"Awas mbak lantai li,,, " Belum selesai Andra bicara. Lisa akan jatuh jika Andra tak segera menangkap tubuhnya. Dengan sigap Andra menangkap tubuh Lisa yang terlihat limbung akibat terpeleset karena lantainya licin. Tangan kanan Andra menahan tubuh Lisa dan tangan yang kirinya memegang tangan Lisa, mata mereka saling beradu. Ada tatapan cinta diantara keduanya. Kebersamaan dalam lima bulan itu menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya. Andra yang sering mengantarkan Lisa ke pasar dan melihat sisi kuat dan baik didalam diri Lisa membuat Andra kagum padanya. Lisa juga demikian, ada sisi lain di diri Erick yang tak dia lihat pada diri Andra. Dia adalah pria penyayang dan sangat memperhatikan bu Surti. Pernah saat itu Lisa melihat bagaimana Erick merawat bu Surti yang saat itu sakit. Begitu telaten dia mengompres dan memijat bu Surti dengan kasih sayang. Dia membantu bu Surti membereskan rumah. Tapi rasa itu segera ditepis oleh Lisa, saat bayangan ayahnya melintas dipikirannya.
"Ngapain kamu pegang-pegang saya!!! Lepaskan!!!" Lisa melotot ke Andra yang menatapnya dengan sendu.
"Oh maaf" Andra segera melepaskan tangannya dari tubuh Lisa.
Brukk,,,,
"Awwww" Lisa meringis kesakitan dan mengelus kasar tulang ekornya. Dia melotot kearah Andra
"Eh maaf, mbak,,, kan tadi mbak Lisa sendiri yang minta dilepaskan" Andra kembali mengambil alat pel nya dan melanjutkan mengepel lantai.
"Dasar!!! Awas kamu,,, kupotong ya gajimu" Lisa melotot kearah Andra yang sedang menahan tawa.
"Ye,,, sukanya ngancem" Andra meledek Lisa.
"Masih berani kamu ya" Lisa mendekat kearah Andra
"Ampun,,, baiklah nyonya besar,,, aku minta maaf, jangan potong gajiku ya" Andra menangkupkan tangannya didepan Lisa.
"Baguslah, akan aku pertimbangkan nanti." Lisa pergi dari hadapan Andra.
Andra melanjutkan pekerjaannya, setelah mengepel lantai dia menata piring yang sudah dicuci ke rak piring.
"Erick!!!! " Lisa berteriak dari luar memanggil Andra. Segera dia berlari dan bergegas kesana, dia takut kalau nanti Lisa kembali ngomel.
"Iya mbak Lisa,,, ada apa?" Tanya Erick
"Nih, ku buatkan gerobak untuk kamu. Nanti kamu bisa keliling setelah pulang dari sini ya?" Lisa memberi pekerjaan berat untuk Andra. Bagaimana tidak berat, Andra bekerja dikedainya mulai pagi jam 09.00-16.00 sore, ini ditambah lagi dia harus keliling untuk berjualan mie ayam.
"Tapi mbak,,, apakah tidak sebaiknya jualan kelilingnya waktu jam kerja saja? " Andra tampak tak setuju.
"Enak ajah pakai nawar, lah terus yang mengerjakan pekerjaan kamu siapa?" Lisa menatapnya jutek.
"Kan bisa karyawan lain." Andra menundukkan kepalanya.
"Ah, gak bisa nanti tambah keteteran. Mau tidak kamu betjualan keliling? Kamu loh yang minta uang tambahan untuk beli obat bi Surti." Lisa dengan kejamnya menatap Andra yang tak berdaya itu.
Bu Surti sakit TBC dia harus selalu mengkonsumsi obat supaya tidak kambuh. Andra terpaksa harus mencari uang lebih untuk merawat bu Surti. Dia pernah bilang ke Lisa untuk memberinya pekerjaan tambahan, makanya Lisa mempunyai ide untuk memberinya gerobak kaki lima untuknya berjualan keliling nanti untuk hasilnya, Andra cukup membayar bahan bakunya saja selebihnya untuk Andra. Lisa mempunyai niat lain kepada Andra, dia ingin Andra merasakan bagaimana susahnya mencari uang. Menjadi pedagang kaki lima itu tidaklah mudah.
"Baiklah,,,, tapi bagaimana cara membuatnya? Saya tidak tau bagaimana cara membuat mie ayam." Andra bertanta pada Lisa.
"Kamu cuma tinggal racik saja, toping ayamnya dari sini sudah matang. Tinggal nantinya kamu bagaimana memadukan minyak dan yang lainnya supaya tercipta mie ayam yang lezat." Kata Lisa
"Baiklah, ini mulai kapan beroprasi?" Tanya Andra,
"Mulai nanti sore saja sepulang kamu kerja." Kata Lisa kemudian dia meninggalkan Andra.
Andra bekerja seperti biasa, dia sangat rajin dan ulet. Semenjak kehadiran Andra dua karyawan perempuan itu merasa sangat terbantu sekali. Mereka tidak usah repot-repot harus mengelap meja, mengambil mangkok kotor dimeja dan mengepel lantai, karena Andra mengambil alih tugas mereka. Kalau untuk cuci piring adalah tugas bu Surti tapi karena ada Andra maka Lisa menggantikannya dengan dia untuk misi balas dendamnya.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 15.00, Andra mempersiapkan segala sesuatunya untuk dia berjualan keliling. Dia menata mangkuk, sendok dan juga garpu, mie mentah dan juga toping yang tadi sudah dimasak bu Mala kedalam gerobaknya. Tak lupa dengan beberapa bahan lainnya seperti minyak-minya dan saos juga kecap, dia menatanya dengan rapi.
"Apakah sudah siap semuanya nak Erick? " Tanya bu Mala mendekati Erick yang masih sibuk menata gerobak kaki limanya.
"Sepertinya sudah semua bu" Jawab Erick yang sudah memastikannya.
"Baiklah, hati ya berjualannya. Semoga latis manis." Kata bu Mala saat melihat Erick sudah siap berangkat.
"Terimakasih bu,,, baiklah Erick berangkat ya" Andra mulai mendorong gerobaknya dengan membunyika sendok yang dipukulkan ke mangkok.
"MIE AYAM MALA!!! " teriaknya saat dia sampai di perumahan yang cukup padat.
"MIE AYAM MALA!!! " Teriaknya lagi.
Ibu-ibu yang sedang berkumpul itu mendengar teriakan Andra,
"Sepertinya bu Mala sekarang menjual mie ayamnya dengan keliling juga. " Kata salah seorang ibu-ibu tersebut.
"Iya nih,,, jadi pingin aku, hayuk siapa yang mau sekalian beli. Mie ayam bu Mala memang tak ada tandingan enaknya." Jawab salah seorang ibu itu.
Akhirnya tujuh orang ibu-ibu itu mencari sumber suara setelah menengok kiri kana mereka mendapati Andra yang masih berteriak. Ibu-ibu itu melambaikan tangannya dan Andra mendekat kearah mereka.
"Wah penjualnya ganteng ya jeng,,," Kata ibu yang memakai daster pink itu dengan tatapan genit.
"Iya jeng,, wajahnya seperti artis korea." Jawab ibu yang memakai kaos kuning dengan rok selutut.
"Ih, jeng Nita bener banget,,, itu seperti,,, lee Ho. Iya Lee Ho" Ibu berdaster orange itu tak kalah genitnya.
"Bukan Lee Hoo jeng,,, tapi Lee Min Hoo" Bu Nita itu mengkoreksi ucapan ibu berdastsr orange itu. Andra yang mendengarnya hanya cengar-cengir saja mendengar ucapan para ibu-ibu itu. Dia fokus memasak dan meracik mie ayam pertamanya itu.
"Silahkan bu,,," Andra menata mangkok-mangkok mie ayam itu di pos ronda.
"Wah terimakasih ya ganteng" Kata bu Nita. Andra hanya memperlihatkan senyumnya yang manis dengan memperlihatkan lesung pipinya. Tapi senyum itu hilang saat ibu berdaster pink itu berdiri dari duduknya.
"Mie ayam apaan ini? Bukan mie ayam bu Mala ini mah!!! Kamu mau menipu kami? " Dia berdiri dan sangat marah saat mie ayam yang dia rasakan sangat kacau rasanya.
"Beneran kok bu, ini mie ayam bu Mala. Kalau tidak percaya bisa ibu tanyakan padanya." Andra tampak sedikit panik.
"Gak mungkin, mie ayam bu Mala ini enaknya tiada tandingan. Lah ini rasanya gak karuan" Lanjut ibu berdaster pink itu.
"Iya, ganteng,,, mie nya masih mentah keasinan pula." Bu Nita memprotesnya tapi tak sekasar ibu berdaster pink itu.
Andra hanya bingung harus bagaimana dia.
"Ah kalau begini, mending kita pergi saja yuk jeng,,, " Ibu-ibu berdaster pink itu beranjak pergi.
"Tapi, bu kalian belum bayar" Kata Andra mencegah ibu-ibu tadi.
"Bayar kamu bilang? Gak punya otak kamu ya? Mie ayam amburadul kayak gini kita harus membayarnya. Yang ada kita yang dirugikan. Masih untung kamu ya kita gak minta ganti rugi." Ibu berdaster pink itu berkata dengan sangat sengit, sedangkan ibu-ibu yang lainnya cuma mengikutinya, berbeda dengan bu Nita dan berdaster orange yang sangat tergila-gila dengan ketampanan Andra yang paripurna itu.
Andra hanya bisa pasrah, dengan lengakh lemahnya dia mengumpulkan mangkok itu dan mencucinya. Dia bingung nanti apa yang harus dia katakan ke bu Mala. Tujuh porsi Mie ayam telah lenyap tanpa dibayar.
"Bagaimana Rafiandra??? Tahu kan rasanya susahnya cari uang? " Sesosok mata mengawasinya dengan tatapan kebencian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments