...Empat tahun yang lalu....
...Kehidupan sebelumnya....
...Saat malam yang gelap jauh lebih biru dari yang sekarang....
Di bawah langit malam, kegelapan hutan tidak lebih mengerikan ketimbang kehadiran derap suara langkah orang-orang yang terus berlari.
Suara tembakan demi tembakan tidak pernah lepas dari kehadiran mereka yang terus berusaha untuk mengejar seseorang di depan jauh sana.
Jika hari ini adalah siang hari, maka terlihat sudah bahwa sekelompok orang yang terdiri dari puluhan pria ini memakai setelan celana dan jas berwarna hitam. Tetapi apa yang di bawa di tangan masing-masing dari orang ini tidak lain adalah pistol.
Sampai akhirnya, suara tembakan kembali terdengar.
DORRR......!
Peluru yang keluar dengan melesat sangat cepat justru hanya mengenai salah satu batang pohon yang dijadikan tempat berlindung dari orang yang sedang mereka kejar.
Seakan itu adalah tembakan peringatan bahwa orang yang dijadikan target perburuan mereka malam ini untuk segera berhenti.
"Alinda!" Panggil pria ini dengan sedikit lantang.
Setelah keluar dari bayangan hitam dari deretan pohon, pria tinggi dengan tubuh dibalut sebuah mantel hitam ini, dia terus berjalan ke depan dan berhenti tepat di jarak kurang dari dua puluh meter dari satu-satunya orang yang menjadi alasannya berada di dalam hutan ini. Seseorang yang kini sedang berdiri di balik pohon jauh di depan sana.
Sedangkan pemilik dari nama ini segera menjeling ke samping kanan belakang dan bertanya. "Ada apa?" dengan kedua tangan sudah bersiap dengan pistolnya sendiri.
"Setelah sekian lama tidak menerima kabar darimu, akhirnya kita bertemu. Alinda......ada satu pertanyaan yang terus menggangguku, apa alasanmu keluar dari organisasi? Apa kau tahu, aku masuk juga karenamu, tapi kenapa kau tiba-tiba keluar?" Tanya pria muda awal dua puluh tahunan ini kepada seorang wanita yang masih bersikap siaga di balik pohon sana.
Sepuluh orang pria lainnya hanya berdiam diri memberikan waktu laki-laki yang statusnya lebih tinggi dari mereka ini berbicara pada wanita yang bersangkutan. Namun tangan mereka tidak pernah lepas dari memegang senjata mereka.
"Kau tanya karena penasaran?" tanya Alinda dengan keringat sudah mulai membanjiri wajah lelahnya.
Apa alasan mereka termasuk satu pria itu datang dan mengejar-ngejarnya?
Apa lagi kalau bukan mereka sedang mengejar seorang buronan. Dan itu adalah dia sendiri....
Alinda.
Maka dari itu bagi Alinda hari ini adalah hari yang cukup sial. Padahal hari ini adalah hari di mana dia sedang mengikuti outdoor training, tapi siapa yang menyangka bahwa deretan orang-orang yang sedang berdiri di belakangnya itu adalah orang-orang yang sebenarnya harus dihindari.
Karena mereka semua berasal dari satu organisasi yaitu mafia.
Dan Alinda?
Dia hanyalah seorang gadis yang baru menginjak umur sembilan belas tahun, dia sedang mengikuti outdoor training karena sekarang dia baru saja masuk dalam organisasi pemerintah, yaitu militer angkatan darat.
Tetapi siapa yang akan mengira bahwa sebenarnya Alinda adalah satu-satunya orang yang memiliki latar belakang paling gelap di antara mereka semua. Namun sekarang, dia hanyalah seorang mantan mafia dari organisasi yang biasa bergerak di malam hari itu.
Tetapi hari ini dia sedang bernasib buruk.
Orang-orang ini sekarang sudah berhasil menemukan dia setelah satu tahun ini berhasil sembunyi dengan baik. Tapi sebaik-baiknya Alinda sembunyi dan menghindari pengawasan dari mereka serta mantan bos-nya, ia sudah tahu bahwa suatu saat pasti akan ada momen di mana dia akan ketahuan juga.
Dan itu adalah hari ini.
Sedangkan pria muda si pemilik rambut pirang dengan iris mata biru itu adalah hanya salah satu di antara beberapa orang yang pernah Alinda selamatkan dari beberapa kasus yang pernah Alinda tangani sendiri. Dan pria ini sekarang ada di sini juga tidak lain sebab perintah dari bos-nya.
"Tentu saja."
Alinda melihat wajah pria itu sedang diliputi rasa penasaran, membuatnya mau tidak mau harus menjawab.
"Aku keluar dari sana, cuma karena ingin." jawab Alinda singkat membuat pria itu terdiam sejenak. "Sekalipun bos memerintahmu untuk menyeretku dengan paksa karena dulu kau adalah orang yang paling dekat denganku, aku akan tetap dengan pendirianku. Apa ada yang salah jika aku tiba-tiba keluar? Jadi tidak perlu mengatakan kau masuk karena ku, seolah aku yang menyuruhmu ikut masuk menjadi seorang mafia. Atau aku yang salah mengira, kau tiba-tiba masuk demi mengikutiku karena satu alasan lain?"
" ................ " Pria ini terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Benar. Sebenarnya aku masuk sebab aku ingin bisa bersamamu karena aku menyukaimu. Tapi belum satu tahun aku bekerja di sana, kau tiba-tiba keluar" Pungkas pria ini dengan cepat. Sebuah ekspresi serius ditunjukkan dari wajah tampannya.
[Blak-blakan sekali dia.] Hal itu membuat Alinda menghela nafas sejenak, dia berusaha mengatur pikirannya dan kembali menjawab. " ..................., Ernald, itu hakmu. Seseorang punya hak untuk menyukai orang yang disukainya. Tapi rasa sukamu padaku itu terasa seperti dia. " Lalu Alinda menjeling ke arah Ernald lagi. "Bos menyukaiku karena aku adalah orang bisa dimanfaatkan dengan sangat baik. Dan kamu, menyukaiku adalah bentuk dari rasa tertarik seorang pria yang suka wanita, memang sih.......terdengar ada perbedaan, tapi......aku tidak punya perasaan yang sama denganmu. Sebab semua perasaan ini terus menganggap bahwa tujuan pria itu sama saja, manfaat dan memanfaatkan. Apa jawabanku memuaskan rasa penasaranmu?"
Tidak ada yang tidak pernah dia rasakan dan dia lihat. Semua hal yang berhubungan antara pria dan wanita yang saling menyukai, Alinda mengetahuinya dengan jelas.
Baginya, pria adalah keberadaan yang melengkapi dari keberadaan seorang wanita. Tetapi di dunia ini, di zaman seperti ini kata 'Menyukai' tidak lebih dari sebuah obsesi belaka.
Itulah kenyataan dari sudut pandang perempuan ini.
"Tuan." satu panggilan dari salah satu orang di sekitarnya segera menarik segala pemikiran pria yang di panggil tuan dan di panggil Ernald oleh Alinda.
"....................., jadi begitu ya?" sepasang matanya sekilas berubah menjadi sendu. sambil menatap gadis di depan sana, Ernald memberikan senyuman tipis yang bahkan hampir seperti tidak ada senyuman, karena langsung menghilang begitu saja.
" ...................." Membuat mereka berdua akhirnya melakukan kontak mata untuk beberapa waktu yang sangat singkat itu.
"Aku cukup puas, bisa mendengarnya langsung darimu. Dan puas rasanya........mengetahui sudut pandangmu tentangku" Kata Ernald lagi.
Namun ekspresi wajah apa yang bisa diberikan Ernald kepada perempuan ini, tidak lain adalah wajah sedih penuh dengan rasa kecewa. [Apa aku salah?] batin Alinda.
Menyembunyikan kembali tubuhnya dari balik pohon, di saat itulah ketika salah satu tangan Ernald terangkat semua anak buahnya kembali beraksi.
"Tangkap dia." Perintah Ernald dengan sorotan mata yang seolah terus tenggelam dalam kegelapan, wajah dinginnya pun menjadi jawabannya. Mau tidak mau melanjutkan tugasnya yang tadi sempat tertunda karena sebuah perbincangan.
"................!" Mendengar sebuah perintah untuk menangkapnya, Alinda sontak langsung kembali berlari ke depan. Dengan tangan kanan diarahkan ke belakang, ujung jari telunjuknya langsung menekan pemicunya.
DORR.....!
Hutan yang biasanya dalam posisi hening, untuk malam ini, ada yang berbeda.
Hutan lebat itu akhirnya diisi dengan berbagai suara.
Dari tembakan, suara langkah kaki yang banyak, teriakan yang memilukan, serta burung gagak yang sudah bersiap di tempatnya untuk menyambut kedatangan mangsa mereka yang satu-persatu tumbang hanya gara-gara satu orang gadis.
Kian waktu berlalu mereka semakin masuk lebih dalam.
"Kalian semua cukup gigih juga." gumam Alinda. Dia terus berlari untuk menghindari mereka semua. Sekalipun sadar bahwa hanya dengan berlari tidak akan mungkin membuatnya terus bertahan, maka tidak ada pilihan lain Alinda jadi terpaksa menumbangkan satu per satu dari mereka.
DORRR.......
DORRR.......
"Akh....!" Dari sepuluh orang pria yang sedang mengejar gadis itu, di antaranya sudah berhasil dilumpuhkan dengan menembak antara kaki maupun bahu si korban.
Pada akhirnya dia tetap mengotori kedua tangannya.
Alinda mengetahui itu, tapi karena insting dari seorang manusia yang ingin bertahan maka hasilnya adalah ini.
Kedua tangannya terus refleks bergerak untuk melawan musuh yang kiranya cukup mengancam.
[Bagus, tapi mereka tetap saja masih banyak.] pikir Alinda. Sekalipun tidak melihat ke belakang lagi, dia tetap tahu bahwa jumlah orang yang mengejarnya masih saja banyak. Makin lama jika seperti itu terus maka dia sendiri akan terpojok.
Maka dari itu untuk sesaat niatnya adalah ingin berhenti dan melawannya satu per satu sampai tuntas.
Tapi si Ernald.......
Ketika Alinda mendongak ke atas, entah sejak kapan pria itu sudah berada di atas pohon tepat di atas kepalanya.
".....................!" mendapatkan sebuah bahaya, otomatis tangannya dia arah kan ke atas dan sebuah tembakan kembali terjadi.
DORR......
Tetapi Ernald lebih dulu dapat menghindari pelurunya, sekalipun di dalam hutan adalah area yang gelap. Dan Ernald yang lebih cepat, segera turun menerjang ke arahnya.
Sontak Alinda segera berjalan mundur.
"........................., pada akhirnya kamu masih dengan mudah melukai orang lain." Tiba-tiba Ernald angkat suara.
DEG...............
Dengan senyuman getir Alinda menjawab. "Aku tahu. Itu terpaksa sebagai reaksi pertahanan diri."
"Memang." Ernald memejamkan matanya sesaat dan kembali menjawab. "Tapi kamu salah mengartikan satu hal. Itu bukan tindakan yang dilakukan karena terpaksa, tapi itu adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Kebiasaanmu tidak akan hilang dengan mudah Alinda, sampai...........kapan pun." Ucap Ernald dengan akhir kalimat yang cukup lirih. Namun kalimatnya tetap berhasil sampai di telinga yang bersangkutan. "Sekalipun menahan diri, kebiasaanmu untuk melukai orang tidak akan pernah menghilang dari dirimu, karena itulah jati dirimu." Peringat Ernald kembali.
"................., kalau kebiasaanku memang tidak bisa dihilangkan, aku hanya perlu menggunakan kebiasaan itu untuk hal lain yang lebih jelas dan bermanfaat." Jelas Alinda.
Dari awal dia sudah bertekad untuk keluar dari organisasi yang gelap itu karena ada satu alasan yang sebenarnya dia miliki. Itu karena seseorang berhasil memberikan cahaya kepadanya.
Dan jika memang kebiasaannya dalam melukai maupun membunuh tidak bisa di hilangkan, dia hanya perlu mencari alasan yang tepat dari tindakannya.
Apakah tindakannya berdasarkan niat untuk sebuah kebaikan atau untuk kejahatan?
Hanya itulah pedomannya untuk Alinda saat ini.
".................." Ernald sejujurnya tertegun dengan jawaban yang diucapkan oleh Alinda. Jadi pada akhirnya Ernald tidak bisa membuat perempuan ini merubah pikirannya di kala perempuan ini punya masa-masa yang gelap. "Aku memang salah. Seharusnya waktu itu aku mengulurkan tanganku untuk membawamu keluar, bukan mengikutimu masuk ke dalam dunia yang gelap dan menyuruhmu kembali ke dalam organisasi ini."
Ernald juga memiliki satu kesalahan. Dari awal, dia harusnya menarik keluar perempuan ini dari dunia gelap dari organisasi mafia, bukannya ikut masuk ke dalam organisasi dan ketika tahu Alinda keluar, Ernald menyuruhnya masuk kembali.
"Hidup memang penuh dengan keegoisan. Tapi Alinda, aku tidak bisa menentang perintah bos. Kembalilah selagi aku masih bicara baik-baik." tawar Ernald lagi sambil mengulurkan tangannya ke arah Alinda.
Tetapi tanpa perlu pikir panjang, Alinda menolaknya dengan cara menodongkan pistolnya ke depan Ernald.
"Jawabanku tetap sama. Apapun cara yang akan kau lakukan, lakukan saja Ernald. Tidak perlu sungkan." Kata Alinda.
" ..................." Ernald yang sudah mendapatkan sebuah kepastian dari tindakan dan sorotan mata serta dari jawabannya Alinda, Ernald pun mau tidak mau pada akhirnya menggunakan cara kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
N. Mudhayati
Alinda tangguh juga ya ternyata... 🤔🤔👍
2022-10-30
1