Bagian 3 Drama Warisan Keluarga

Di dalam mobil, Andrea terlihat resah. Dia masih memikirkan Dodo. Sepanjang jalan dia melihat-lihat ke luar kaca mobil.

"Kamu kenapa, Ndre?"

"Si Aa kabur ke mana ya?" Andrea celingukan ke arah jembatan yang memotong sungai. "Jangan-jangan dia nyangsang di sana," gumamnya.

"Kamu ini, emang Dodo pohon pisang hanyut dibawa banjir bandang."

"Aku jadi kasihan, dia itu butuh perhatian sebenarnya."

"Maksud kamu, Ua istri kurang perhatian?" tanya Yuli.

"Bukan begitu, akhir-akhir ini Si Aa seperti sedang menyimpan sesuatu. Apa ada hubungannya sama aku, ya? Dia semakin tidak peduli sama aku. Ibu bayangkan saja, selama aku di sini, dia tidak mau menyapa aku. Boro-boro ngajak jalan-jalan. Maunya menyela saja apa yang aku lakukan. Kan aku jadi keki," kata Andrea.

"Dia sedang dalam masa kenakalan remaja, jadinya susah diatur dan maunya menang sendiri. Kalau ada masalah, dia pasti bilang. Sudah, kamu jangan pikirkan. Ua istri tahu kok apa yang harus dilakukan."

"Menjual warisan?"

Yuli tersenyum. "Kamu setuju?"

"Enggak," tegas Andrea. "Peninggalan Aki itu sangat berharga tahu, Bu. Itu adalah kenangan kita tentang Aki dan Ayah."

"Kamu tenang saja, Ua tidak mungkin akan melakukan itu."

"Maksudnya?"

Yuli sedikit melambatkan laju mobil. "Ua istri tadi tidak serius kok. Ibu dan dia yang merencanakan semua itu semalam. Ua kamu curhat kelakuan Dodo yang tidak peduli dengan warisan Aki yang terbengkalai, jadi kita berencana begitu untuk membuat Dodo mikir. Kalau tidak ada yang mengurus, bagaimana warisan Aki bisa menghasilkan lagi," beber Yuli.

“Jadi, tadi itu akting?” Andrea merasa mendapat kejutan.

“Iya lah, ibu membantu Ua. Makanya Ibu juga setuju-setuju saja, tidak membantahnya. Ua sudah tidak tahan dengan kecuekan anak itu, boro-boro memikirkan masa depan, sekolah tinggi, bekerja, punya pacar yang serius saja tidak mau. Kalau ditakut-takuti tidak ada lagi warisan yang membuatnya aman, mungkin dia bisa berubah." Yuli bicara sambil tetap fokus ke jalanan.

"Kasihan, Ua istri juga kan suatu hari punya menantu. Mana tau dengan ancaman mau menjual semua warisan, Dodo jadi berpikir lebih dewasa, mau mengurus peninggalan Aki dan membuat tenang Ua. Demi masa depan dia juga sih.”

“Ooh, pantas saja. Aku juga berpikiran aneh tadi. Bukankah dari dulu kita sudah sepakat kalau warisan Aki itu Ua istri yang urus sepenuhnya ya, Bu?"

“Hmm, kesepakatan masih seperti itu kok," kata ibunya.

Andrea tersenyum. “Kenapa tidak kasih tahu dari awal sih, Bu? Pantas tadi kalian bisik-bisik tetangga."

“Wahh, kalau kamu diberi tahu rencananya bisa gagal. Kamu kan suka ceplas-ceplos, takutnya kamu keceplosan ngomong sesuatu. Jadi biar aman, kamu juga kita kerjai.”

"Iiih, Ibuuu ...."

Andrea cemberut, tetapi hatinya lega karena tidak ada yang dikhawatirkan lagi dengan Dodo.

“Si Aa mungkin sekarang lagi banyak pikiran ya, takut miskin, hihi ... syukur biar botak sekalian, rambut dicukur disisa-sisa begitu, kan sayang ....”

Andrea merasa geli memikirkan sepupunya yang tengil itu sedang misuh-misuh sendiri. Bagaimanapun dia sangat menyayangi Dodo, dan berharap dia berubah seperti dulu lagi. Biar mereka bisa menjaga Ibu dan Uanya bersama-sama.

Keluarga mereka sekarang tinggal berempat, Andrea selalu berusaha untuk tetap menjaga kehangatan keluarganya itu, makanya dalam hati dia berjanji, tidak akan pernah melewatkan liburannya untuk pulang ke kampung, menemani Uanya yang semakin menua dan butuh teman bicara. Anak lelakinya sedang tidak bisa diandalkan, sibuk jutek dan menyebalkan.

"Coba Ua ikut kita saja ya," kata Andrea.

"Waduhh, malah semakin menjadi nanti kelakuan Dodo."

"Siapa tahu, Si Aa bisa berubah kalau ditinggalkan begitu. Dia kan tidak bisa apa-apa, masak air aja gosong."

"Masa? Memang kamu bisa masak air?"

"Lahh, masak air doang mah tinggal ...."

"Suruh Bi Cicih, kan?" sela Yuli, menyebut pembantu paruh waktu di rumah mereka. Andrea cengengesan, kena sekak mat.

"Bi Cicih kan enggak mungkin membuat gosong air, paling bikin gosong pantat ceret. Kalau A Dodo memang beneran tidak bisa. Nahh, kalau Ua tinggalkan dulu sementara, mungkin dia bisa belajar. Kan tidak mungkin dia merepotkan tetangga. Atau, kalau sudah putus asa dia akan buru-buru melamar cewek dan menikahinya ...."

"Terus?" tanya Yuli.

"Terus disuruh masak air ...."

"Kamu itu kalau ngomong gampang banget," sergah Yuli, "mana ada gadis mau dinikahi cuma untuk masak air doang."

"Yaa, intinya kan dia bisa berubah."

"Bagi orang tua, anak adalah segalanya. Ua istri mungkin saja sedang sangat kesal dan khawatir sekarang, tetapi dia tidak akan begitu saja membiarkan Dodo kesulitan."

"Makanya manja, kan?"

"Iya, kayak kamu, terlalu sering dimanja Ua istri."

"Aah Ibu mah, kan kita lagi bahas A Dodo, kenapa jadi aku juga?"

"Karena, kalian sama saja, manja."

Andrea merengut. Tetapi tidak bisa dipungkiri, sandiwara warisan tadi cukup membuatnya tenang lahir batin. Membuatnya senyum-senyum sendiri.

Tanpa terasa mobil sudah meluncur di jalan mengular yang naik turun dan berkelok-kelok ciri khas jalur selatan. Jalur ini adalah jalur yang selalu mengalahkan keceriaan Andrea dari kecil, karena di sana Andrea rawan mabuk darat. Tetapi sekarang tidak lagi, dia sudah terbiasa.

Yuli melihat Andrea terdiam, satu pak kantong keresek hitam segera dia ambil dari laci dashboard.

“Jangan muntah di mana saja, ini mobil orang,” kata Yuli.

“Apaan sih, Bu. Aku bukan anak kecil lagi tau, sudah kebal!”

"Ya sudah." Yuli menyimpan kembali kantong keresek.

"Kalau diibaratkan, jalan ini sudah menjadi sahabat aku."

"Oya?"

"Ibu kan tahu dalam setahun aku bolak-balik jalan ini berapa kali. Jalan ini sudah seperti sahabat karib. Tanjakannya bikin ngegas, tetapi turunannya bisa bikin ngerem. Persis persahabatan kan? tidak selamanya menjalani persahabatan itu adem ayem, ada panasnya tapi juga ada ademnya. Kalo ngeflat seperti jalan pantura, kurang asyik." Andrea nyerocos tidak jelas.

Yuli mengernyitkan dahi.

"Tanjakan, turunan, kalau belokan?" tanya Yuli, kebetulan dia sedang memutar setir mobil di belokan tajam. Andrea sampai oleng ke kiri.

"Nahh, belokan juga banyak terjadi dalam persahabatan. Namanya menikung, hehehe ...."

"Hahahaa, ahh ... kamu, ya." Yuli tidak bisa menahan tawanya.

Mereka akhirnya bisa mengakhiri perjalanan jalur selatan dengan mulus, tanpa muntahan, tanpa kemacetan. Setelah mengisi bahan bakar mobil, tubuh, dan salat di Rest Area, mereka lanjutkan perjalanan dengan ceria.

"Kita harus sampai sore ini, biar kamu bisa istirahat. Besok kan sudah mulai sekolah."

"Iya, tahu."

"Soalnya kamu itu suka banyak alasan kalau hari pertama masuk sekolah."

