Bab 5

Setelah kepergian Vino, Marissa mulai memikirkan kembali tawaran kerja sama dengan nya. "Hahh... Sebenarnya aku malas sekali berurusan dengan nya, tapi apa boleh buat lah. Ini demi kelancaran bisnisku, bersikap profesional Marissa lupakan jika pria itu adalah pria yang tidak kau sukai!" gumam Marissa lirih, ia pun mulai mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu dan mengirimkannya pada seseorang.

Karena malam sudah semakin larut dan rasa lelah setelah seharian bekerja, akhirnya Marissa pun tertidur dengan sangat pulas hingga tak mendengar suara ponselnya yang terus berdering.

"Kenapa dia tak menjawab panggilanku?" Vino mendengus kesal menatap layar ponselnya.

"Apa dia sudah tertidur? baiklah kalau begitu kita tunggu besok pagi, sampai jumpa besok gadis barbar ku.'' Gumam Vino sebelum memejamkan matanya dan mulai tertidur pulas.

*

*

Malam telah berlalu dan pagi pun mulai menyingsing, kini cahaya matahari mulai menyinari dan menghangatkan pagi yang dingin di negara tersebut.

Marissa sudah bangun dari satu jam yang lalu dan kini ia sudah bersiap dengan pakaian formal nya, terlihat elegan menambah kesan dewasa dan sangat berwibawa bagi seorang gadis berusia dua puluh enam tahun seperti nya.

"Risa, ini masih terlalu pagi kenapa kau hanya membawa kertas kesana dan kemari membuat mataku sakit saja!" seru Kinan.

"Jangan di lihat jika membuat matamu sakit kak." Jawab Marissa dengan nada cueknya.

"Marissa kau sangat menyebalkan!" kesal Kinan.

"Bukan aku tapi kau kak." Tunjuk Marissa pada kakaknya, membuat Kinan semakin jengkel pada adiknya. Begitulah mereka akan akan selalu bertengkar dan selalu berselisih pendapat, namun walau begitu keduanya tetap saling menjaga dan saling menyayangi satu sama lainnya.

"Risaaaa......" teriak Kinan membuat ayah dan bunda mereka datang melihat kedua putrinya, sedangkan marissa menutup telinganya saat mendengar suara teriakan kakaknya.

"Kinan! Risa! ada apa ini pagi-pagi sudah ribut saja. Kalian berdua sudah dewasa harusnya kalian berdua akur." Tukas ayah bagas menasehati kedua putrinya.

"Bukan aku ayah tapi kakak yang memulainya." Sahut Marissa acuh.

"Hey apa maksudmu?" Kinan merasa tak terima dengan tuduhan adiknya.

''Sudah cukup! lebih baik sekarang kita sarapan terlebih dahulu." Ajak sang bunda menengahi perselisihan antara kakak-beradik itu.

"Iya bun aku harus menyelesaikan ini dulu." Ujar Marissa yang sibuk dengan pekerjaan nya.

Sedangkan bunda asri hanya menggelengkan kepalanya melihat putri kecilnya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri selama tiga tahun terakhir ini.

Dikala kesibukan mereka semua, tiba-tiba terdengar suara bel pintu berbunyi membuat mereka yang berada di sana bertanya-tanya, siapakah yang bertamu sepagi itu.

"Biar saya yang buka pintunya bu,'' ucap Bi Susi asisten rumah tangga di rumah Marissa.

Sedangkan sang ayah hanya sibuk membaca kabar terbaru sambil menikmati secangkir teh hangat buatan sang istri.

"Suruh masuk saja bi,'' Ujar ayah Bagas tanpa mengalihkan perhatian nya dari kabar berita yang sedang ia baca.

"Baik pak."

"Waaah... Siapa pria tampan itu?" seru Kinan dengan mata berbinar penuh ke kaguman, membuat Marissa yang mendengarnya juga ikut melihat ke arah yang sama dengan kakaknya.

Berbeda dengan Kinan, Marissa hanya bersikap biasa saja bahkan terkesan cuek dan melanjutkan kembali pekerjaannya.

"Selamat pagi tuan Bagas maaf mengganggu pagi anda, saya kemari untuk menemui nona Marissa untuk membicarakan kerjasama kami." Ucap Vino yang langsung memberi tahu perihal kedatangan nya ke rumah itu.

"Owhh tentu boleh, silahkan duduk tuan vino." Ayah Bagas pun mempersilahkan Vino untuk duduk bersamanya.

Vino melirik ke kanan dan kiri untuk mencari keberadaan pujaan hatinya. Namun ia tak melihat keberadaan Marissa di sana.

Sedangkan Marissa yang berada di pojok ruangan itu, merasa sangat kesal karena kakaknya terus saja memuji ketampanan Vino di samping nya.

"Nona Risa anda di panggil bapak untuk menemui nya di ruang tamu!" seru Bi Susi menyampaikan perintah tuan majikannya.

"Iya Bi, terimakasih"

"Dek kakak ikut!" rengek Kinan dengan manjanya.

"Jangan! kakak disini saja, jika kakak ikut kesana aku akan mengadukan kau pada tunangan mu." Ancam Marissa pada kakaknya.

"Dasar adik durhaka!" kesal Kinan dan mengurungkan niatnya untuk menemui pria yang sedang berada di ruang tamu bersama dengan ayahnya.

"Tunggu apa dia kekasih nya Risa? baguslah akhirnya adikku laku juga." Batin Kinan terkikik geli saat melihat perubahan raut wajah adiknya saat ini.

Marissa berjalan menghampiri Vino yang sedang duduk bersama dengan ayahnya yang sedang menikmati secangkir teh.

"Tuan Vino, apa ada hal yang mendesak hingga sepagi ini kau sadah datang ke rumahku?" tanya Marissa yang sedikit menyindir Vino.

Dan Vino yang merasa tersindir pun hanya tersenyum biasa saja, ia tak merasa sakit hati dengan perkataan yang Marissa ucapkan padanya.

"Maaf nona Marissa jika saya sudah mengganggu pagi anda,"

"Ya kau sangat mengganggu sekali."

"Owh tidak masalah tuan Vino, menggangguku adalah hal yang biasa bukan? hhmm... Maksudku ini sudah biasa terjadi dalam pekerjaan. Bukan begitu ayah?'' Marissa langsung meralat ucapannya.

"Risa benar, jadi sampaikan saja apa yang akan kalian bahas aku juga ingin mendengar nya!" sahut ayah Bagas antusias.

"Aku ingin melamar putri mu ayah."

"Hmm.." Vino mulai menetralkan suaranya, dan mulai membahas tentang kerjasamanya dengan Marissa untuk membangun proyek di Indonesia.

''Jadi bagaimana nona Marissa, apakah anda setuju?" tanya Vino dengan raut wajah Mila harap.

"Biarkan ayah saja yang menentukannya.'' Jawab Marissa singkat.

Ayah Bagas mengerutkan keningnya, atas jawabannya singkat yang di ucapkan oleh putrinya itu. ''Kenapa ayah harus menjadi juri babak penentuan disini?" tanya nya bingung.

"Karena Risa masih memiliki tanggung jawab di perusahaan ayah, jadi risa tidak bisa memutuskan begitu saja kan?''

Mendengar jawaban putrinya ayah Bagas hanya mengangguk mengerti. "Baiklah mulai hari ini ayah akan membebaskan mu dari pekerjaan kantor dan bangunlah mimpi mu sendiri, dan kau tenang saja nak sekarang ayah sudah jauh lebih baik sekarang." Ujar ayah Bagas dengan bijaknya.

"Ayah yakin?"

"Iya pergilah ajak Wildan bersamamu juga.''

"Baik ayah." Jawab Marissa tanpa protes.

"Siapa wildan apa kekasihnya?'' kini Vino mulai memiliki banyak pertanyaan dalam hatinya.

"Baiklah tuan Vino sudah jelas bukan?"

"Tentu nona, jadi deal" Vino mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Marissa. Namun Marissa seperti enggan untuk menjabat uluran tangan Vino, tapi ia tetap profesional dalam menjalani pekerjaan nya.

Setelah berjabat tangan dengan Marissa Vino pun menjabat tangan ayah Marissa. "Semoga lain waktu kita bisa berjabat tangan di depan penghulu, calon ayah mertua.'' Batin Vino, dengan senyuman yang tak pernah surut menghiasi wajahnya.

Kesan dingin dan arogan selama ini seakan luntur begitu saja setelah mengenal Marissa dan keluarga nya, kini ia akan mulai berusaha untuk mengambil hati gadis pujaannya yang sangat terkesan dingin dan seperti menghindari nya.

Marissa si gadis barbar yang ia kenal seperti sudah tak nampak lagi dalam diri Marissa saat ini, ia jauh lebih dewasa dan sangat elegan membuat Vino semakin tertarik dengan gadis yang dulu selalu membuatnya kesal itu.

"Selamat pagi semua?" sapa seseorang yang baru saja datang membuat mereka yang berbeda di sana melirik ke arah sumber suara.

Bersambung..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!