Bagian 5 Tamu Tak Diundang

Kurikulum dengan sistem fullday school memang menyenangkan untuk siswi energik seperti Andrea, tetapi hari ini Andrea sedikit penat dan sedikit kelelahan, mungkin efek dari perjalanan jauhnya pulang liburan.

Sepulang sekolah badannya langsung dijatuhkan begitu saja di atas kasur, untung saja dia langsing, coba kalau gemuk, dikira karung jatuh.

Krekk!

“Aww, apa sih ini?” Andrea menggerutu, menyingkirkan sesuatu yang mengganjal dan membuat sakit punggungnya. Ternyata dia menjatuhkan tubuhnya di atas ransel yang sejak datang liburan masih di kasur, bergosip dengan barang-barangnya yang lain.

"Ya Allah, ini ransel masih di sini aja, bukannya merapikan diri." Kalau saja ranselnya bisa ngomong, pasti akan menjawab, terserah Gue, hidup-hidup Gue.

Andrea melemparkan ranselnya ke pojokkan. Terbayang kan kesalnya itu ransel.

Bletukk!

Andrea terkejut ranselnya mengeluarkan bunyi aneh. Dengan malas dia bangun untuk mengambilnya, khawatir itu ponsel atau sesuatu yang penting, karena selama ini tidak merasa memasukkan benda berat dari perjalanan liburannya kemarin.

“Lho, ini kan botol parfum Aki,” gumamnya, mendapati botol kaca lucu yang ditemukannya di kamar kakeknya. "Kok bisa ada di dalam ransel? Apa terbawa ya?" Dia mencari benda yang lainnya, karena tidak mungkin botol kaca sekecil itu bersuara keras ketika dilempar.

Hoodie, syal, dompet, aksesoris rambut, cangkang permen, cangkang kacang, segera keluar dari ranselnya.

Dia juga menemukan sebuah pulpen bambu yang dibelinya di tempat oleh-oleh. Rencananya buah tangan untuk Zellina, tapi dia lupa. Zellina kan hobi koleksi pulpen unik, untuk digigiti ujungnya. Entah penyakit apa namanya, yang jelas tidak ada satu pun pulpen Zellina yang ujungnya utuh, pasti aja gerepes bekas gigitan.

Selanjutnya dia menemukan sebuah kotak kayu di dasar ransel. Kotaknya kelihatan antik, dan dia baru melihatnya.

Sambil mengingat-ingat membeli itu di mana, Andrea membuka kotaknya. Ternyata isinya sebuah gembok.

"Apa ini?” Andrea meneliti gembok kuningan beserta anak kuncinya yang menggantung pada gelang besi kecil yang eksis juga dalam kotak kayu itu. Bau besi kuningan sangat menyengat ketika dia menciumnya.

Andrea menutup hidungnya. Ditelitinya lagi benda itu, ukiran menghiasi badan gembok, mirip tulisan dengan huruf kuno.

Dengan hati penasaran, dia memasukkan anak kunci satu-satunya ke lubang gembok. Klek, gembok terbuka.

Aroma wangi tercium, Andrea mengendus-endus menebak-nebak wangi apa. Dia tidak tahu.

Belum bisa menebak wanginya Andrea tiba-tiba dikejutkan dengan seseorang yang berdiri di depannya.

"Ecopot jantungku!" Andrea memekik sambil memegangi dadanya. Jantungnya benar-benar seperti mau copot, karena kaget.

Sekali loncat dia sudah merapatkan tubuhnya ke tembok kamar dengan tangan masih memegangi dadanya, gembok di tangannya terlempar ke lantai.

Klek! besinya masuk lagi ke dalam lubang, dan mengunci kembali.

Beberapa detik dia menatap sosok lelaki tegap ada di depannya, lalu dia memekik, dan terbirit-birit keluar kamar.

“Ibuuuuu … ”

Yuli yang baru melepas lelah dengan bersantai sambil menonton TV tentu saja kaget. Bi Cicih, pembantunya, ikut datang, tergopoh-gopoh dari dapur, membawa singkong mentah.

"Apa, Ndre?"

"Co ... co .... co ....."

"Copet??" tanya ibunya. Andrea menggeleng, dengan wajah pucat.

"Comro? Belum mateng." Bi Cicih ikut bertanya, tangannya mengacungkan singkong.

Andrea menggeleng lagi, dia beberapa kali menelan ludah, tenggorokannya mendadak kering dan susah bicara.

"Apa, Ndre? Minum dulu, minum dulu, Bi ambilkan minum!"

"I ... iya, Bu." Bi Cicih segera ke dapur, lalu datang lagi dengan gelas di tangan. Singkongnya entah dilempar kemana.

Setelah minum, Andrea sedikit tenang, dia langsung meloncat ke sofa dan memeluk bantal.

"Itu, tadi di kamar aku, ada cowok ... nyusup," kata Andrea. Yuli dan Bi Cicih saling pandang.

"Siapa Yusup?" tanya Bi Cicih.

"Nyusup, Bi, nyusup ... bukan Yusuf," sahut Andrea.

"Cowok siapa?" tanya Yuli.

"Enggak tahu, enggak kenal."

"Siapa, Bi?" Yuli bertanya pada Bi Cicih, karena di rumah ini yang ada di rumah dari pagi hanya Bi Cicih.

"Tidak tau, Bu, perasaan tidak ada tamu datang hari ini."

"Rampok ... iya, mungkin rampok." Andrea kembali membuat gugup. Yuli dan Bi Cicih jadi ikut-ikutan takut dan duduk berdempetan di sofa sambil memandangi pintu kamar Andrea. Mereka panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Beberapa menit, tidak ada pergerakan apa-apa dari kamar Andrea.

"Tenang, kita apa-apaan sih, kalau ketakutan begini malah tidak bisa berbuat apa-apa." Yuli segera melepaskan pelukannya pada Andrea. Bi Cicih tetap memeluk bantal.

"Sebaiknya Ibu hubungi Pak RT." Akhirnya Andrea bisa berpikir jernih.

"Iya, Bu." Bi Cicih ikut nimbrung.

"Nanti dulu, mungkin kamu halu, Ndre." Yuli menatap lagi kamar Andrea yang sepi-sepi saja padahal pintunya juga tidak tertutup sepenuhnya.

"Ck, aku tidak bohong, Bu, ada orang di sana. Berdiri di depanku," tegas Andrea.

Bu Yuli yakin tidak ada apa-apa, dia segera memberanikan diri memeriksa kamar Andrea dengan mengajak Bi Cicih.

"Enggak ah, Ibu saja," rengek Bi Cicih.

"Euuh kamu mah, badan saja bohay."

"Emang kalau bohay tidak boleh takut?" tanya Bi Cicih, membela diri.

"Tidak boleh, kalau takut mah ngga akan bisa dikorbankan bulan haji," ujar Andrea. Ketakutannya sudah mulai pudar, kayak lagunya Rosa.

"Sapi kali Bibi teh." Bi Cicih keki.

Setelah suasana dirasa aman-aman saja, Yuli segera memeriksa kamar Andrea dengan tangan memegang senapan angin peninggalan suaminya yang biasa dipakai untuk berburu burung. Kamar Andrea kosong.

"Mana, Ndre?"

Bi Cicih yang ikutan bersiaga dengan sapu di tangan memberi isyarat kepada Andrea bahwa di kamarnya tidak ada siapa-siapa. Andrea yang masih setia di sofa bersikeras ada orang di kamarnya.

“Mungkin tikus,” kata Bi Cicih dari balik pintu, dia tidak berani masuk. Andrea menghampiri, menempel di belakangnya.

“Kok tikus? Bukan … Orang kok Bi … tadi di situ, pakai baju hitam.” Andrea meyakinkan Bi Cicih lagi.

“Mungkin sudah kabur.” Yuli memeriksa jendela, masih terkunci. Kakinya menendang gembok antik masuk ke kolong ranjang. “Ya sudah, nanti Ibu lapor Pak Hansip.”

Malam itu Andrea jadi tidak berani tidur di kamarnya, dia nyempil di kamar ibunya. Tamu tak diundang berbaju hitam itu masih terbayang di matanya, seperti mau mencekiknya.

“Tidak ada apa-apa kok, Ndre. Biasanya kamu berani.” Yuli protes.

“Kalau begitu, Ibu saja yang tidur di kamarku! Orang aku lihat sendiri, orangnya tinggi pakai baju hitam,” rengek Andrea.

“Ogah, nanti orangnya cekik Ibu.”

“Lahh, kalau aku yang dicekik?”

“Biarin, itu kan kamar kamu sendiri.”

“Aah, Ibuu maaahh.” Andrea merajuk kepada ibunya, tetapi dijawab tarikan selimut oleh ibunya.

Meskipun tomboi, kalau dikejutkan seperti itu ketar-ketir juga.

“Makanya perbanyak mengaji, jangan main HP melulu,” gumam ibunya.

“Maksud ibu, kamarku ada setannya?”

“Bisa jadi.”

Andrea mendengus kesal, lalu berbalik ke tubuh ibunya yang sedang memunggunginya, memeluk punggung ibunya.

“Kamu sudah gede, Ndre .…”

"Bodo."

"Manja."

Andrea menggerak-gerakkan kakinya kesal, lalu meringkuk lagi setelah menyadari malam itu adalah malam Jumat. Bayangannya masih kepada lelaki di kamarnya tadi. Dia yakin tidak sedang bermimpi. Kalau diingat-ingat, wajahnya tidak menyeramkan sih, malah terlihat lumayan tampan, seperti bukan wajah perampok atau penculik gadis dan para janda.

Tetapi baju yang dipakainya serba hitam. Seram. Andrea menarik selimut sampai ke kepalanya, dia benar-benar ketakutan.

bersambung

Terpopuler

Comments

IntanhayadiPutri

IntanhayadiPutri

Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku

TERJEBAK PERNIKAHAN SMA

makasih 🙏🙏

2020-12-03

0

Mia Poei

Mia Poei

aku mampir lagi ya

2020-09-04

0

Yhu Nitha

Yhu Nitha

like

2020-08-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 Libur Telah Usai
2 Bagian 2 Obrolan di Meja Makan
3 Bagian 3 Drama Warisan Keluarga
4 Bagian 4 Penghuni Kelas Angin Ribut
5 Bagian 5 Tamu Tak Diundang
6 Bagian 6 Pembunuh Berantai?
7 Bagian 7 Bertemu Suruhan Leluhur
8 Bagian 8 Mereka Tidak Melihatnya
9 Bagian 9 Tugas Matematika
10 Bagian 10 Sisi Baik VS Sisi Buruk
11 Bagian 11 Diskusi Tidak Bertepi
12 Bagian 12 Nakas dan Rahasia
13 Bagian 13 Belajar Mantra
14 Bagian 14 My Jin Ganteng
15 Bagian 15 Pesta Kucing
16 Bagian 16 Wujud Si Belang
17 Bagian 17 Bertemu Gigit
18 Bagian 18 Penjaga Setia
19 Bagian 19 Dalam Kerumitan Matematika
20 Bagian 20 Kembali ke Gembok
21 Bagian 21 Kebaperan yang Hakiki
22 Bagian 22 Digetok Tusuk Konde
23 Bagian 23 Ojek Handsome
24 Bagian 24 Merayu Guru Kesayangan
25 Bagian 25 Persahabatan, dan Perjalanan Jalur Selatan
26 Bagian 26 Golok, atau Sendal
27 Bagian 27 Cewek Indigo
28 Bagian 28 Lee Min Hoo Mah Lewat
29 Bagian 29 Princes Lapangan
30 Bagian 30 Penyelidikan Awal
31 Bagian 31 Persaingan Semakin Panas
32 Bagian 32 Takut Jatuh Cinta
33 Bagian 33 Jatuh Cinta Kepada Penghuni Tusuk Konde
34 Bagian 34 Terkungkung Perjanjian
35 Bagian 35 Kejamnya Penolakan
36 Bagian 36 Dianggap Pecapacor
37 Bagian 37 Kesurupan Masal
38 Bagian 38 Hikmah di Balik Kesurupan Masal.
39 Bagian 39 Melipirkan Rasa Kedua Kali
40 Bagian 40 Hangat Untuk Semua Orang
41 Bagian 41 Lelaki Patah Hati
42 Bagian 42 Sowan Kedua Kalinya
43 Bagian 43 Hati yang Terpotek
44 Bagian 44 Kehadiran Marvel
45 Bagian 45 Menjalani Hukuman
46 Bagian 46 Renungan Sang Guru
47 Bagian 47 Jengkol vs Petai
48 Bagian 48 Teror Penculikan
49 Bagian 49 Meneror Peneror
50 Bagian 50 Menyergap Penculik Gagal
51 Bagian 51 Tumor Otak Stadium 1
52 Bagian 52 Tidur Tampan Sang Pangeran
53 Bagian 53 Menunggu Perintah
54 Bagian 54 Kehadiran Tante Dina
55 Bagian 55 Trek-Trekan Ala Zainal
56 Bagian 56 Dia yang Selalu Ada
57 Bagian 57 Ibunya Sadar, Dale Terpental
58 Bagian 58 Roti Bakar Kombinasi Rasa
59 Bagian 59 Sepupu Terketus
60 Bagian 60 Mengeroyok Biang Kerok
61 Bagian 61 Teka-Teki Persembahan Lyla
62 Bagian 62 Lempar Kacang Bawang
63 Bagian 63 Penculikan Kedua
64 Bagian 64 Aksi Penyelamatan
65 Bagian 65 Berkunjung ke Kampung, Menuju Gunung
66 Bagian 66 Bertemu Kelompok Zigonk
67 Bagian 67 Kesambet Zigonk
68 Bagian 68 Menginap, Mengendap
69 Bagian 69 Duo Bidadari Bangun dari Tidur
70 Bagian 70 Dejavu
71 Bagian 71 Tersentuh Penyusup Subuh
72 Bagian 72 Ritual Pembebasan
73 Bagian 73 Reuni Kecil-Kecilan dengan Mantan Juragan Kecil
74 Bagian 74 Meminta Hak (Warisan)
75 Bagian 75 Gagal Berdosa
76 Bagian 76 Pulang
77 Bagian 77 Ancaman Maut
78 Bagian 78 Princes dan Anak Angon
79 Bagian 79 Rahasia Besar
80 Bagian 80 Luka Tak Berdarah
81 Bagian 81 Laporan Tidak Diterima
82 Bagian 82 Menginap di Hotel Berbintang
83 Bagian 83 Kehilangan Gigit
84 Bagian 84 Kejar-kejaran
85 Bagian 85 Kabar, Resah, dan Gelisah
86 Bagian 86 Ibu Berwasiat, Pembantu Dipecat
87 Bagian 87 Mandiri
88 Bagian 88 Antara Bogor, dan Malaysia
89 Bagian 89 Penampakan Bodyguard Tampan
90 Bagian 90 Duo Kepompong Hidup
91 Bagian 91 Dijemput Aparat
92 Bagian 92 Di Balik Jeruji Besi
93 Bagian 93 Anak Angon Saba Kota
94 Bagian 94 Nona Tanpa Wadah Susu
95 Pengumuman
96 Bagian 95 Teka-teki Anak Tiri
97 Bagian 96 Pagi yang Pedas
98 Bagian 97 Penawaran Pihak Lawan
99 Bagian 98 Melawan dengan Elegan
100 Bagian 99 Game Over
101 Bagian 100 Pesta Kebebasan
102 Bagian 101 Dodo dan Gigit Menghilang
103 Bagian 102 Andrea Lempar Bom, Gigi Menembak
104 Bagian 103 Menagih Janji
105 Bagian 104 TAMAT
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bagian 1 Libur Telah Usai
2
Bagian 2 Obrolan di Meja Makan
3
Bagian 3 Drama Warisan Keluarga
4
Bagian 4 Penghuni Kelas Angin Ribut
5
Bagian 5 Tamu Tak Diundang
6
Bagian 6 Pembunuh Berantai?
7
Bagian 7 Bertemu Suruhan Leluhur
8
Bagian 8 Mereka Tidak Melihatnya
9
Bagian 9 Tugas Matematika
10
Bagian 10 Sisi Baik VS Sisi Buruk
11
Bagian 11 Diskusi Tidak Bertepi
12
Bagian 12 Nakas dan Rahasia
13
Bagian 13 Belajar Mantra
14
Bagian 14 My Jin Ganteng
15
Bagian 15 Pesta Kucing
16
Bagian 16 Wujud Si Belang
17
Bagian 17 Bertemu Gigit
18
Bagian 18 Penjaga Setia
19
Bagian 19 Dalam Kerumitan Matematika
20
Bagian 20 Kembali ke Gembok
21
Bagian 21 Kebaperan yang Hakiki
22
Bagian 22 Digetok Tusuk Konde
23
Bagian 23 Ojek Handsome
24
Bagian 24 Merayu Guru Kesayangan
25
Bagian 25 Persahabatan, dan Perjalanan Jalur Selatan
26
Bagian 26 Golok, atau Sendal
27
Bagian 27 Cewek Indigo
28
Bagian 28 Lee Min Hoo Mah Lewat
29
Bagian 29 Princes Lapangan
30
Bagian 30 Penyelidikan Awal
31
Bagian 31 Persaingan Semakin Panas
32
Bagian 32 Takut Jatuh Cinta
33
Bagian 33 Jatuh Cinta Kepada Penghuni Tusuk Konde
34
Bagian 34 Terkungkung Perjanjian
35
Bagian 35 Kejamnya Penolakan
36
Bagian 36 Dianggap Pecapacor
37
Bagian 37 Kesurupan Masal
38
Bagian 38 Hikmah di Balik Kesurupan Masal.
39
Bagian 39 Melipirkan Rasa Kedua Kali
40
Bagian 40 Hangat Untuk Semua Orang
41
Bagian 41 Lelaki Patah Hati
42
Bagian 42 Sowan Kedua Kalinya
43
Bagian 43 Hati yang Terpotek
44
Bagian 44 Kehadiran Marvel
45
Bagian 45 Menjalani Hukuman
46
Bagian 46 Renungan Sang Guru
47
Bagian 47 Jengkol vs Petai
48
Bagian 48 Teror Penculikan
49
Bagian 49 Meneror Peneror
50
Bagian 50 Menyergap Penculik Gagal
51
Bagian 51 Tumor Otak Stadium 1
52
Bagian 52 Tidur Tampan Sang Pangeran
53
Bagian 53 Menunggu Perintah
54
Bagian 54 Kehadiran Tante Dina
55
Bagian 55 Trek-Trekan Ala Zainal
56
Bagian 56 Dia yang Selalu Ada
57
Bagian 57 Ibunya Sadar, Dale Terpental
58
Bagian 58 Roti Bakar Kombinasi Rasa
59
Bagian 59 Sepupu Terketus
60
Bagian 60 Mengeroyok Biang Kerok
61
Bagian 61 Teka-Teki Persembahan Lyla
62
Bagian 62 Lempar Kacang Bawang
63
Bagian 63 Penculikan Kedua
64
Bagian 64 Aksi Penyelamatan
65
Bagian 65 Berkunjung ke Kampung, Menuju Gunung
66
Bagian 66 Bertemu Kelompok Zigonk
67
Bagian 67 Kesambet Zigonk
68
Bagian 68 Menginap, Mengendap
69
Bagian 69 Duo Bidadari Bangun dari Tidur
70
Bagian 70 Dejavu
71
Bagian 71 Tersentuh Penyusup Subuh
72
Bagian 72 Ritual Pembebasan
73
Bagian 73 Reuni Kecil-Kecilan dengan Mantan Juragan Kecil
74
Bagian 74 Meminta Hak (Warisan)
75
Bagian 75 Gagal Berdosa
76
Bagian 76 Pulang
77
Bagian 77 Ancaman Maut
78
Bagian 78 Princes dan Anak Angon
79
Bagian 79 Rahasia Besar
80
Bagian 80 Luka Tak Berdarah
81
Bagian 81 Laporan Tidak Diterima
82
Bagian 82 Menginap di Hotel Berbintang
83
Bagian 83 Kehilangan Gigit
84
Bagian 84 Kejar-kejaran
85
Bagian 85 Kabar, Resah, dan Gelisah
86
Bagian 86 Ibu Berwasiat, Pembantu Dipecat
87
Bagian 87 Mandiri
88
Bagian 88 Antara Bogor, dan Malaysia
89
Bagian 89 Penampakan Bodyguard Tampan
90
Bagian 90 Duo Kepompong Hidup
91
Bagian 91 Dijemput Aparat
92
Bagian 92 Di Balik Jeruji Besi
93
Bagian 93 Anak Angon Saba Kota
94
Bagian 94 Nona Tanpa Wadah Susu
95
Pengumuman
96
Bagian 95 Teka-teki Anak Tiri
97
Bagian 96 Pagi yang Pedas
98
Bagian 97 Penawaran Pihak Lawan
99
Bagian 98 Melawan dengan Elegan
100
Bagian 99 Game Over
101
Bagian 100 Pesta Kebebasan
102
Bagian 101 Dodo dan Gigit Menghilang
103
Bagian 102 Andrea Lempar Bom, Gigi Menembak
104
Bagian 103 Menagih Janji
105
Bagian 104 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!