"Enggak lah, aku juga sudah kangen sama teman-teman."

"Oiya, teman-temanmu sudah dibelikan oleh-oleh?"

"Sudah, nihh beli dodol saja." Andrea menunjukkan beberapa kotak dodol khas Garut.

"Dodol? Tiap liburan masa oleh-olehnya dodol. Yang lain dong, Ndre."

"Eggak apa-apa, sengaja aku bawakan mereka dodol, biar mereka ketemu saudaranya sendiri. Teman-temanku kan dodol semua." Andrea cengengesan.

Yuli mengangkat bahu, lalu memasang sabuk pengaman, bersiap berangkat. "Melewati sahabatmu yang keriwil sudah, sekarang sahabatmu yang habis rebonding."

"Hah??" Andrea tidak menyangka ibunya bisa ngocol juga.

Yuli hanya melirik dan tersenyum sambil mengenakan kacamata hitamnya. "Biasa saja kali, Bu!" serunya lagi.

"Kita tancap gas," ajak Yuli. Dia benar-benar menancap gas di jalan tol yang lengang.

Andrea geleng-geleng kepala melihat kelakuan ibunya.

bersambung

Terpopuler

Comments

ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ

ᴘɪᴘɪᴡ ❶ ࿐ཽ༵ ᴮᴼˢˢ

Smangat slalu ya

2020-09-18

0

Mia Poei

Mia Poei

Next kak

2020-09-04

0

Yhu Nitha

Yhu Nitha

next like

2020-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 Libur Telah Usai
2 Bagian 2 Obrolan di Meja Makan
3 Bagian 3 Drama Warisan Keluarga
4 Bagian 4 Penghuni Kelas Angin Ribut
5 Bagian 5 Tamu Tak Diundang
6 Bagian 6 Pembunuh Berantai?
7 Bagian 7 Bertemu Suruhan Leluhur
8 Bagian 8 Mereka Tidak Melihatnya
9 Bagian 9 Tugas Matematika
10 Bagian 10 Sisi Baik VS Sisi Buruk
11 Bagian 11 Diskusi Tidak Bertepi
12 Bagian 12 Nakas dan Rahasia
13 Bagian 13 Belajar Mantra
14 Bagian 14 My Jin Ganteng
15 Bagian 15 Pesta Kucing
16 Bagian 16 Wujud Si Belang
17 Bagian 17 Bertemu Gigit
18 Bagian 18 Penjaga Setia
19 Bagian 19 Dalam Kerumitan Matematika
20 Bagian 20 Kembali ke Gembok
21 Bagian 21 Kebaperan yang Hakiki
22 Bagian 22 Digetok Tusuk Konde
23 Bagian 23 Ojek Handsome
24 Bagian 24 Merayu Guru Kesayangan
25 Bagian 25 Persahabatan, dan Perjalanan Jalur Selatan
26 Bagian 26 Golok, atau Sendal
27 Bagian 27 Cewek Indigo
28 Bagian 28 Lee Min Hoo Mah Lewat
29 Bagian 29 Princes Lapangan
30 Bagian 30 Penyelidikan Awal
31 Bagian 31 Persaingan Semakin Panas
32 Bagian 32 Takut Jatuh Cinta
33 Bagian 33 Jatuh Cinta Kepada Penghuni Tusuk Konde
34 Bagian 34 Terkungkung Perjanjian
35 Bagian 35 Kejamnya Penolakan
36 Bagian 36 Dianggap Pecapacor
37 Bagian 37 Kesurupan Masal
38 Bagian 38 Hikmah di Balik Kesurupan Masal.
39 Bagian 39 Melipirkan Rasa Kedua Kali
40 Bagian 40 Hangat Untuk Semua Orang
41 Bagian 41 Lelaki Patah Hati
42 Bagian 42 Sowan Kedua Kalinya
43 Bagian 43 Hati yang Terpotek
44 Bagian 44 Kehadiran Marvel
45 Bagian 45 Menjalani Hukuman
46 Bagian 46 Renungan Sang Guru
47 Bagian 47 Jengkol vs Petai
48 Bagian 48 Teror Penculikan
49 Bagian 49 Meneror Peneror
50 Bagian 50 Menyergap Penculik Gagal
51 Bagian 51 Tumor Otak Stadium 1
52 Bagian 52 Tidur Tampan Sang Pangeran
53 Bagian 53 Menunggu Perintah
54 Bagian 54 Kehadiran Tante Dina
55 Bagian 55 Trek-Trekan Ala Zainal
56 Bagian 56 Dia yang Selalu Ada
57 Bagian 57 Ibunya Sadar, Dale Terpental
58 Bagian 58 Roti Bakar Kombinasi Rasa
59 Bagian 59 Sepupu Terketus
60 Bagian 60 Mengeroyok Biang Kerok
61 Bagian 61 Teka-Teki Persembahan Lyla
62 Bagian 62 Lempar Kacang Bawang
63 Bagian 63 Penculikan Kedua
64 Bagian 64 Aksi Penyelamatan
65 Bagian 65 Berkunjung ke Kampung, Menuju Gunung
66 Bagian 66 Bertemu Kelompok Zigonk
67 Bagian 67 Kesambet Zigonk
68 Bagian 68 Menginap, Mengendap
69 Bagian 69 Duo Bidadari Bangun dari Tidur
70 Bagian 70 Dejavu
71 Bagian 71 Tersentuh Penyusup Subuh
72 Bagian 72 Ritual Pembebasan
73 Bagian 73 Reuni Kecil-Kecilan dengan Mantan Juragan Kecil
74 Bagian 74 Meminta Hak (Warisan)
75 Bagian 75 Gagal Berdosa
76 Bagian 76 Pulang
77 Bagian 77 Ancaman Maut
78 Bagian 78 Princes dan Anak Angon
79 Bagian 79 Rahasia Besar
80 Bagian 80 Luka Tak Berdarah
81 Bagian 81 Laporan Tidak Diterima
82 Bagian 82 Menginap di Hotel Berbintang
83 Bagian 83 Kehilangan Gigit
84 Bagian 84 Kejar-kejaran
85 Bagian 85 Kabar, Resah, dan Gelisah
86 Bagian 86 Ibu Berwasiat, Pembantu Dipecat
87 Bagian 87 Mandiri
88 Bagian 88 Antara Bogor, dan Malaysia
89 Bagian 89 Penampakan Bodyguard Tampan
90 Bagian 90 Duo Kepompong Hidup
91 Bagian 91 Dijemput Aparat
92 Bagian 92 Di Balik Jeruji Besi
93 Bagian 93 Anak Angon Saba Kota
94 Bagian 94 Nona Tanpa Wadah Susu
95 Pengumuman
96 Bagian 95 Teka-teki Anak Tiri
97 Bagian 96 Pagi yang Pedas
98 Bagian 97 Penawaran Pihak Lawan
99 Bagian 98 Melawan dengan Elegan
100 Bagian 99 Game Over
101 Bagian 100 Pesta Kebebasan
102 Bagian 101 Dodo dan Gigit Menghilang
103 Bagian 102 Andrea Lempar Bom, Gigi Menembak
104 Bagian 103 Menagih Janji
105 Bagian 104 TAMAT
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bagian 1 Libur Telah Usai
2
Bagian 2 Obrolan di Meja Makan
3
Bagian 3 Drama Warisan Keluarga
4
Bagian 4 Penghuni Kelas Angin Ribut
5
Bagian 5 Tamu Tak Diundang
6
Bagian 6 Pembunuh Berantai?
7
Bagian 7 Bertemu Suruhan Leluhur
8
Bagian 8 Mereka Tidak Melihatnya
9
Bagian 9 Tugas Matematika
10
Bagian 10 Sisi Baik VS Sisi Buruk
11
Bagian 11 Diskusi Tidak Bertepi
12
Bagian 12 Nakas dan Rahasia
13
Bagian 13 Belajar Mantra
14
Bagian 14 My Jin Ganteng
15
Bagian 15 Pesta Kucing
16
Bagian 16 Wujud Si Belang
17
Bagian 17 Bertemu Gigit
18
Bagian 18 Penjaga Setia
19
Bagian 19 Dalam Kerumitan Matematika
20
Bagian 20 Kembali ke Gembok
21
Bagian 21 Kebaperan yang Hakiki
22
Bagian 22 Digetok Tusuk Konde
23
Bagian 23 Ojek Handsome
24
Bagian 24 Merayu Guru Kesayangan
25
Bagian 25 Persahabatan, dan Perjalanan Jalur Selatan
26
Bagian 26 Golok, atau Sendal
27
Bagian 27 Cewek Indigo
28
Bagian 28 Lee Min Hoo Mah Lewat
29
Bagian 29 Princes Lapangan
30
Bagian 30 Penyelidikan Awal
31
Bagian 31 Persaingan Semakin Panas
32
Bagian 32 Takut Jatuh Cinta
33
Bagian 33 Jatuh Cinta Kepada Penghuni Tusuk Konde
34
Bagian 34 Terkungkung Perjanjian
35
Bagian 35 Kejamnya Penolakan
36
Bagian 36 Dianggap Pecapacor
37
Bagian 37 Kesurupan Masal
38
Bagian 38 Hikmah di Balik Kesurupan Masal.
39
Bagian 39 Melipirkan Rasa Kedua Kali
40
Bagian 40 Hangat Untuk Semua Orang
41
Bagian 41 Lelaki Patah Hati
42
Bagian 42 Sowan Kedua Kalinya
43
Bagian 43 Hati yang Terpotek
44
Bagian 44 Kehadiran Marvel
45
Bagian 45 Menjalani Hukuman
46
Bagian 46 Renungan Sang Guru
47
Bagian 47 Jengkol vs Petai
48
Bagian 48 Teror Penculikan
49
Bagian 49 Meneror Peneror
50
Bagian 50 Menyergap Penculik Gagal
51
Bagian 51 Tumor Otak Stadium 1
52
Bagian 52 Tidur Tampan Sang Pangeran
53
Bagian 53 Menunggu Perintah
54
Bagian 54 Kehadiran Tante Dina
55
Bagian 55 Trek-Trekan Ala Zainal
56
Bagian 56 Dia yang Selalu Ada
57
Bagian 57 Ibunya Sadar, Dale Terpental
58
Bagian 58 Roti Bakar Kombinasi Rasa
59
Bagian 59 Sepupu Terketus
60
Bagian 60 Mengeroyok Biang Kerok
61
Bagian 61 Teka-Teki Persembahan Lyla
62
Bagian 62 Lempar Kacang Bawang
63
Bagian 63 Penculikan Kedua
64
Bagian 64 Aksi Penyelamatan
65
Bagian 65 Berkunjung ke Kampung, Menuju Gunung
66
Bagian 66 Bertemu Kelompok Zigonk
67
Bagian 67 Kesambet Zigonk
68
Bagian 68 Menginap, Mengendap
69
Bagian 69 Duo Bidadari Bangun dari Tidur
70
Bagian 70 Dejavu
71
Bagian 71 Tersentuh Penyusup Subuh
72
Bagian 72 Ritual Pembebasan
73
Bagian 73 Reuni Kecil-Kecilan dengan Mantan Juragan Kecil
74
Bagian 74 Meminta Hak (Warisan)
75
Bagian 75 Gagal Berdosa
76
Bagian 76 Pulang
77
Bagian 77 Ancaman Maut
78
Bagian 78 Princes dan Anak Angon
79
Bagian 79 Rahasia Besar
80
Bagian 80 Luka Tak Berdarah
81
Bagian 81 Laporan Tidak Diterima
82
Bagian 82 Menginap di Hotel Berbintang
83
Bagian 83 Kehilangan Gigit
84
Bagian 84 Kejar-kejaran
85
Bagian 85 Kabar, Resah, dan Gelisah
86
Bagian 86 Ibu Berwasiat, Pembantu Dipecat
87
Bagian 87 Mandiri
88
Bagian 88 Antara Bogor, dan Malaysia
89
Bagian 89 Penampakan Bodyguard Tampan
90
Bagian 90 Duo Kepompong Hidup
91
Bagian 91 Dijemput Aparat
92
Bagian 92 Di Balik Jeruji Besi
93
Bagian 93 Anak Angon Saba Kota
94
Bagian 94 Nona Tanpa Wadah Susu
95
Pengumuman
96
Bagian 95 Teka-teki Anak Tiri
97
Bagian 96 Pagi yang Pedas
98
Bagian 97 Penawaran Pihak Lawan
99
Bagian 98 Melawan dengan Elegan
100
Bagian 99 Game Over
101
Bagian 100 Pesta Kebebasan
102
Bagian 101 Dodo dan Gigit Menghilang
103
Bagian 102 Andrea Lempar Bom, Gigi Menembak
104
Bagian 103 Menagih Janji
105
Bagian 104 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!