02 : Eldania

Suara dari pukulan, tembakan, terdengar dari dalam hutan. Dua orang ini saling beradu kekuatan karena tekad masing-masing.

"Alinda.......aku mohon padamu. Aku benar-benar tidak mau melukaimu." Pinta Ernald di sela-sela pertarungannya, dengan perempuan bernama Alinda ini.

Ernald yang sudah melepaskan dasinya, dia gunakan untuk melilit pistol yang ada di tangan Alinda, lalu menariknya.

Mendapati pistolnya sudah terlepas dari tangannya, Alinda melompat mundur, sembari menjawab ucapannya Ernald yang terlihat sungkan dalam bertarung dengannya. "Kalau tidak mau melukaiku, biarkan aku pergi."

"Itu juga tidak bisa." Ernald merasa menyerah jika sudah berhadapan dengan satu-satunya perempuan yang dia sukai justru menjadi alasannya tidak mau membiarkannya pergi lagi dan malam ini harus dia dapatkan.

Kalau tujuan sebenarnya adalah membawa perempuan ini kembali ke dalam pangkuannya Bos-nya, namun yang lebih penting lagi dalam diri Ernald, tujuannya terus membujuknya adalah, dia ingin perempuan ini tidak mengambil langkah dengan resiko besar itu.

Kenapa?

Sebab sang Bos, pasti akan melakukan banyak hal demi mendapatkan apa yang diinginkannya.

"Ernald, kau terlalu lembek." Hingga satu suara segera menyapa mereka semua.

Alinda yang sudah mengenali siapa pemilik dari suara barusan, selagi Ernald teralihkan dengan orang yang ada di belakangnya, Alinda langsung mengambil langkah lebar.

Dia kembali berlari menuju satu-satunya tempat paling berbahaya yaitu jurang.

[Kenapa dia di sini juga? Rudolf.] Alinda merasa terancam dengan kehadirannya. Satu masalahnya di sini dia sudah membuang segala tenaganya dari pagi untuk mengikuti outdoor training, tapi di malam harinya dia diberikan main kejar-kejaran oleh mereka dan sempat bertarung dengan Ernald.

Walaupun sementara, tapi tidak akan mendapatkan keuntungan jika bertarung juga dengan lelaki bernama Rudolf.

Tepat di jarak kurang dari lima belas meter Alinda langsung bersiul keras. Dia benar-benar harus menghindar pria itu, di saat-saat seperti ini. Itulah yang dipikirkan oleh Alinda.

Tak berapa lama Alinda akhirnya disambut oleh dua ekor burung elang yang cukup besar.

KWAKK..........

Di detik langkah terakhirnya menginjak tanah Alinda langsung melompat ke dalam jurang sedalam lima puluh meter itu. Namun dari dua ekor burung itu salah satunya langsung menangkap tangan Alinda dan sukses membuat Alinda ikut terbang bersama mereka.

Dia melakukannya demi menghindari pria itu.

Sebab jika Alinda adalah tangan kanan mantan bos-nya satu tahun lalu dan Rudolf saat itu adalah tangan kiri bos-nya, sudah ada kemungkinan kalau sekarang lelaki itu sudah mengambil posisinya menjadi tangan kanan Bos Devon.

Walaupun dari wajahnya terlihat seperti orang yang pendiam, namun jangan salah sangka. Dia adalah pria yang sama seperti dirinya yang akan melakukan hal ekstrim demi mendapatkan apa yang diinginkan bos-nya.

Ketika menoleh ke belakang di saat tubuhnya sedang dibawa terbang oleh burung peliharaannya itu, dia segera melihat dua orang itu. Ernald dan Rudolf segera berhenti di ujung tebing sambil melihat ke arahnya.

"Jika mau memburu rubah betina jangan lakukan dengan setengah-setengah." Ucap Rudolf memperingatkan Ernald.

"Apa yang akan kau lakukan?." Ernald merasa tersinggung dengan ucapan Rudolf yang menyebut Alinda sebagai rubah betina. Dan merasa ikut terancam sekaligus janggal dengan kehadiran pria pendiam ini.

"Aku sudah tahu, kau sudah menanamkan pelacak pada tubuhnya. Tapi yang bos Devon inginkan adalah malam ini dia harus dibawa kembali. Jadi..........." Sengaja menggantungkan kalimatnya, Rudolf segera mengulurkan tangan kanannya ke belakang. "Berikan itu." pinta pria ini kepada anak buahnya yang berdiri di belakangnya.

Ketika Ernald melirik ke belakang, seketika matanya membulat lebar. Sebuah senjata cukup besar, sudah ada di tangan Rudolf. "Rudal stinger?!."

"Jika dia terbang, maka tinggal patahkan sayapnya." Ucap Rudolf, langsung memikul senjatanya di atas bahu sebelah kanan. Rudolf tidak ambil pusing lagi dengan keputusannya itu.

"Kau akan membunuhnya!" Pekik Ernald. Saat ingin merebut senjata itu dia justru dihalang oleh anak buahnya dengan mengunci kedua tangannya dan kedua kakinya sampai akhirnya tubuh Ernald terjatuh ke tanah dan tubuhnya ditindih oleh mereka berempat.

BRUGHH...........

Rudolf tanpa basa-basi mengatur posisinya agar tepat sasaran pada target yang sedang diincarnya.

"Rudolf!" Panggil Ernald. Tapi Rudolf tidak mempedulikan namanya dipanggil dengan lantang seperti itu karena sekarang...

"Tenang saja, aku sudah memodifikasinya agar ledakannya tidak begitu besar." Sela Rudolf di detik itu juga.

KLIK.........

Tepat di ucapan terakhirnya itu Rudolf menarik pemicu-nya dan rudal itu langsung melesat terbang ke angkasa menuju di mana tiga makhluk hidup yang sedang terbang bebas di atas hutan di depan sana.

"Alinda!" Ernald berteriak frustasi dengan keputusan gila dari Rudolf.

Mematahkan sayap burung? Dengan senjata sebesar itu justru hasilnya akan membunuh mereka bertiga!

Alinda yang menemukan sesuatu sedang melesat dengan cepat ke arahnya hanya memberikan senyuman tipis. Walaupun tidak akan ada yang melihat senyuman itu, wajah dengan ekspresi polosnya seolah membuktikan bahwa dia akan menerima hadiah dari Rudolf itu.

Dan dalam seketika hutan malam yang harusnya sunyi itu segera diisi dengan suara ledakan besar.

DHUAARRR.....................

Ledakan yang sekaligus menghiasi angkasa malam dengan perpaduan bulan purnama yang terlihat lebih besar dan lebih biru dari biasanya menjadi pemandangan terakhir untuk Alinda.

[Ah.........bulan biru yang indah. Warnanya cukup indah seperti matanya.] Batin Alinda di detik di mana kesadaran terakhirnya justru di isi dengan bayangan dari sepasang mata biru milik Ernald.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Apakah kematiannya kali ini adalah sebuah penebusan dosa?

Kira-kira seperti apakah tubuhnya sekarang setelah menerima serangan brutal seperti tadi?

Kedua burung peliharaannya apakah mati juga?

Berbagai pertanyaan langsung terlintas di dalam pikirannya dan segala momen baik dari kenangan kecil hingga di detik terakhir itu, semua tampilan atas segala perbuatannya selama dia hidup langsung di tampilkan di di dalam ruangan gelap tak berujung.

Dia seolah terus terjatuh ke dalam jurang tanpa batas dan semua memori yang dia punya ditampilkan begitu saja bagai film di tv.

Itu untuk mengingatkannya bahwa semua jalan yang sudah dipilih pada akhirnya membuatnya berada di titik ini.

Semua tampilan seperti layar tv itu akhirnya kian berlalu dan membuatnya kian masuk ke dalam kegelapan yang cukup dingin.

[Sendirian..........di disini.] Tubuhnya terasa sangat ringan, tapi apa gunanya itu di saat dia hanya sendirian di dalam kegelapan itu?

Alinda kemudian meringkuk memeluk lututnya, dia menginginkan kehangatan.

Namun kehangatan itu berasal dari hati yang tulus.

Apakah dia bisa mendapatkannya?

Setidaknya sekali saja.

|

|

|

Dan keheningan yang seolah terjadi cukup lama membuatnya kemudian memejamkan matanya.

[Ngantuk.....aku ingin tidur.] Itulah yang dikatakan oleh hati kecilnya.

Hati kecilnya tidaklah berlubang, tapi sayangnya hatinya sangat kosong dan cukup untuk dijadikan alasan kalau hatinya ingin di isi oleh sesuatu yang belum pernah dia dapatkan.

Hingga akhirnya dia tiba-tiba samar-samar mendengar kalimat.

'...........masa lalu, kebaikan dan ............, penuntun dari ................ ,............. Datanglah pada ............. Aku.........., memanggil namamu. ......... penuhilah ............., dari.......... hidup yang harus kau penuhi. .........................sudah kau tinggalkan padaku. Datanglah.....'

[Suara siapa itu?] Batinnya.

Lalu perlahan dia merasakan kulitnya terasa semakin merasakan dingin namun juga rasa sakit di seluruh tubuhnya. Dan di sisi lain ada sentuhan yang mendarat di atas dahinya, membuat Alinda semakin diliputi rasa penasaran, hingga di detik itu pula ada kalimat...

'Aku menantikannya.'

Menjadi sebuah kalimat terakhir sebelum akhirnya Alinda menerima wajahnya menerima banyak tetesan air.

Ketika membuka matanya yang dia lihat adalah derasnya hujan yang terus menerjang ke tubuhnya.

__________________________

[Awannya cukup hitam.] sepasang matanya langsung menatap langit di atas sana. [Aku mengingat kali pertama aku datang ke dunia ini, seperti inilah suasananya.]

Awan hitam berakhir dengan turunnya hujan yang cukup deras. Namun jika dulu dia tersadar berada di antara tumpukan mayat, maka kini dia sedang berada di tengah-tengah ladang gandum.

[Kenapa aku tiba-tiba mengingat kembali ingatan itu?] menundukkan kepalanya, kini nama Alinda bukan lagi namanya.

Sebab kini dia memiliki nama baru, yaitu......

Eldania.

Eldania menatap kedua tangannya sendiri dengan seksama. Apa saja yang sudah dilakukan dengan menggunakan kedua tangannya itu?

Banyak hal yang sudah dia lakukan dan apa sajakah itu?

Semuanya.

Kebaikan dan kejahatan.

Dia pernah menerima dan mengeluarkan dua sifat itu.

Namun.........

Apakah Eldania pernah mengulurkan perasaan cintanya pada seseorang?

Terpopuler

Comments

Sylius

Sylius

Kalau kakak tahu, ini adalah kelanjutan dari novel lamaku yaitu Kesatria Eldania juga. Tapi itu akun aku yang lama, dan ini akun baruku.

2022-10-30

0

N. Mudhayati

N. Mudhayati

jiwa yg sama dengan nama berbeda 😘

2022-10-30

1

N. Mudhayati

N. Mudhayati

waaauuu... ngeri juga ya bayanginnya, takut jatoh 🤭

2022-10-30

1

lihat semua
Episodes
1 00
2 01 : Eldania : Masa lalu
3 02 : Eldania
4 03 : Eldania
5 04 : Eldania
6 05 : Eldania
7 06 : Eldania
8 07 : Eldania
9 08 : Eldania
10 09 : Eldania
11 10 : Eldania
12 11 : Eldania
13 12 : Eldania
14 13 : Eldania
15 15 : Eldania
16 16 : Eldania
17 17 : Eldania
18 18 : Eldania
19 19 : Eldania
20 20 : Eldania
21 21 : Eldania
22 22 : Eldania
23 23 : Eldania
24 24 : Eldania
25 25 : Eldania
26 26 : Eldania
27 27 : Eldania
28 28 : Eldania
29 29 : Eldania
30 30 : Eldania
31 31 : Eldania
32 32 : Eldania
33 33 : Eldania
34 34 : Eldania
35 35 : Eldania
36 36 : Eldania
37 37 : Eldania
38 38 : Eldania
39 39 : Eldania
40 40 : Eldania
41 41 : Eldania
42 42 : Eldania
43 43 : Eldania
44 44 : Eldania
45 45 : Eldania
46 46 : Eldania
47 47 : Eldania
48 48 : Eldania
49 49 : Eldania
50 50 : Eldania
51 51 : Eldania
52 52 : Eldania
53 53 : Eldania
54 54 : Eldania
55 55 : Eldania
56 56 : Eldania
57 57 : Eldania
58 58 : Eldania
59 59 : Eldania
60 60 : Eldania
61 61 : Eldania
62 62 : Eldania
63 63 : Eldania
64 64: Eldania
65 65 : Eldania
66 66: Eldania
67 67 : Eldania
68 68: Eldania
69 69 : Eldania
70 70 : Eldania
71 71 : Eldania
72 72 : Eldania
73 73 : Eldania
74 74 : Eldania
75 75 : Eldania
76 76 : Eldania
77 77 : Eldania
78 78 : Eldania
79 79 : Eldania
80 80 : Eldania
81 81 : Eldania
82 82 : Eldania
83 83 : Eldania
84 84 : Eldania
85 85: Eldania
86 86 : Eldania
87 87 : Eldania
88 89 : Eldania
89 90 : Eldania
90 91 : Eldania
91 92 : Eldania
92 93 : Eldania
93 94 : Eldania
94 95 : Eldania
95 96 : Eldania
96 97 : Eldania
97 98 : Eldania
98 99 : Eldania
99 100 : Eldania
100 101 : Eldania
101 102 : Eldania
102 103 : Eldania
103 104 : Eldania
104 105 : Eldania
105 106 : Eldania
106 107 : Eldania
107 108 : Eldania
108 109 : Eldania : Kenangan
109 107 : Eldania : Aneshka
110 108 : Eldania : Raja & Asisten
111 109 : Eldania : Harapan Aneshka
112 110 : Ereshkigal si Dewi Kematian
Episodes

Updated 112 Episodes

1
00
2
01 : Eldania : Masa lalu
3
02 : Eldania
4
03 : Eldania
5
04 : Eldania
6
05 : Eldania
7
06 : Eldania
8
07 : Eldania
9
08 : Eldania
10
09 : Eldania
11
10 : Eldania
12
11 : Eldania
13
12 : Eldania
14
13 : Eldania
15
15 : Eldania
16
16 : Eldania
17
17 : Eldania
18
18 : Eldania
19
19 : Eldania
20
20 : Eldania
21
21 : Eldania
22
22 : Eldania
23
23 : Eldania
24
24 : Eldania
25
25 : Eldania
26
26 : Eldania
27
27 : Eldania
28
28 : Eldania
29
29 : Eldania
30
30 : Eldania
31
31 : Eldania
32
32 : Eldania
33
33 : Eldania
34
34 : Eldania
35
35 : Eldania
36
36 : Eldania
37
37 : Eldania
38
38 : Eldania
39
39 : Eldania
40
40 : Eldania
41
41 : Eldania
42
42 : Eldania
43
43 : Eldania
44
44 : Eldania
45
45 : Eldania
46
46 : Eldania
47
47 : Eldania
48
48 : Eldania
49
49 : Eldania
50
50 : Eldania
51
51 : Eldania
52
52 : Eldania
53
53 : Eldania
54
54 : Eldania
55
55 : Eldania
56
56 : Eldania
57
57 : Eldania
58
58 : Eldania
59
59 : Eldania
60
60 : Eldania
61
61 : Eldania
62
62 : Eldania
63
63 : Eldania
64
64: Eldania
65
65 : Eldania
66
66: Eldania
67
67 : Eldania
68
68: Eldania
69
69 : Eldania
70
70 : Eldania
71
71 : Eldania
72
72 : Eldania
73
73 : Eldania
74
74 : Eldania
75
75 : Eldania
76
76 : Eldania
77
77 : Eldania
78
78 : Eldania
79
79 : Eldania
80
80 : Eldania
81
81 : Eldania
82
82 : Eldania
83
83 : Eldania
84
84 : Eldania
85
85: Eldania
86
86 : Eldania
87
87 : Eldania
88
89 : Eldania
89
90 : Eldania
90
91 : Eldania
91
92 : Eldania
92
93 : Eldania
93
94 : Eldania
94
95 : Eldania
95
96 : Eldania
96
97 : Eldania
97
98 : Eldania
98
99 : Eldania
99
100 : Eldania
100
101 : Eldania
101
102 : Eldania
102
103 : Eldania
103
104 : Eldania
104
105 : Eldania
105
106 : Eldania
106
107 : Eldania
107
108 : Eldania
108
109 : Eldania : Kenangan
109
107 : Eldania : Aneshka
110
108 : Eldania : Raja & Asisten
111
109 : Eldania : Harapan Aneshka
112
110 : Ereshkigal si Dewi Kematian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!