Ditengah gentol-getolnya pencarian jasad Andra, ditepi sungai nampak orang tak sadarkan diri dalam keadaan telungkup, dengan tubuh yang penuh luka, pakaiannya robek dipunggung dan lengannya. Begitu juga celananya yang sudah koyak.
"Bu, sepertinya disana ada orang tak sadarkan diri." Lisa gadis cantik yang baru saja pulang dari warung mie ayamnya bersama ibunya, melihat orang tak sadarkan diri tersebut.
"Iya nak, kita coba kesana yuk." Ibu Lisa mengajak anaknya mendekat.
"Bu, ini mayat atau orang ya?" Tanya Lisa yang masih enggan mendekati tubuh pria itu.
"Coba kamu lihat nak, semoga saja dia masih bernafas." Bu Mala menyuruh anaknya untuk mengecek denyut nadinya.
"Baiklah bu, " Lisa mendekat ke pria tersebut. Dia meletakkan tangannya keleher pria tesebut dan kemudian memegang pergelangannya.
"Dia masih bernafas bu, " Kata Lisa menoleh kebelakang. Bu Mala menghampiri anaknya untuk segera menolong pria tersebut. Lisa membalik badan pria tersebut tapi,,, Lisa segera berdiri dan menjauh dari tubuh pria itu.
"Rafiandra Pradana" Ucapnya lirih.
(Flashback)
"Pak,,, aku mohon jangan ambil tanah dan rumah saya" Tampak lelaki tua memegang kaki Andra.
"Aku tak mengambilnya, tapi membelinya." Dengan sombong dan kasar dia mengatakan hal itu.
"Tapi saya tidak merasa telah menjualnya pak" Kata lelaki tua itu yang masih memegang kaki Andra.
"DASAR TUA BANGKA!!! Nih lihat ada bukti tanda tangan kamu disini" Andra menghentakkan kakainya yang dari tadi dipegang oleh orang tua itu. Sehingga dia terdorong dan jatuh.
"Cukup!!! Kamu jangan bertindak seperti ini RAFIANDRA PRADANA! " Lisa datang dan membantu orang tua itu berdiri.
"Siapa kamu? Sok jadi pahlawan." Andra masih dengan sombongnya menatap tajam Lisa.
"Aku anaknya, dia adalah ayahku." Kata Lisa yang tak kalah kerasnya suaranya.
"Bagus deh kalau seperti itu. Nih lihat,bisa baca kan?" Andra melemparkan map yang berisi file yang sudah ditandatangani. Lisa melihat heran kearah ayahnya.
"Tolonglah tuan,,, jangan ambil tanah dan rumah saya, itu harta satu-satunya keluarga saya." Kini ayah Lisa bersujud ke Andra.
"Percuma saja kamu bersujud kepadaku, aku tak akan mengubah keputusanku untuk menggusur rumahmu, kamu telah tanda tangan." Dengan angkuhnya Andra berkata seperti itu.
" Ayah, sudah yah,,, jangan bersujud dihadapan orang sombong dan kejam seperti dia." Lisa menarik lengan ayahnya supaya berdiri dan tak lagi mengemis dihadapan Andra.
"Tapi nak,,, ayah sama sekali tidak pernah tanda tangan berkas penjualan tanah, hanya saja waktu itu ayah cuma menandatangani kertas kosong." Ayah Lisa mengingat-ingat kejadian seminggu sebelum tanah dan rumahnya hendak digusur.
"TUNGGU APALAGI KALIAN HAH!!! CEPAT ROBOHKAN BANGUNAN YANG ADA DISINI!!!!Bentak Andra kepada orang yang mengendalikan alat berat tersebut.
Dengan perlahan tapi pasti alat berat itu mendekat kerumah Lisa, dengan sekali hentak rumah itu roboh.
"Dasar Rafiandra licik!!! Awas saja kamu mendapat ganjarannya." Lisa murka saat melihat alat berat itu mulai merobohkan rumahnya,
"TIDAAAAAKKKK" Ayah Lisa berteriak sambil memegang dadanya dan kemudian ambruk bersama dengan ambruknya rumah yang selama ini dia jaga dengan baik. Rumah itu adalah rumah turun temurun dari nenek buyut ayah Lisa. Tak heran dia begitu menyayangi rumah itu.
"AYAAAAHHHHHH,,,, " Lisa memeluk Ayahnya, n ibunya yang dari tadi hanya diam kini lari kearah suaminya.
(FLASHBACK BERAKHIR)
"AYAH!!! " Lisa berteriak mengingat ayahnya.
"Lisa, ayo kita bawa dia kerumah sakit." Bu Mala heran melihat anaknya yang berteriak nama ayahnya.
"Tidak bu,,, dia adalah orang yang telah membunuh ayah. Lisa tidak bisa memaafkan dia, Lisa gak akan menolongnya" Lisa hendak pergi dari sana, tapi ibunya dengan cepat menahan tangan anaknya.
"Nak, tidak baik menyalahkan takdir. Ayah kamu meninggal itu sudah takdir, bukan dia yang membunuhnya." Kata ibunya menasehati Lisa.
"Gak bu, jika saja dia tak bersikap kejam menggusur rumah kita, ayah pasti masih bersama kita." Lisa menangis mengingat bagaimana ayahnya meninggal.
"Sudah nak, jika kamu tak mau menolongnya. Itu sama saja kamu seperti dia. Kejam!! Ayo bantu ibu, kita bawa dia ke Rumah sakit depan." Kata bu Mala memaksa anaknya. Dengan terpaksa Lisa membantu ibunya untuk memapah tubuh Andra sampai ke Rumah sakit yang memang jaraknya dekat dengan sungai. Dia tinggalkan sepedenya disamping sungai.
***
Satu minggu berlalu, pencarian Andra dihentikan dan berita kematiannya pun sudah tersebar, di satu sisi Andra baru sadar dari komanya, dia tidak mengingat siapa dirinya. Hal ini dimanfaatkan Lisa untuk balas dendam. Dia mengatakan bahwa Andra adalah Erick pelayannya diwarung mie ayamnya. Andra yang memang tak mengingat apapun tentang dirinya, dia percaya begitu saja dengan Lisa.
Setelah kondisinya pulih, Lisa mengajaknya pulang. Dia mengajaknya tinggal dirumah seorang janda tua, Lisa bilang pada Andra jika janda tua itu adalah ibunya. Janda tua itu telah kehilangan anak dan juga suaminya karena ulah Andra. Suami dan anaknya meninggal saat mereka mencoba berontak saat rumah dan tanahnya diambil paksa oleh Andra. Tapi antek-antek Andra memukuli mereka berdua dengan sangat brutal sampai mereka berdua tewas mengenaskan. Lisa sebelumnya sudah menjelaskan pada janda tua itu tentang rencananya, dan dia sangat senang karena ada yang menggantikan anak dan suaminya untuk mencari nafkah.
"Ini rumahku? " Erick tampak heran saat masuk kedalam rumah yang beralaskan tanah, dengan dinding terbuat dari bambu yang dianyam beratapkan seng. Entah mengapa jiwa mesombongannya tiba-tiba muncul, dia tidak percaya jika dirinya hidup dirumah kumuh ini.
"Iya, ini rumah kamu. Dan kamu lihat perempuan tua ini, dia adalah ibumu. Bu Surti." Lisa mendekati bu Surti yang dari tadi hanya diam saja. Dia datang dan memeluk Andra, entah kenapa air matanya mengalir. Mungkin dia teringat dengan anak dan suaminya.
"Ini ibu aku?" Erick tampak bingung, tapi dia membalas pelukan bu Surti.
"Ibu kenapa menangis? Aku sudah sehat bu, lihatlah! " Erick menghapus air mata bu Surti. Bu Surti mengangguk dengan tersenyum tapi air matanya terus mengalir.
"Baiklah, aku pergi dulu. Bu Surti saya pamit dulu ya bu. Oh ya mulai besok kamu masuk kerja ya, kamu kan sudah sehat." Kata Lisa. Erick hanya menganggukkan kepala.
"Nak, ayo kita makan dulu ya. Ibu tadi masak sayur asem sambal terasi lauk tempe goreng." Erick mengikuti ibunya kedapur dan duduk dibawah dengan alas plastik yang sudah ada robekan disana sini.
Erick menatapnya heran, dalam hatinya apakah dia semiskin ini. Bu Surti menata nasi beserta lauknya dan menghidangkan pada Andra.
"Nak ayo dimakan. " Kata bu Surti menyerahkan piring yang sudah berisi nasi dan lauk serta sayur.
"Iya bu, " Andra menyendokkan makanan kemulutnya, tapi tiba-tiba dia mengeluarkan kembali nasi dari mulutnya.
"Bu, ini masakan apa? Kok asem gini?" Katanya heran. Wajarlah dulu ketika dia hidup sebagai Andra tak pernah dia makan makanan yang seperti ini. Makanan yang dia makan sehari-hari adalah makanan yang dimasak oleh koki internasional. Hanya masakan luar negri yang dia makan. Bu Surti yang melihat tingkah Andra tak mampu lagi menahan tawanya.
"Hahahaha kamu ini sedang bercanda ya? Yang namanya sayur asem ya pastilah asem. Sudah ah ayo makan, atau kamu akan kelaparan nanti." Katanya sambil terus tertawa. Andra akhirnya memakan masakan bu Surti. Setelah makan, bu Surti menyuruh Andra untuk beristirahat dikamarnya. Sekali lagi Andra dibuat tak percaya.
"Bu, apakah ini tempat tidurku? Hanya papan kayu ini? Gak ada kasur gitu bu?" Lagi-lagi jiwa songong Andra muncul.
"Ternyata rumah sakit telah merubah semuanya ya nak,,, pertama kamu menghina rumah ini, kemudian masakan ibu dan sekarang kamar kamu sendiri. Padahal kamar inilah tempat kamu melepas lelah saat kamu pulang kerja. " Bu Surti kini berakting menangis, melihat hal itu Erick mendekat ke ibunya dan bilang minta maaf dengan memeluknya. Bu Surti kemudian menghentikan tangisnya.
"Maafkan Erick bu, baiklah Erick akan beristirahat dulu." Ucapnya. Bu Surti meninggalkan kamar Andra dan berlalu kearah dapur untuk mencuci piring kotor bekas mereka makan tadi.
Dikamar Erick yang hendak tidur tidak bisa tidur karena dia gerah, dan banyak nyamuk yang menyerangnya. Tapi dia tidak boleh mengeluh karena selama ini dia juga tak pernah mengeluh ada disini.
"Nak,,,, ini obat nyamuknya." Bu Surti masuk dengan membawa obat nyamuk bakar tapi tiba-tiba Andra terbatuk-batuk karena asap dari obat nyamuk itu.
" Maaf bu,,,, Erick tidak butuh obat nyamuk itu. Uhuk uhuk uhuk" Katanya, dan bu Surti membawa keluar obat nyamuk itu.
"Ya Tuhan,,, kenapa aku sangat betah tinggal dalam keadaan seperti ini." Erick mulai mengeluh.
Entah karena capek bertarung dengan nyamuk atau memang dia sangat ngantuk akhirnya dia tertidur pulas.
"Hahahahahah hahahahah" Terdengar suara Lisa tertawa puas dirumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments