Sementara itu di sisi lain, tepatnya di kantor Leo.
Leo baru saja selesai mengganti pakaian yang dia kenakan hari ini dengan jas yang sebelumnya Sisil ambil dari mobilnya. Dia lantas keluar dari kamar mandi dan mendekati meja kerjanya. Tak lama pintu ruangannya terbuka dan ternyata Sisil lah yang memasuki ruangannya.
"Pak Leo ..." Sisil memanggil Leo, tetapi Leo justru mengabaikan Sisil.
Leo sedang mencari sesuatu di laci meja kerjanya. Sisil pun melangkah semakin mendekati meja kerja Leo.
"Apa Anda sudah siap, Pak? Apa yang Anda cari?" tanya Sisil begitu sampai di depan meja kerja Leo.
Fokus Leo menjadi beralih ke kaki jenjang Sisil yang tampak terekspos, dia lantas memperhatikan kaki itu hingga akhirnya matanya menangkap gaun merah yang begitu cantik terpasang di tubuh Sisil.
Leo menutup laci meja kerjanya dan menatap Sisil yang sedang menggigit bibir bawahnya.
Leo lantas mengambil ponselnya dan mulai melangkah mendekati Sisil. Dia pun berhenti sangat dekat dengan Sisil dan menatap Sisil yang juga menatapnya.
"Em ... Pak," Sisil lagi-lagi menggigit bibir bawahnya dan bersiap untuk bicara. Namun, belum sempat bicara, dia sudah dibuat terkejut oleh Leo.
Sisil berbalik dan melihat Leo yang membuka pintu ruangannya.
Ya, Leo justru mengabaikannya begitu saja dan keluar dari ruangan itu.
"Apa mood-nya belum membaik? Kenapa dia pergi begitu saja? Ya ampun ..." gerutu Sisil dan bergegas menyusul Leo.
Begitu sampai di mobil, Sisil duduk di sisi Leo. Malam ini, Leo mengemudikan mobilnya sendiri. Mereka lantas pergi menuju sebuah hotel, di mana hotel itu adalah tempat acara berlangsung.
Sesampainya mobil di depan hotel, Leo bersiap keluar dari mobil. Namun, dia berhenti sejenak sebelum benar-benar keluar dari mobil. Dia lantas melihat Sisil.
"Saya suntuk sekali, Sisil. Sebenarnya, Saya malas sekali datang ke pesta itu," ucap Leo.
Sisil mengerutkan dahinya. Akhirnya Leo mau bicara dengannya.
"Tapi kita sudah sampai di sini, Pak. Tak mungkin bukan kita pergi dari sini? Bahkan kita baru saja sampai," ucap Sisil.
"Ya, kamu benar. Kalau begitu, selesai menghadiri pesta itu, kamu temani Saya dulu," ucap Leo.
Sisil tersenyum begitu anggun. Namun, dalam hatinya dia benar-benar antusias.
"Saya akan melakukan yang terbaik, tentu saja hati atasan Saya tak boleh merasa suntuk," ucap Sisil dan mengerlingkan matanya.
Leo menghela napas dan meminta Sisil untuk keluar dari mobil. Setelah Sisil keluar, Leo pun menyusul keluar dari mobil dan memberikan kunci mobilnya pada petugas valey. Setelah itu, dia memasuki hotel bersama Sisil.
Keduanya pergi menuju ballroom hotel tersebut dan ruangan itu terlihat sudah dipenuhi oleh tamu undangan.
Leo pun menghampiri tuan acara dan mengucapkan selamat pada tuan acara. Mereka berbincang sebentar, setelah itu tuan acara pamit pada Leo untuk menyapa tamu undangan lainnya.
"Apa Anda ingin minum, Pak?" tanya Sisil.
"Boleh," ucap Leo.
"Kalau begitu, tunggu sebentar di sini. Saya akan ambilkan," ucap Sisil dan pergi menuju meja minuman. Dia mengambil dua gelas minuman dan kembali menghampiri Leo.
"Untuk Anda," ucap Sisil seraya menyodorkan satu gelas minuman ke hadapan Leo.
Leo pun mengambilnya dan menyesapnya. Tak lama setelah itu acara pun dimulai. Leo terlihat benar-benar bosan. Dia terlihat tak bisa menikmati pesta tersebut meski pestanya terlihat meriah. Seharian ini juga dia merasakan sesuatu yang berbeda, dia merasa ada sesuatu yang dia lupakan. Namun, entah apa itu? Dia benar-benar tak tahu.
Leo melihat Sisil yang justru tampak senang berada di pesta itu, Leo pun mendekati Sisil dan membisikan sesuatu di telinga Sisil.
Sisil lantas melihat Leo dan mengerutkan dahinya.
"Apakah kita akan pergi sekarang?" tanya Sisil.
"Ya, Saya duluan. Susul Saya setelah Saya keluar dari sini," ucap Leo dan memberikan gelas di tangannya pada Sisil. Setelah itu, Leo meninggalkan ballroom.
Sisil lalu meletakan dua gelas minuman yang dia ambil tadi di atas meja, dan keluar dari ballroom. Sebelumnya, Leo membisikan nomor kamar padanya. Dia benar-benar tak menyangka, diam-diam rupanya Leo telah memesan kamar di hotel tersebut. Leo bahkan memintanya datang ke kamar itu.
Begitu sampai di depan kamar, Sisil mengetuk pintu dan begitu pintu terbuka, Leo langsung menarik tangan Sisil dan menyerang Sisil dengan gerakan agresif nan sen*ual.
"Pak, tenanglah. Kenapa Anda bersemangat sekali?" ucap Sisil. Sisil hampir saja terjatuh karena sikap Leo yang agresif secara tiba-tiba.
Leo berhenti sejenak, dan menatap Sisil.
"Bukankan kamu sengaja ingin menggoda Saya? Bahkan kamu melakukannya sejak kita masih di kantor," ucap Leo.
"Anu ... Itu ..." belum sempat Sisil menyelesaikan ucapannya, Leo sudah lebih dulu membungkam Sisil dan mau tak mau Sisil pun melayani perbuatan Leo. Keduanya perlahan meninggalkan posisi sebelumnya dan mendekati tempat tidur. Setelah itu, keduanya terjatuh ke tempat tidur dan kini Sisil berada di bawah kungkungan Leo.
Leo pun semakin agresif, tangannya bergerak liar menyusuri lekuk tubuh Sisil.
Setelah merasa cukup, Leo menghentikan perbuatannya dan menopang tubuhnya dengan kedua lututnya. Dia lantas melepaskan jasnya.
Tatapan Leo tak lepas dari Sisil yang terlihat begitu pasrah di bawahnya. Leo pun mulai melepas satu-persatu kancing kemejanya dan bersiap mencumbu Sisil kembali. Tubuhnya semakin memanas, dia benar-benar ingin melampiaskannya sekarang. Namun, belum sempat memulai kegiatan inti, perhatian Leo menjadi sedikit buyar ketika ponselnya tiba-tiba berdering.
Sejenak Leo berhenti, setelah itu dia mencoba mengabaikan panggilan telepon itu. Dia membiarkan panggilan itu berakhir dengan sendirinya. Namun, setelah panggilan itu berakhir, ternyata dering telepon itu kembali terdengar. Kali ini Leo benar-benar tak bisa fokus dan menjadi kesal sendiri.
Leo lantas bangkit dari posisinya dan mengambil ponselnya yang sebelumnya dia letakan di atas nakas di sisi tempat tidur.
'Halo!' kesal Leo tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
'Di mana, Leo?' tanya seorang wanita. Sontak Leo melihat layar ponselnya dan terkejut setelah melihat bahwa, Lili lah yang menghubunginya.
Leo bergegas memberikan isyarat pada Sisil agar Sisil diam setelah Leo sadar Sisil akan mengatakan sesuatu.
'Bukankah aku memintamu tak pulang terlambat?' tanya Lili.
'Aku sedang menghadiri pesta di luar,' ucap Leo.
'Apa katamu? Pesta?' ucap Lili terdengar shock.
'Ya, aku lupa mengabarimu tentang itu, hari ini aku sibuk sekali,' ucap Leo.
'Oh lupa, ya? Pantas saja, tak heran jika kamu juga melupakan bahwa hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kita,' ucap Lili.
Leo mengerutkan dahinya dan melihat layar ponselnya, dia mencoba melihat tanggal dan ternyata tanggal di mana dua tahun lalu dia menikahi Lili adalah hari ini.
Leo mengusap wajahnya dan mengembuskan napas sedikit berat.
'Sayang, aku ...' Leo mencoba bicara, tetapi Lili sudah lebih dulu membuat Leo bungkam.
'Tak masalah jika hari pernikahan kita tak penting bagimu, tapi aku pikir kamu masih memiliki hati agar orang rumah tak khawatir memikirkanmu. Aku pikir, kamu mati di pelukan wanita lain karena sejak tadi tak menjawab panggilan, ataupun membalas pesanku,' ucap Lili.
Leo pun tercengang ketika panggilan itu tiba-tiba berakhir.
'****, dia marah padaku!' batin Leo.
"Apa Anda baik-baik saja, Pak?" tanya Sisil, dan mencoba menghampiri Leo. Namun, Leo justru mengabaikan Sisil.
Leo mengambil jasnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Hal itu membuat Sisil bingung.
'Dia kenapa lagi, sih? Apa dia akan meninggalkanku lagi?' batin Sisil. Sisil sempat mendengar saat Leo bicara di telepon, Leo lalu menyebut nama Lili.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
hahahaha lagi" Sisil gagal mau bikin Leo terbang🤭🤭🤭Lili kau emang seperti paranormal ya tlf saat Leo sedang ani
2023-05-04
1
Siti Asmaulhusna
hati2 Li2 dpan swami kamu ada plakor jd harus lebih hati
2023-02-02
0
manda_
rasain kamu leo orang kok suka banget selingkuh
2023-01-10
0