"Terus bu,,, bagaimana si Andra yang songong itu" Tanya Lisa kepada bu Surti yang malam itu bermain kerumah Lisa untuk melaporkan Andra. Rumah Lisa dan bu Surti berdampingan. Bu Surti menceritakan semua yang telah terjadi, mulai dari makan sampai kejadian obat nyamuk itu. Lisa tertawa puas.
"Ini masih belum seberapa tuan Rafiandra Pradana. Kita lihat saja nanti, kamu akan merasakan bagaimana sakitnya menjadi orang kecil." Lisa menatap ke depan dengan tatapan tajam.
Keesokan harinya, Erick (Andra) bangun dengan badan yang terasa pegal-pegal terlihat badannya kemerahan akibat gigitan nyamuk. Ya bagaimana dia tidak berasa pegal sekarang dia harus tidur dengan beralas papan kayu yang sempit. Beda saat dulu dia tidur dibed empuk, lebar dan dengan kamar yang ber Ac.
"Bu,,, ada minyak kayu putih tidak? Ini badanku merah-merah." Erick mencari bu Surti yang dari tadi ada didapur.
"Minyak kayu putihnya habis, ibu lupa membelinya. Nanti saja ya ibu belinya karena ibu tidak memegang uang sama sekali. Semenjak kamu ada dirumah sakit, tidak ada uang masuk." Bu Surti memasang wajah sedih.
"Baiklah bu, Erick sekarang akan pergi kerja. Semoga saja nanti Erick dapat uang ya." Jawab Erick memegang bahu ibunya, dia menatap bu Surti dengan kasih sayang.
"Ayo kita sarapan duli, nanti kamu telat lagi." Bu Surti mengajak Andra sarapan.
Tepat pukul sembilan Andra dan Lisa sudah sampai di warung mie ayam milik ibunya. Semua karyawan wanita disana menatap Andra dengan tatapan kagum. Pantas saja mereka kagum dengan Andra, dia memiliki tubuh atletik dengan tinggi badan 180 cm, dada bidang dan terlihat otot yang keras dibalik lengan bajunya. Kulitnya putih, hidung mancung, alis mata tebal dan warna bola matanya coklat pekat. Sungguh dia adalah pria yang sempurna.
"Ngapain kalian bengong??? Cepat lanjutkan bersih-bersihnya." Lisa memarahi karyawannya yang dari tadi cari muka ke Andra.
"Baik mbak." Mereka segera melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
"Maaf mbak, pekerjaan saya apa disini? " Tanya Andra pada Lisa.
"Kamu lupa apa pekerjaan kamu?" Tanya Lisa. Andra menganggukkan kepala.
"Oh ya, aku lupa jika kamu amnesia. Pekerjaan kamu disini adalah untuk mencuci piring kotor dan perlengkapan kotor yang lainnya." Jawab Lisa, Andra begitu kaget mendengar ucapan Lisa.
"Apakah benar begitu? Aku hanya tukang cuci piring disini? " Andra tak percaya.
"Iya, memang ada masalah? Mau bagian apa disini? CEO? " Lisa membentak Andra. Mendengar kata CEO, kepalanya tiba-tiba pusing.
"Kamu kenapa?" Tanya Lisa
"Entahlah kepalaku tiba-tiba pusing setelah mendengar kata CEO" Andra tampak masih memegang kepalanya. Lisa yang awalnya jutek, kini berubah panik. Dia takut jika Andra mengingat identitasnya.
"Baiklah, kamu jangan berpikir keras. Sudah sana lanjutkan bekerja atau nanti gaji kami akan aku potong." Kata Lisa kemudian dia berlalu dari hadapan Andra.
"Lisa,,, kamu tega banget menyuruh dia cuci piring, pasti dirumahnya dia tak pernah melakukannya." Kata ibu Lisa bersuara lirih saat Lisa datang kekasir menemani ibunya.
"Biarin saja bu, biarkan dia merasakan bagaimana kerasnya hidup." Jawab Lisa.
Erick bekerja dengan sangat rajin, dia bahkan melakukan pekerjaannya dengan rapi, selain cuci piring dia juga membantu mengambil piring kotor dari meja. Hari ini warung mie ayam bu Mala sangat ramai pembeli. Disana hanya ada dua karyawan perempuan satu bagian menyiapkan mie kedalam mangkok dan yang lain memberikan pesanan kepada pelanggan. Bu Mala bagian memasak mie dan Lisa memegang kasir. Melihat mereka kewalahan Andra sigap membantu. Melihat Andra yang cekatan, bu Mala merasakan kasihan padanya. Tapi dia tidak mungkin membongkar kebohongan putrinya.
"Ini, kamu makan dulu dan juga ini minumnya." Bu Mala memberi makan Andra saat dia duduk disamping bak cuci piring.
"Oh, baiklah. Trimakasih ya bu" Kata Andra menerima semangkuk mie ayam dan minuman teh hangat.
"Iya sama-sama. Kamu makan dulu gih, keburu dingin. Nanti saja setelah selesai makan kamu lanjutkan cuci piringnya." Perintah bu Mala. Andra menuruti bu Mala, dia mencuci tangannya dan makan semangkuk mie tersebut.
***
Disebuah rumah megah, Billy mengamuk pada mamanya.
"Ma, sudah lebih dari seminggu kematian Andra. Kenapa papa tak mengumumkan pengganti Andra.!!! " Billy tampak menarik kasar rambut depannya.
"Sabar sayang,,, nanti juga papa kamu akan mengumumkannya. Dia masih berduka atas kematian putra kesayangannya." Bu Rika tersenyum licik dan menenangkan putra tercintanya itu.
"Sabar! Sabar! Sudah cukup ya sabar ku ma, dari dulu aku selalu diperlakukan tak adil olehnya. Andra diberi kepercayaan memegang perusahaan induk sedangkan akau apa? Aku hanya diberi perusahaan kecil. Apalagi Andra telah mempermalukan aku." Billy tampak murka.
(Flasback)
"Apa ini kak!!?? " Andra melemparkan map kearah Billy.
" Apa?" Billy membuka map tersebut dan membacanya.
"Lihat baik-baik. Beraninya kakak menggunakan uang perusahaan." Andra menatap Billy dengan amarahnya.
"Oh, ini. Memangnya kenapa? Toh aku punya hak juga kan terhadap perusahaan yang aku pimpin?" Billy masih belum mengakui kesalahannya.
"Tidak bisa begitu dong!!! Kakak sudah mendapatkan bagian kakak kan? Kakak gak bisa dengan seenaknya menggunakan uang oprasional perusahaan. Jika sikap kak Billy seperti ini yang ada perusahaan kak Billy akan bangkrut." Andra mencoba menjelaskan tapi amarahnya masih menguasainya.
"Jangan sok pintar kamu Ndra,,, aku lebih tua dari mu. Ingat itu!!! " Suara Billy tak kalah kerasnya.
"Oh baiklah, mulai detik ini kak Billy tak lagi menjabat sebagai CEO diperusahaan itu. Aku akan mengambil alih semuanya." Andra mendekatkan wajahnya ke wajah Billy.
"Jangan seenaknya kamu Ndra, kamu gak berhak seperti itu. Itu adalah perusahaanku." Billy tampak tak terima.
"Kakak ingat, perusahaan kakak adalah cabang dari perusahaan yang aku pimpin sekarang. Masih mau bilang aku tak punya hak? Andra menatap Billy yang masih emosi dengan senyum Licik.
" Gak bisa berkata lagi kan kamu? Jangan sekali-kali kamu bilang kepada papa jika perusahaanmu sudah kuambil alih. Jika tidak aku tak segan-segan mengatakan semuanya pada papa. Aku masih mentolerir kesalahanmu ini." Andra membisikkan ditelingan Billy.
"Kamu masih bisa bekerja kok, tapi posisimu kali ini dibagian pemasaran. " Andra kemudian membuka pintu ruangan Billy dan membukanya
"Kak Billy,,, silahkan keluar dari ruangan ini, karena ruangan ini bukanlah ruangan kamu" Lanjutnya sambil memberi isyarat untuk keluar dari sana.
"Kak tunggu!!! " Andra menghentikan langkah Billy
"Untuk semuanya harap diperhatikan!!! Mulai detik ini Tuan Billy tak lagi menjabat sebagai CEO. Tapi dia akan menjadi manager pemasaran. Hanya itu dari saya, Kalian bisa melanjutkan pekerjaan kalian.! " Kata Andra kepada semua karyawan kantornya.
"Ingat kak, bekerja yang semaksimal mungkin. Jangan membuat masalah lagi, jika tidak!!! Aku tak segan-segan melempar kakak keluar dari perusahaan ini." Andra kembali membisikkan ketelinga Billy dengan senyum liciknya. Kemudian dia pergi dari ruangan itu.
Billy yang dipermalukan seperti itu marah dan sangat emosi. Dia mengeratkan gerahamnya dan tangannya mengepal.
"Bersiaplah Rafiandra Pradana. Sebentar lagi kamu akan menerima akibat dari perbuatanmu." Katanya lirih dengan penuh emosi saat Andra tak lagi didepannya.
(Flashback berakhir)
"Sayang,,, jangan bertindak gegabah atau nanti kita yang akan hancur. Tinggal sedikit lagi, kita akan menguasai semuanya." Bu Rika menatap anaknya dengan mata yang menyeramkan.
"Baiklah, rencana ibu apa? " BillyBilly, dia menatap kearah ibunya.
" Bu Rika membisikkan sesuatu ditelinga anaknya." Mata Billy langsung berbinar mendengarkan ucapan bu Rika.
"Wah,,,, bagus sekali ma ide mama,,, kita akan segera menguasai kekayaannya hahahahahaha. " Billy tertawa jahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments