Bagian 2 Obrolan di Meja Makan

Andrea mendapati ibu dan uaknya di ruang makan.

“Hayu geulis sarapan dulu, mumpung masih hangat!” Bu Nisma tersenyum, membereskan rambut Andrea yang jatuh tidak beraturan di bahunya. Terlihat sangat menyayangi keponakan satu-satunya itu.

“Iya, Ua.”

"Tidak terasa ya sudah mau pulang lagi, padahal Ua masih kangen." Bu Nisma menyendok nasi.

"Tenang, Ua, kan liburan semester depan aku kesini lagi." Andrea mulai melahap nasi goreng kesukaannya.

"Iya, hobinya kan merepotkan." Yuli menyindir anak gadisnya.

"Yeyy, Ibu mah sirik aja."

"Emang iya kan? Kamu di sini pasti membuat repot," ujar Yuli.

"Ngga kok, Andrea juga suka bantuan Ua kok," bela Bu Nisma.

Andrea tersenyum, tapi bingung.

"Bantu apa?" tanya Yuli.

"Bantu menghabiskan stok terasi," kata Bu Nisma sambil tertawa. Diikuti ibunya.

Andrea merengut karena ditertawakan ibunya.

Dodo lewat.

"Aa ...." Andrea menyapa. Dia tidak pernah menganggap kejutekan Dodo jadi sesuatu yang akan merenggangkan hubungan mereka. Baginya hubungan keluarga ini adalah hal yang istimewa.

Dodo tidak peduli, dia masuk ke kamarnya. Lalu keluar lagi, menyambar kunci motor.

“Mau ke mana lagi, Do? Sebentar, Ibu mau bicara.” Bu Nisma bicara.

Mau tidak mau Dodo berhenti. "Bicara apa?" tanyanya, sambil melipat tangan jaketnya. Rambut spike di kepalanya membuat wajahnya terlihat semakin ganteng.

"Ada yang mau Mbu bicarakan," ujar Bu Nisma.

Dodo menyeret kursi meja makan, lalu duduk.

“Enak, ngga, A dijegal?" tanya Andrea. Seperti biasa, mengajaknya bercanda, walau tidak pernah ditanggapi.

Dodo tampak kesal mendengar Andrea bertanya. “Jadi kita rapat, Mbu? Kok mendadak, enggak dari kemarin-kemarin?” Dodo tidak menggubris pertanyaan Andrea.

“Ini tidak mendadak, sudah dipikirkan Mbu sejak lama, tapi baru diberi kesempatan saja berkumpul sekarang.”

“Ooh, ada apa sih, serius pisan, penting pisan, ya?” Dodo bicara dengan nada konyol.

“Do! Dengarkan dulu Mbu ngomong!” ucapan Bu Nisma meninggi.

“Iya nih, dengar dulu saja, Aa. Aku juga sibuk, biasa aja.” Andrea menyeletuk, entah kenapa dia senang sekali melihat wajah sepupunya itu kesal berlipat-lipat. Ada lucu-lucunya gitu.

“Sibuk manja aja bangga,” gumam Dodo.

“Daripada bangga ngejomlo," sahut Andrea, lidahnya melet. Tetapi Dodo malah semakin kesal.

“Mulai deh, Ndre!” Yuli melotot ke arah Andrea, ngeri juga melihat Dodo yang terlihat kesal ke Andrea.

“Apa, wekk ....” Andrea malah menantang tatapan Dodo.

“Andrea Indah Sari, bisa diam kan?" Yuli bicara sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak gadisnya itu.

“Sudah-sudah!" Suara lembut Bu Nisma menjadi pengurai.

Andrea dan Dodo yang mulai memasang wajah perang segera menghentikan aksi mereka.

"Begini, mumpung ada Yuli dan Andrea di sini, sebenarnya ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada kalian, sekalian Dodo juga.” Bu Nisma berhenti bicara, menarik nafas dalam-dalam.

"Duh, aku kok jadi deg-degan." Andrea menatap wajah Bu Nisma, ibunya, dan Dodo bergantian.

"Ndreee ...." Yuli menyimpan telunjuk di mulutnya. Andrea buru-buru menyumpal mulutnya dengan kerupuk, tetapi suasana malah jadi janggal, suara kerupuk beradu dengan giginya memecah ketegangan.

Kresss ... Kresss ....

Bu Nisma menunggu Andrea menghabiskan kerupuknya.

“Selama ini kita tidak pernah membahasnya, dan kalian juga sepertinya tidak terlalu mau tahu, tapi sepertinya sekarang saatnya kita membicarakan warisan Bapak."

"Oohh." Dodo tersenyum sinis. "Warisan rupanya, bener tuh, bagi-bagi saja, biar semuanya jelas, dan kita hidup masing-masing."

"Aldo Pribadi! Diam dulu kalau Mbu sedang bicara!" Sekarang giliran Bu Nisma menegur anaknya.

Aldo terdiam, tetapi wajahnya masih jutek sejutek-juteknya.

"Terus terang saja, peninggalan Aki sekarang tidak terurus. Kolam kering, sawah disewakan, kebun sudah mirip leuweung geledegan, penggilingan padi jarang beroperasi. Kalian tahu sendiri, Aki paling tidak suka kebun yang tidak terawat, sawah tidak menghasilkan, apalagi binatang peliharaannya punah. Saya dan Dodo ternyata tidak sanggup mengurus peninggalan orang tua.” Bu Nisma bicara dengan suara parau, seperti menahan tangis.

Andrea menghentikan menyendok nasi di piring. Yuli menunduk, sedangkan Dodo memandang ke luar jendela kaca. Pikirannya entah ke mana.

“Maka dari itu, lebih baik kita jual saja, hasilnya kita bagi saja menurut pembagian tata cara agama kita," lanjut Bu Nisma.

Tidak ada yang bicara. Hanya ada suara sendok Andrea yang mulai beradu lagi dengan piring.

Andrea baru sadar, dia pemecah hening, lalu segera melanjutkan makan. Dia paling tidak suka suasana mengharukan.

“Jadi Mbu mau menjual warisan Aki?” akhirnya Dodo bersuara.

“Menurut kamu?"

"Baguslah. Jual saja!"

"Maka dari itu kita bicara sekarang di sini. Peninggalan Aki bukan hanya milik kita, tetapi juga ada hak Andrea."

"Iya, aku tahu. Bagikan saja secepatnya. Setelah itu, kita hidup masing-masing. Bagian Om Danu suruh mereka bawa ke kota." Dodo bangkit dari duduknya.

"Bi Yuli senang bukan?" lanjutnya, menatap Yuli.

Andrea terkejut, Dodo akan bersikap tidak sopan seperti itu kepada ibunya.

"Aa yang sopan ya sama ibuku!" Andrea melotot. Dia tidak mempermasalahkan sikap sepupunya itu terhadapnya, tetapi tidak terima jika ibunya juga dijutekin seperti itu.

"Kenapa? Ada yang salah?" Dodo menggarang.

"Maksud Aa apa?" Andrea berdiri.

"Eeh, apa-apaan ini, kok malah pasea. Stop! Kalian teh sudah besar, tetapi malah kayak anak kecil." Bu Nisma melerai.

"Kalau Mbu mau bagikan warisan Aki, silakan, aku setuju." Dodo masih emosi. "Tetapi rumah ini harus jadi milik kita."

"Sayangnya semua harus dijual, Do. Dan kita juga mungkin akan pindah ke kota," ujar Bu Nisma.

"Mbu apa-apaan sih?" Dodo terkejut. "Ngapain kita pindah, aku ngga mau pindah dari rumah ini!"

"Lho, kan tadi kamu sendiri yang bilang, bagikan saja, susah kan kalau membagikan mentahnya bulat-bulat, tidak akan adil untuk Andrea." Bu Nisma sedikit ngotot, membuat Dodo semakin berang. Ibunya terus saja membela Andrea.

"Pokoknya aku tidak mau pergi dari rumah ini," kata Dodo, matanya berkaca-kaca. Dia masih tidak mau terima, warisan kakeknya punah begitu saja. Dari dulu dia sangat mencintai kakeknya.

Andrea tertegun, dia juga merasakan apa yang dirasakan Dodo.

"Ua, A Dodo benar. Rumah ini jangan dijual. Aku juga tidak mau, pasti Aki juga tidak mau harta warisannya habis begitu saja." Andrea bicara.

Selama beberapa saat tidak ada yang bersuara.

"Terus, kalau warisan Aki tidak dijual, kamu mau mengurus warisan aki? tiap hari keluyuran begitu." Bu Nisma menatap Dodo.

Dodo melengos.

"Mbu tidak akan menjual semua ini kalau kamu atau Andrea mau mengurusnya dengan baik."

“Kok aku, Ua? Aku kan masih sekolah.” protes Andrea.

"Ua kan hanya menawarkan."

"Enggak ah, Aa Dodo saja yang nganggur." Serasa disediakan senapan, Andrea langsung menembak telak Dodo, tetapi yang ditembak sedang tidak mood meladeni adik sepupunya itu, dia mengeluarkan kunci motor dari saku celananya.

Tiba-tiba Dodo berdiri dari meja makan, badannya menggeser kursi seolah sebuah protes. Pelan sih tapi lumayan membuat piring-piring di atasnya berbunyi. “Ya sudah, jual saja! riweuh pisan." Tanpa menunggu lama lagi Dodo pergi ke luar.

“Kamu lihat sendiri kan, Yul? Teteh tidak tahu harus bagaimana lagi melihat kelakuannya ....” Bu Nisma menghela nafas panjang. Yuli tersenyum kecil. Bu Nisma dan Yuli saling pandang.

Tinggal Andrea yang menjadi tidak berselera makan, pikirannya campur aduk, bingung harus bagaimana. Dia pamit ke kamar.

Bagaimanapun mengesalkannya sikap Dodo, dia adalah satu-satunya saudara baginya.

Berbeda dengan dulu, sekarang Dodo semakin menyebalkan. Padahal setiap liburan tiba, tujuan Andrea adalah menemuinya, ingin menghabiskan waktu seperti waktu kecil dulu. Andrea jadi semakin sedih, sekarang Dodo benar-benar tidak menyayanginya lagi.

Kini uaknya akan menjual seluruh warisan, dan mereka pasti akan semakin jauh. Andrea tidak menginginkan itu, keluarga dia dari pihak ayahnya hanya Bu Nisma dan Dodo saja, karena kakek dan neneknya hanya mempunyai dua orang anak saja, ayahnya dan uaknya itu.

“Ndre, udah beres? Ditunggu di depan ya,” panggil ibunya.

Andrea yang masih duduk di pinggir ranjang segera menyambar ranselnya, lalu tergesa memasukkan hoodie dan syal yang berserakan di kasur ke dalam ransel. Andrea gadis cantik, tetapi penganut malas melipat. Dia mengikat rambutnya, lalu kaluar kamar.

Ibunya sudah menunggu di teras, mereka akan berpamitan.

“Jaga diri kalian baik-baik ya.” Bu Nisma memegang pundak Yuli.

“Iya, Teteh juga ya. Jaga kesehatan, jangan terlalu capek dan banyak pikiran. Kapan-kapan kita ke sini lagi.”

Keduanya berpelukan hangat. Tidak seperti Andrea, ketegangan obrolan di meja makan tadi tidak membekas sama sekali di mata mereka.

"Kamu jangan terlalu capek, Yul, lihat sekarang kamu kurusan." Bu Nisma meneliti tubuh adik iparnya. Yuli hanya tersenyum.

Andrea melihat-lihat berkeliling, mencari Dodo. Kalau waktu kecil Dodo suka pundung di dekat kandang ayam, sekarang dia tidak tahu harus mencari kemana, karena kandang ayam kakeknya sudah dipugar menjadi kandang mobil kolbak.

"Si Aa kemana ya?" tanya Andrea.

"Sudah biarin saja, nanti juga kalau lapar dia akan pulang," kata Bu Nisma.

"Kalau begitu, pamitkan saja ya, Teh. Semoga Dodo marahnya tidak berkepanjangan," kata Yuli. "Dan semoga, rencana kita berhasil," bisik Yuli ke telinga Bu Nisma.

"Kamu doain saja," bisik Bu Nisma.

Andrea melihat heran ke arah ibu dan uaknya. Sudah kayak ibu-ibu komplek bergosip.

Bu Nisma melepas kepergian Andrea dan ibunya.

"Hati-hati menyetir," ujarnya, sambil melambaikan tangan.

Sementara itu, sepasang mata Dodo mengawasi gerak mobil dari balik pohon malaka besar, tatapannya menyorotkan kesal, cemburu, dan dendam.

"Rasain tuh peliharaan baru, biar ada mikirnya hidup, Lu. Anak manja," gumamnya. Senyuman sarkas tersungging di bibirnya.

Bu Nisma menjatuhkan bokongnya di sofa, mengurut leher. Bermain drama selama satu minggu lebih membuatnya letih.

Dia mulai menghubungi *badeg*anya.

"Ohen, kembali bekerja, panggil si Ecin. Aku capek sekali."

"Baik, juragan." Terdengar suara Mang Ohen, pegawai setianya.

bersambung

Terpopuler

Comments

Nay⚘

Nay⚘

like part tertinggal kak

2020-09-05

0

❄♌●_●Putri Hαlu●٩ ˘ ³۶♥♌❄

❄♌●_●Putri Hαlu●٩ ˘ ³۶♥♌❄

like rate5

next

2020-08-26

1

Yhu Nitha

Yhu Nitha

like n rate5

2020-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 Libur Telah Usai
2 Bagian 2 Obrolan di Meja Makan
3 Bagian 3 Drama Warisan Keluarga
4 Bagian 4 Penghuni Kelas Angin Ribut
5 Bagian 5 Tamu Tak Diundang
6 Bagian 6 Pembunuh Berantai?
7 Bagian 7 Bertemu Suruhan Leluhur
8 Bagian 8 Mereka Tidak Melihatnya
9 Bagian 9 Tugas Matematika
10 Bagian 10 Sisi Baik VS Sisi Buruk
11 Bagian 11 Diskusi Tidak Bertepi
12 Bagian 12 Nakas dan Rahasia
13 Bagian 13 Belajar Mantra
14 Bagian 14 My Jin Ganteng
15 Bagian 15 Pesta Kucing
16 Bagian 16 Wujud Si Belang
17 Bagian 17 Bertemu Gigit
18 Bagian 18 Penjaga Setia
19 Bagian 19 Dalam Kerumitan Matematika
20 Bagian 20 Kembali ke Gembok
21 Bagian 21 Kebaperan yang Hakiki
22 Bagian 22 Digetok Tusuk Konde
23 Bagian 23 Ojek Handsome
24 Bagian 24 Merayu Guru Kesayangan
25 Bagian 25 Persahabatan, dan Perjalanan Jalur Selatan
26 Bagian 26 Golok, atau Sendal
27 Bagian 27 Cewek Indigo
28 Bagian 28 Lee Min Hoo Mah Lewat
29 Bagian 29 Princes Lapangan
30 Bagian 30 Penyelidikan Awal
31 Bagian 31 Persaingan Semakin Panas
32 Bagian 32 Takut Jatuh Cinta
33 Bagian 33 Jatuh Cinta Kepada Penghuni Tusuk Konde
34 Bagian 34 Terkungkung Perjanjian
35 Bagian 35 Kejamnya Penolakan
36 Bagian 36 Dianggap Pecapacor
37 Bagian 37 Kesurupan Masal
38 Bagian 38 Hikmah di Balik Kesurupan Masal.
39 Bagian 39 Melipirkan Rasa Kedua Kali
40 Bagian 40 Hangat Untuk Semua Orang
41 Bagian 41 Lelaki Patah Hati
42 Bagian 42 Sowan Kedua Kalinya
43 Bagian 43 Hati yang Terpotek
44 Bagian 44 Kehadiran Marvel
45 Bagian 45 Menjalani Hukuman
46 Bagian 46 Renungan Sang Guru
47 Bagian 47 Jengkol vs Petai
48 Bagian 48 Teror Penculikan
49 Bagian 49 Meneror Peneror
50 Bagian 50 Menyergap Penculik Gagal
51 Bagian 51 Tumor Otak Stadium 1
52 Bagian 52 Tidur Tampan Sang Pangeran
53 Bagian 53 Menunggu Perintah
54 Bagian 54 Kehadiran Tante Dina
55 Bagian 55 Trek-Trekan Ala Zainal
56 Bagian 56 Dia yang Selalu Ada
57 Bagian 57 Ibunya Sadar, Dale Terpental
58 Bagian 58 Roti Bakar Kombinasi Rasa
59 Bagian 59 Sepupu Terketus
60 Bagian 60 Mengeroyok Biang Kerok
61 Bagian 61 Teka-Teki Persembahan Lyla
62 Bagian 62 Lempar Kacang Bawang
63 Bagian 63 Penculikan Kedua
64 Bagian 64 Aksi Penyelamatan
65 Bagian 65 Berkunjung ke Kampung, Menuju Gunung
66 Bagian 66 Bertemu Kelompok Zigonk
67 Bagian 67 Kesambet Zigonk
68 Bagian 68 Menginap, Mengendap
69 Bagian 69 Duo Bidadari Bangun dari Tidur
70 Bagian 70 Dejavu
71 Bagian 71 Tersentuh Penyusup Subuh
72 Bagian 72 Ritual Pembebasan
73 Bagian 73 Reuni Kecil-Kecilan dengan Mantan Juragan Kecil
74 Bagian 74 Meminta Hak (Warisan)
75 Bagian 75 Gagal Berdosa
76 Bagian 76 Pulang
77 Bagian 77 Ancaman Maut
78 Bagian 78 Princes dan Anak Angon
79 Bagian 79 Rahasia Besar
80 Bagian 80 Luka Tak Berdarah
81 Bagian 81 Laporan Tidak Diterima
82 Bagian 82 Menginap di Hotel Berbintang
83 Bagian 83 Kehilangan Gigit
84 Bagian 84 Kejar-kejaran
85 Bagian 85 Kabar, Resah, dan Gelisah
86 Bagian 86 Ibu Berwasiat, Pembantu Dipecat
87 Bagian 87 Mandiri
88 Bagian 88 Antara Bogor, dan Malaysia
89 Bagian 89 Penampakan Bodyguard Tampan
90 Bagian 90 Duo Kepompong Hidup
91 Bagian 91 Dijemput Aparat
92 Bagian 92 Di Balik Jeruji Besi
93 Bagian 93 Anak Angon Saba Kota
94 Bagian 94 Nona Tanpa Wadah Susu
95 Pengumuman
96 Bagian 95 Teka-teki Anak Tiri
97 Bagian 96 Pagi yang Pedas
98 Bagian 97 Penawaran Pihak Lawan
99 Bagian 98 Melawan dengan Elegan
100 Bagian 99 Game Over
101 Bagian 100 Pesta Kebebasan
102 Bagian 101 Dodo dan Gigit Menghilang
103 Bagian 102 Andrea Lempar Bom, Gigi Menembak
104 Bagian 103 Menagih Janji
105 Bagian 104 TAMAT
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Bagian 1 Libur Telah Usai
2
Bagian 2 Obrolan di Meja Makan
3
Bagian 3 Drama Warisan Keluarga
4
Bagian 4 Penghuni Kelas Angin Ribut
5
Bagian 5 Tamu Tak Diundang
6
Bagian 6 Pembunuh Berantai?
7
Bagian 7 Bertemu Suruhan Leluhur
8
Bagian 8 Mereka Tidak Melihatnya
9
Bagian 9 Tugas Matematika
10
Bagian 10 Sisi Baik VS Sisi Buruk
11
Bagian 11 Diskusi Tidak Bertepi
12
Bagian 12 Nakas dan Rahasia
13
Bagian 13 Belajar Mantra
14
Bagian 14 My Jin Ganteng
15
Bagian 15 Pesta Kucing
16
Bagian 16 Wujud Si Belang
17
Bagian 17 Bertemu Gigit
18
Bagian 18 Penjaga Setia
19
Bagian 19 Dalam Kerumitan Matematika
20
Bagian 20 Kembali ke Gembok
21
Bagian 21 Kebaperan yang Hakiki
22
Bagian 22 Digetok Tusuk Konde
23
Bagian 23 Ojek Handsome
24
Bagian 24 Merayu Guru Kesayangan
25
Bagian 25 Persahabatan, dan Perjalanan Jalur Selatan
26
Bagian 26 Golok, atau Sendal
27
Bagian 27 Cewek Indigo
28
Bagian 28 Lee Min Hoo Mah Lewat
29
Bagian 29 Princes Lapangan
30
Bagian 30 Penyelidikan Awal
31
Bagian 31 Persaingan Semakin Panas
32
Bagian 32 Takut Jatuh Cinta
33
Bagian 33 Jatuh Cinta Kepada Penghuni Tusuk Konde
34
Bagian 34 Terkungkung Perjanjian
35
Bagian 35 Kejamnya Penolakan
36
Bagian 36 Dianggap Pecapacor
37
Bagian 37 Kesurupan Masal
38
Bagian 38 Hikmah di Balik Kesurupan Masal.
39
Bagian 39 Melipirkan Rasa Kedua Kali
40
Bagian 40 Hangat Untuk Semua Orang
41
Bagian 41 Lelaki Patah Hati
42
Bagian 42 Sowan Kedua Kalinya
43
Bagian 43 Hati yang Terpotek
44
Bagian 44 Kehadiran Marvel
45
Bagian 45 Menjalani Hukuman
46
Bagian 46 Renungan Sang Guru
47
Bagian 47 Jengkol vs Petai
48
Bagian 48 Teror Penculikan
49
Bagian 49 Meneror Peneror
50
Bagian 50 Menyergap Penculik Gagal
51
Bagian 51 Tumor Otak Stadium 1
52
Bagian 52 Tidur Tampan Sang Pangeran
53
Bagian 53 Menunggu Perintah
54
Bagian 54 Kehadiran Tante Dina
55
Bagian 55 Trek-Trekan Ala Zainal
56
Bagian 56 Dia yang Selalu Ada
57
Bagian 57 Ibunya Sadar, Dale Terpental
58
Bagian 58 Roti Bakar Kombinasi Rasa
59
Bagian 59 Sepupu Terketus
60
Bagian 60 Mengeroyok Biang Kerok
61
Bagian 61 Teka-Teki Persembahan Lyla
62
Bagian 62 Lempar Kacang Bawang
63
Bagian 63 Penculikan Kedua
64
Bagian 64 Aksi Penyelamatan
65
Bagian 65 Berkunjung ke Kampung, Menuju Gunung
66
Bagian 66 Bertemu Kelompok Zigonk
67
Bagian 67 Kesambet Zigonk
68
Bagian 68 Menginap, Mengendap
69
Bagian 69 Duo Bidadari Bangun dari Tidur
70
Bagian 70 Dejavu
71
Bagian 71 Tersentuh Penyusup Subuh
72
Bagian 72 Ritual Pembebasan
73
Bagian 73 Reuni Kecil-Kecilan dengan Mantan Juragan Kecil
74
Bagian 74 Meminta Hak (Warisan)
75
Bagian 75 Gagal Berdosa
76
Bagian 76 Pulang
77
Bagian 77 Ancaman Maut
78
Bagian 78 Princes dan Anak Angon
79
Bagian 79 Rahasia Besar
80
Bagian 80 Luka Tak Berdarah
81
Bagian 81 Laporan Tidak Diterima
82
Bagian 82 Menginap di Hotel Berbintang
83
Bagian 83 Kehilangan Gigit
84
Bagian 84 Kejar-kejaran
85
Bagian 85 Kabar, Resah, dan Gelisah
86
Bagian 86 Ibu Berwasiat, Pembantu Dipecat
87
Bagian 87 Mandiri
88
Bagian 88 Antara Bogor, dan Malaysia
89
Bagian 89 Penampakan Bodyguard Tampan
90
Bagian 90 Duo Kepompong Hidup
91
Bagian 91 Dijemput Aparat
92
Bagian 92 Di Balik Jeruji Besi
93
Bagian 93 Anak Angon Saba Kota
94
Bagian 94 Nona Tanpa Wadah Susu
95
Pengumuman
96
Bagian 95 Teka-teki Anak Tiri
97
Bagian 96 Pagi yang Pedas
98
Bagian 97 Penawaran Pihak Lawan
99
Bagian 98 Melawan dengan Elegan
100
Bagian 99 Game Over
101
Bagian 100 Pesta Kebebasan
102
Bagian 101 Dodo dan Gigit Menghilang
103
Bagian 102 Andrea Lempar Bom, Gigi Menembak
104
Bagian 103 Menagih Janji
105
Bagian 104 TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!