SIHIR
Hal yang biasanya hanya ada di dalam dongeng, sekarang sudah tidak lagi sekedar sebuah imajinasi atau angan-angan belaka karena gadis dari abad 21 ini telah bereinkarnasi ke dunia di dimensi lain setelah kematiannya beberapa tahun lalu.
Semua ingatan dari masa lalunya dia bawa, kemampuan dan semua keahliannya kembali dilatih untuk meningkatkan kekuatan dari tubuh baru yang dia rasuki.
Terlepas dari masa lalunya yang kelam, gadis ini ingin mencoba suatu perubahan setelah mendapatkan sebuah kebebasannya. Dan mengetepikan dahulu asal usul dari tubuh yang gadis itu rasuki, dia mencoba segala cara demi bertahan hidup di dunia yang menurutnya masih cukup asing.
Eksistensinya adalah untuk melakukan banyak percobaan dalam segala bidang demi mendapatkan kepuasan, dan salah satunya adalah demi memiliki banyak uang yang bisa membuatnya mempunyai kekuatan demi mendapatkan hal yang dia mau di dunia ini.
Dia adalah Alinda dengan nama baru yaitu Eldania.
Nama pendek tanpa sebuah marga, itulah gadis pelintas dimensi yang berasal dari zaman modern.
Eldania, sebagai orang yang berasal dari abad 21, dia awalnya cukup frustasi dengan keberadaannya yang berpindah ke zaman yang terasa kuno.
Tetapi semua rasa khawatir itu menghilang setelah dia tahu kalau di dunia kali ini ada yang namanya ‘ Sihir ‘.
Dan keberuntungan yang dia miliki saat ini adalah dia mempunyai kekuatan suci, disamping dia ternyata memiliki ‘Mana’ tubuh yang banyak,. Hal itu membuat Eldania mempunyai kesempatan untuk mempelajari sihir juga meskipun secara otodidak.
Dan sihir…….
Sebagai orang yang membawa ingatan masa lalunya, serta gadis yang mempunya kemampuan untuk mengingat dengan cepat, maka Eldania adalah satu-satunya orang yang memungkinkan untuk membuat sihir di ubah untuk disistematiskan menjadi teknologi mutakhir.
Dan dia sudah mempunyainya.
Dua senjata yang mirip dengan pistol, tapi hanya bisa digunakan untuk mengeluarkan sihirnya.
Dan kini tiga tahun sudah mulai dia lewati dengan beragam takdir masa lalu yang cukup rumit.
Maka….
Inilah kisahnya, mengisahkan seorang gadis yang menjalani hidupnya di dunia lain.
_________________________
5000 tahun yang lalu
"Sang Dewi Kesuburan, anugerahkanlah mereka berdua." Sebuah lantunan ayat diucapkan oleh seorang wanita tua.
Tapi di satu sisi, seorang wanita berkerudung putih dengan cadar tipis menutupi separuh wajahnya, sekuat tenaga terus berlari demi menggapai tujuan dari puncak tertinggi dari suatu bangunan.
DRAP.......DRAP.........DRAP.........
"Ah....hah....hahh!" Dengan nafas tersengal-sengal, meski masih perlu naik lagi apalagi dengan kekuatan kakinya pun sudah mulai menurun, tapi semangat hatinya terus membara untuk menghentikan sebuah upacara, membuat wanita ini tidak patah semangat.
"Anugerahkanlah mereka berdua dengan sebuah ika-..."
"Berhenti pendeta!" Sela-nya dengan sebuah teriakan yang bisa diucapkan wanita ini dengan lantang walau nafasnya sudah tersengal-sengal sebab lari habis-habisan demi tujuannya sendiri.
Wanita bercadar ini pun akhirnya melihat dua orang tengah berdiri bersama di depan seorang pendeta tua itu. Dengan pakaian mewah mereka, wanita ini pun sudah menduga bahwa upacara paling sakral dalam hidup manusia akhirnya terjadi.
Oleh karena itu, dia...
[Aku ingin menggagalkan upacara ini!] Sebuah tekad yang sangat kuat terpancar jelas dari sepasang matanya yang membara.
"Pendeta, lanjutkan saja." Perintah seorang wanita berambut hitam panjang ini kepada seorang wanita tua di depannya. Dia berusaha mengabaikan keberadaan perempuan di belakangnya itu.
Hanya saja....
"Aku tidak akan membiarkannya!" Sela wanita bercadar ini dengan cepat.
Lalu dengan langkah tegas wanita ini berjalan menghampiri wanita tua yang sedang memegang sebuah cawan emas berisi air suci dan dia langsung merebutnya dengan paksa sekaligus membuangnya ke sembarang tempat, sehingga cawan itu langsung menggelinding menuruni ratusan anak tangga.
KLONTANG......
Cawan berwarna emas itu akhirnya menggelinding ke bawah, meninggalkan altar tempat sebuah upacara sakral tengah diadakan.
"Siapa yang menyuruhmu mencampuri ritual ini, sampai beraninya membuang cawan suci itu!" Sebuah teriakan amarah langsung menggema ke segala penjuru di istana, sekalipun sekarang tengah berada di tengah Altar yang tinggi.
Bahkan yang di teriaki sebenarnya sudah terkejut setengah mati karena terdengar menakutkan.
Tapi dia mencoba untuk menahannya, dan teriakan itu langsung membuat wanita bercadar coklat ini memutar tubuhnya ke belakang, sehingga dia menghadap seorang pria tinggi dengan status setinggi teriakan tadi.
Sebuah amarah terlihat jelas dari aura dan ekspresi wajahnya, tentu juga dari teriakan tadi. Wanita bercadar ini benar-benar tahu betul kalau pria di depannya ini sudah mempunyai sikap berbeda.
"Saya sendiri! Dan tentu saja demi melindungi anda dari wanita ini yang mulia!" Ucapnya, sambil melirik dan menunjuk ke arah seorang wanita berambut hitam panjang dengan iris mata berwarna kuning yang ada di belakangnya. "Karena jika anda mel-.."
"Diam!" Teriakan kembali diucapkan tepat di depan wajah wanita bercadar itu. "Kau hanya seorang rakyat jelata, jadi tidak usah menasihatiku! Di sini, kau tidak ada hak untuk itu!" Pria ini langsung memotong ucapannya dengan cepat dengan sebuah teriakan lagi.
Sebuah kata-kata yang sangat menusuk walau kenyataannya memang seperti itu.
"Justru karena saya rakyat anda, saya mewakili mereka demi kebaikan keraj-"
Wanita ini langsung menyela. "Bagaimana jika anda menyingkirkan satu orang rakyat jelata yang mengganggu ini yang mulia." Akhirnya wanita berambut panjang ini angkat bicara.
Dia mengutarakan pendapatnya secara langsung kepada orang yang dia panggil Yang Mulia. Karena wanita ini tahu kalau semua ucapannya akan didengar dan di kerjakan, maka wanita berambut hitam ini pun akhirnya mengutarakan permintaannya yang langsung membuat wanita bercadar itu tercengang.
"Jika kita membiarkannya terlalu lama, waktu baik untuk upacara kita akan terlewat." Pinta wanita berambut hitam ini kepada pria tersebut dengan wajah seriusnya, setelah berhasil memotong kalimatnya terlebih dahulu.
Wanita bercadar ini sontak langsung menoleh ke belakang setelah mendengar perintah tak masuk akal langsung terucap dari wanita asing yang notabennya tidak diketahui asal usulnya karena tidak jelas.
".................... " Awalnya pria ini terdiam, tapi tatapannya terus tersorot tajam ke arah wanita bercadar coklat ini. Tidak lama kemudian dia mengalihkan tatapannya untuk memandang wanita berambut hitam itu. "Jika itu permintaanmu, akan aku kabulkan." Dengan nada rendah, tangan kanannya pun terangkat ke atas.
Wanita ini pun tercekat kaget,dengan tindakan dari pria ini. [Aku tidak boleh kalah dengan wanita asing ini! Jika memang aku mati di tangan oleh anda yang mulia, itu lebih baik ketimbang melihat kehancuran anda dan kerajaan ini! ] Batinnya.
Siapa yang lebih cepat di antara mereka?.
Apakah gerakan kaki dan tangan wanita bercadar ini yang langsung berbalik dan mengeluarkan botol lalu menumpahkannya ke wajah wanita itu dalam sekali serang?
"Arghh!" Wanita ini berteriak histeris dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya karena sensasi sakit yang luar biasa langsung menyapa wajah cantiknya.
Tapi!
SRIINGG.......
Sebuah cahaya emas muncul tepat di detik itu juga, dan sebuah kilatan emas langsung menerjang wanita bercadar itu.
JLEBB....
**********
"HAH..!" Seketika matanya terbelalak lebar dibarengi dengan tangan kanannya menyentuh perutnya secara refleks. [Apa itu tadi? Mimpi?Tapi jika tadi mimpi, kenapa rasanya sangat nyata sampai-sampai perutku ikut berdenyut sakit?] Pikirnya.
KLATAK.........KLATAK.........KLATAK.... ( Suara api yang melahap kayu bakar. )
"Mimpi buruk?" Sebuah ucapan lewat pikiran langsung menyapa gadis yang baru saja terbangun dengan teriakan kecil.
Gadis yang hanya tidur dengan beralaskan selembar kain tipis itu langsung menoleh ke sumber suara.
Seekor burung coklat sedang berdiri di atas potongan dari batang pohon yang diletakkan di depan api unggun, dan salah satu kakinya yang tidak diam itu beberapa kali melempar ranting kering yang baru ke dalam kobaran api itu untuk tetap menjaga api tidak padam.
Lantas gadis berambut aram-temaram ini menunduk ke bawah dan menatap perutnya sendiri sambil menjawab. "Ya, aku mimpi buruk sampai-sampai rasanya sangat nyata kalau perutku di tusuk."
".............." Burung yang bernama Everst ini seketika menghentikan aktivitas kecilnya dan langsung menatap ke arah gadis yang masih terduduk dengan tangan memegang perutnya sendiri.
"Tapi yang paling menyebalkan, mimpi tadi rasanya membuatku lelah. Masa aku berlari menaiki ratusan anak tangga yang banyak dan tinggi itu?!" Gerutu gadis ini setelah melewati mimpi yang terasa sangat panjang. "Everst!" Panggilnya.
Si empu kembali menatap gadis itu dengan sorotan tajamnya dan tidak meninggalkan ranting yang dia cengkram itu untuk dilempar lagi ke dalam api unggun tersebut.
"Apa?" Jawab Everst dengan singkat.
[Kenapa terdengar seperti sedang marah?] Gadis bernama Dania ini sedikit heran dengan burung itu. "Kau tidak tidur?" Padahal dia tidak ada niatan untuk melontarkan pertanyaan itu, tapi karena sudah terlanjur jadi dia biarkan saja.
"Mau aku temani tidur?" Everst bertanya balik dengan nada santai.
Dania berdehem dan menjawab. "Boleh. Ketimbang dengan api unggun, sebenarnya tidur dengan sosokmu yang besar justru terasa lebih hangat dan nyaman." Ucap Dania, sekali-kali melontarkan pujian untuk burung yang sudah banyak berjasa kepadanya.
"Terdengar sangat meyakinkan sekali. Tapi karena itu kemauanmu, akan aku temani." Melempar ranting terakhirnya, Everst kemudian turun dari batang pohon tersebut dan langsung terbang ke arah gadis ini.
Sesampainya, Everst merubah dirinya ke bentuk yang lebih besar.
Membuat Dania tersenyum sumringah, lalu menyeret selembar kain tadi dan berpindah tempat dimana Everst sudah duduk manis dengan sosoknya yang sudah menjadi besar.
Setelah itu apa yang Eldanai lakukan adalah mengangkat sedikit sayap itu dan langsung memasukkan tubuhnya di antara tubuh dan sayap milik Everst.
Rasa hangat dan nuansa aroma bulu yang khas, Eldania benar-benar sangat menyukai posisinya saat ini karena merasakan hangat dan seolah seperti sedang dipeluk olehnya.
Everst melirik ke samping bawah, sekarang yang terlihat hanyalah satu kepala manusia, karena sebagian besar tubuhnya sudah masuk ke dalam sayapnya.
[Apa dia bermimpi tentang itu?] Everst kemudian memandang gadis itu dalam diam.
Perjalanan mengarungi waktu yang sangat panjang pada akhirnya bisa sampai di titik ini. Walaupun tidak mudah, tapi, setidaknya dia sudah berhasil mengarungi masa-masa sulit seperti itu.
Seperti......
Sulitnya menemukan ruhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments