janagn menyesal klo smpe si Li2 pergi jauh ntah ke mana
2023-02-02
0
manda_
leo ini benar2 ya bikin kesel
2023-01-10
0
☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ
tapi seriusan deh pengen banget rasanya nabok si Leo 🤣🤣🤣
2022-10-27
0