[Kenapa.......aku bermimpi itu lagi?] Batin Eldania.
Setelah bangun dari tidur pendeknya lagi, dia mengeluh dengan mimpi yang dia lihat adalah mimpi yang sama seperti sebelumnya. Dimana di dalam mimpinya dia hanya melihat separuh wajah bagian bawah dari seseorang yang terdiam membisu seperti sedang menatap ke arahnya.
Tapi tidak cukup sampai disitu saja.
Eldania terus-menerus mendapat tangan kanannya bersimbah berdarah dan kemudian tangannya itu menyentuh wajah seseorang itu.
Sehingga membuat wajah dari orang tersebut ikut ternodai oleh darah yang ada di tangannya.
[Siapa? Dan kenapa mimpi ini terlalu aneh? Jika dilihat dari sudut pandang mimpinya, itu adalah tanganku. Tapi....apa itu ramalan? Apa aku suatu hari nanti akan mati karena seseorang?] Eldania duduk sambil menunduk ke bawah.
Ketika tangan kirinya memegang dahinya, dia menatap tangan kanannya yang terus dibayangi darah, darah merah seperti di dalam mimpinya itu.
"Apa anda baik-baik saja?"
Eldania kemudian langsung menatapnya dengan tatapan malas. "Apa aku terlihat baik-baik saja?" Balik tanya kepada burung hantu itu dengan ketuanya. "Sudahlah, berapa lama lagi agar bisa sampai ke kota Dilshade?" Tanya Eldania setelah menghela nafas pendek. Dia berusaha untuk mengalihkan pikirannya soal mimpi yang baru saja Dania dapatkan.
"Jika anda terus menggunakan jalur udara, paling singkat adalah empat hari. Jika saja anda menggunakan sihir teleportasi, itu akan mempersingkat waktu anda. Kenapa anda tidak melakukannya?" Tanya sang burung hantu.
Mendengar hal tersebut, Eldania segera menjawab. "Aku bukannya tidak mau cepat sampai ke sana, tapi menikmati perjalanan ini dengan mata kepalaku sendiri itu lebih menyenangkan. Aku jadi melihat apa yang belum pernah aku lihat selama ini. Lagi pula, langsung sampai ke sana, tidak ada seru-serunya." Jelas Eldania dengan panjang lebar.
[Bilang saja tidak bisa menggunakan teleportasi.] Pikir Everst. Dalam hatinya dia menertawakan sebuah bualan yang terlontar dari mulut wanita ini.
Tapi disisi lain...
Eldania melirik ke arah burung di sebelahnya ini, yang sedang dalam wujud besar dan masih mendedikasikan tubuhnya sebagai tempat hangat untuk Dania tidur dari malam tadi.
[Aku sebenarnya tidak berharap bisa cepat sampai, tapi aku juga tidak akan memaksa Everst terus terbang sampai seharian terus. Sebaiknya hari ini, jalan kaki saja dulu. Aku juga lelah jika hanya duduk terus di punggungnya.] Eldania kemudian merangkak keluar dari dalam sayap Everst sambil berbicara. "Hari ini aku akan jalan kaki. Everst, kau bisa istirahat saja di bahuku." Perintah Dania kepada Everst ini.
"Terdengar seperti sedang mengkhawatirkanku." Jawab Everst sembari menutup matanya beberapa detik, lalu saat kembali membuka kelopak matanya, dia langsung menatap ke arah gadis ini dengan intens. Membuat sosok dari perempuan yang baru bangun tidur ini terpantul di iris matanya.
Eldania yang balik menatap mata elang itu mulai mengulurkan tangan kanannya ke depan dan mulai menyentuh wajah burung ini dengan lembut.
"Tentu saja. Aku tidak mungkin membuatmu kerja rodi." Menarik tangannya kembali, Eldania juga menatapnya sesaat. Saat melihat pantulan wajahnya sendiri dari mata Everst, Eldania langsung dibuat tertegun, sehingga dia segera balik badan dan memunggungi burung ini.
Meskipun Everst adalah seekor burung yang bisa bicara dan punya pemikiran seperti seorang manusia, kadang kala ada saatnya Eldania merasa tidak enak dengan makhluk ini, karena bantuannya kadang kala sering membuatnya dalam bahaya.
Seperti kejadian yang terakhir kali.
Itu sampai membuat Everst terluka parah dan berada di titik di mana tubuhnya dalam kondisi tidak adanya kehidupan.
Dalam artian mati.
Sejak saat itulah Eldania merasakan sebuah kehilangan?
[Entahlah. Aku tidak tahu itu perasaan apa, tapi di dalam hati rasanya seperti sepi. Aku merasa sepi kalau tidak ada dia. Maka dari itu saat ini, aku akan memperlakukannya dengan lebih baik lagi.] Ungkap Dania di dalam hatinya. Dia tersenyum tipis dalam diam dan di dalam sana ada rasa geli menggelitik di dalam dirinya jika melihat Everst dari dekat. [Karena dia seekor burung, aku jadi benar-benar bertambah menyukainya.]
Eldania menghela nafas kasar, dia sangat tidak yakin pada hatinya bahwa sekarang ini apakah pada dasarnya memang seperti ini?
Menyukai seekor burung?
[Apakah aku sudah mulai menjadi seorang maniak?] Jika sudah bertemu dengan Everst, dia merasa tidak bisa mengalihkan pandangannya dan terus ingin membelai bulunya yang menawan itu.
Eldania menggeleng pelan dengan mata tertutup rapat, dia berusaha mengalihkan pikirannya itu.
Dengan langkah pelan Eldania pun berjalan untuk mengambil tas selempang kecil yang diletakkan di samping batang kayu dan mengeluarkan beberapa buah yang sempat dia petik dan simpan ke dalam tas-nya.
Sebelum pergi, dia pun makan seorang diri karena dua hewan di belakangnya itu mana mungkin makan buah.
[Ngomong-ngomong aku butuh uang tambahan.] Melirik ke arah tas kecil di sebelahnya. Sebuah bungkusan kecil berisi logam yang disebut uang. Eldania menginginkan uang tambahan untuk berjaga-jaga kalau dia punya sesuatu yang ingin dibeli tapi harganya mahal ataupun sekedar sekali-kali tidur di hotel.
Dalam misinya untuk menikmati hidup, dia menginginkan semua hal yang ada di dunia ini. Dari menjadi seorang bangsawan, seorang rakyat biasa, pengusaha, menjadi tentara bayaran, intinya yang memungkinkan dirinya mendapatkan sejumlah uang agar bisa cepat-cepat menutupi seratus juta emas itu!.
Eldania bukan orang yang tahan jika sudah punya hutang, jadi sekalinya pergi setidaknya punya sambilan untuk menghasilkan uang juga. Seperti saat ini, dia berusaha untuk memungkinkan dirinya menemukan sebuah pikiran untuk menghasilkan uang di sela-sela perjalanan panjangnya.
Uang adalah segalanya dan segalanya butuh uang.
Sebuah filosofi bahwa semua yang ada selalu berhubungan dengan uang.
Maka dari itu, tujuannya hari ini akan menyimpang dari tujuan awal, yaitu mencari uang!
[Uang!] Mengepal tangannya dengan erat. Eldania sudah bertekad betul karena kebebasannya yang sudah dia miliki, maka keinginannya harus diwujudkan. Karena kali ini tidak akan ada yang menghalangi langkahnya lagi seperti kehidupan lalu.
KUU~ ?
Burung hantu ini bingung dengan tingkah gadis ini yang sering-seringnya tidak terduga, sedangkan Everst sudah kembali ke ukuran normal dengan sosoknya yang kecil dan bisa bertengger di bahu gadis ini.
[Aku dengar guild adalah tempat untuk menerima sebuah permintaan, mungkin dari sana aku bisa tahu cara mendapatkan uang paling banyak.] Eldania mengangguk-angguk tanda setuju.
Dania sejujurnya penasaran bagaimana dan seperti apa itu Guild?
Jadi kali ini dia akan mencoba mencari sebuah peruntungan dari sana.
Dania ingin menemukan seperti apa pekerjaan yang bisa dia lakukan?
____________________
DRAP.........
DRAP........
DRAP........
SYUHT.......
Dia melompat dari satu pohon ke pohon lain.
Demi menghemat sedikit waktu agar bisa sampai ke kota selanjutnya yang bisa dijadikan tempat singgah sekaligus tempat untuk mencari secercah uang, Dania melakukannya dari setengah jam yang lalu.
Baru kali ini dia bisa merasakan kebebasan di dalam hutan tanpa seorang pun kecuali dirinya.
"Tadi bilang mau jalan kaki." Peringat Everst. Tidak sesuai dengan pernyataan yang dia dapatkan dari gadis ini, jadi hasilnya sekarang dia harus terbang mengikuti kecepatan Eldania yang terus berlari dan melompat seperti.
"Aku cuma berubah pikiran, ............"
TAP.....
Berhenti di satu pohon dan berdiri untuk mengamati keadaan sekitar.
"Ada baiknya bisa cepat sampai ke kota berikutnya, yang penting hari ini jadwalmu hanya tidak membawaku terbang dengan tubuhmu, dengan kata lain istirahat saja sana!" Jelas Eldania tanpa menatap lawan bicara yang kini sedang bertengger tepat di atasnya.
Benar!
Kali ini sesuai dengan tujuannya yang sedikit menyimpang, Eldania akan singgah ke salah satu kota terdekat untuk tidur di tempat layak sekaligus mendapatkan uang tambahan.
"Apa tujuanmu di kota?" Tanya Everst.
Eldania hanya memberikan sebuah senyuman masam, lalu menjawabnya. "Mana mungkin singgah di hutan terus, aku mau mencari uang."
"Kenapa tidak ambil saja uang dari gudang harta milik manusia itu?" Everst bertanya sesuai dengan kebenaran, bahwa pria bernama Deon yang menyatakan Eldania dijadikan sebagai adik angkat adalah orang yang cukup kaya raya. Bahkan Everst sebenarnya tahu, bahwa di bawah tanah ada satu gudang hampir seluas bangunan istana, adalah harta berisi emas yang terbengkalai karena tertumpuk begitu saja.
"Aku mana sudi mengambil uangnya, aku bukan pencuri dan malas minta uang sekalipun dia mengangkatku sebagai adiknya." Celetuk Dania.
[Dia punya kepribadian yang buruk. Harusnya dia memanfaatkan kekayaan orang itu, tapi malah memilih kebiasaan lamanya untuk bisa hidup mandiri terus.] Everst tidak akan menghentikan apa yang ingin dilakukan gadis ini, karena bagaimanapun Eldania, dia selalu menginginkan hal yang diinginkan dengan usahanya sendiri.
Cukup bagus karena usaha dari diri sendiri akan menghasilkan sebuah kepuasan. Namun bagi Everst, dia akan selalu memanfaatkan apa yang dia temukan. Seperti yang terakhir kali saat berada di istana milik ratu hutan yaitu Darayad, dia meminta batu 'Mana' yang di mana, untuk sebagian besar orang batu itu adalah batu yang cukup langka. Tapi Everst justru bisa mendapatkannya secara cuma-cuma adalah suatu keberuntungannya.
"Apa ada yang salah dengan pendapatku tadi?" Tanya Eldania, sedikit terheran kenapa burung ini tiba-tiba mengutarakan hasutannya. Eldania mendarat ke tanah lalu celingukan ke arah ke kiri dan ke kanan, dia terus mengambil langkah maju lagi.
"Tidak ada. Hanya menyayangkan kesempatanmu menjadi adik angkat manusia itu." Jawab Everst.
Eldania hanya terdiam, dia memang menyayangkan kesempatan di mana pria yang sudah berusaha mengangkat dia menjadi adiknya justru tidak memanfaatkan kekayaannya. Tetapi itulah kepribadiannya, Eldania bukan tipe orang yang akan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya pada orang yang sudah banyak memberikan kebaikan kepada nya.
Baginya, hidup di istana layaknya seorang tuan putri saja sudah sangat menguntungkan. Mendapatkan jatah makanan yang enak, baju yang bagus, tempat tidur yang empuk dan suasana yang menyenangkan di antara para pekerja dari istana Scneider.
"Kita memasuki wilayah Helion." Beritahu burung hantu ini kepada mereka.
Kata ' Helion ' langsung menarik segala pemikiran Eldania terhadap Deon.
"Helion?" Eldania masih melangkah kakinya sambil membuat wajah berpikir. "Sepertinya aku pernah dengar. Karena kita mengambil jalur sedikit ke arah utara, udaranya mulai dingin."
Buktinya dengan tiap nafas yang dia ambil, maka uap air lah yang keluar. Ada alasan khusus kenapa Eldania tidak mengambil jalur lurus dari timur langsung ke barat, itu adalah karena jika dia menggunakan jalur tersebut dengan jalur udara, dia hanya akan menemukan laut biru saja.
Itu sudah tergambar di sebuah peta yang sudah pernah Eldania lihat. Jadi akan sangat sulit untuk mendapatkan waktu untuk istirahat.
Maka dari itu, satu-satunya jalan yang pas untuk pergi ke kota Dilshade adalah dengan sedikit memutar. Harus memakan waktu yang sedikit lebih lama, tapi itu jauh lebih baik agar dia sendiri dapat mengenali berbagai tempat di wilayah yang dia lalui dengan mata kepalanya sendiri.
Setidaknya dengan begitu dia akan tahu seperti apa medan yang dia lalui, sekaligus bagaimana caranya untuk melewatinya. Itu juga merupakan pengetahuan dan mencoba membuat pengalaman baru, jadi seperti inilah keputusannya.
Melihat di depannya ada halangan kecil yaitu sebuah jurang yang memiliki kedalaman 25 meter, dia langsung mengambil langkah pertamanya. Eldania berlari dan....
WUSSHH.........
"Anda ternyata orang yang gila." Burung hantu ini tidak mengerti kenapa gadis itu malah nekat melompat begitu saja, padahal ada burung peliharaannya yang bisa membantunya turun dengan lebih mudah serta lebih efisien.
Eldania tersenyum lebar sembari menahan debaran jantungnya yang terus berdetak kencang karena langsung melompat dari ketinggian seperti itu tanpa pikir panjang.
"Ahaha....inilah yang namanya menguji adrenalin!" Langsung menerjang begitu saja, Eldania bisa merasakan angin dan aroma udara yang sedikit berbeda karena sekarang dia jadi mulai memasuki kawasan yang sedikit berbeda.
Ada tercium aroma hutan, tapi di satu sisi aroma tersebut tercampur dengan aroma terbakar. Seperti...
[Aroma daging bakar?!] Eldania semakin tertarik dengan bau enak itu. Dia berpikir, keberadaannya sudah mulai lebih dekat menuju sebuah pemukiman. Maka dari itu dia lebih bersemangat dari sebelumnya, dan membuatnya semakin mempercepat gerakannya.
Dia mendarat dari satu ranting pohon, ke satu ranting pohon yang ada di bawahnya. Sampai akhirnya dia bisa mendarat dengan selamat, lalu kemudian dia melanjutkan tujuannya dengan kembali berlari.
Sebuah perbedaan dasar dari sebuah zaman. Kebanggaannya adalah dia bisa menggunakan sihir di dunia ini. Eldania yang sangat menyukai kekuatan sihir yang sering ditonton di film akhirnya bisa dipraktekkan di sini.
Dan itulah kesenangannya. Bisa menggunakan kekuatan sihir yang sejujurnya bisa dia kembangkan sendiri sesuka hatinya.
SYUHHT........
SYUHT.........
"Dari sini kalian bisa pergi." Pinta Eldania dengan singkatnya.
Awalnya ke dua burung ini saling melirik satu sama lain, mereka berdua tahu kalau ucapannya tadi dalam artian agar mencegah gadis ini menjadi bahan sorotan mata. Maka dari itu, Everst dan burung hantu itu pun segera mengalihkan rutenya naik ke atas dan berpencar.
Sedangkan Eldania kini dia pergi seorang diri. Dia melanjutkan perjalanannya sendirian demi tidak menjadi pusat perhatian jika kedua burung itu dengan dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments