Bab 4

Marissa sangat terkejut melihat siapa pria yang berada di hadapannya kini, pria yang selalu membuatnya kesal dan naik darah setiap mereka bertemu saat tiga tahun yang lalu.

"Untuk apa kau datang kemari?" tanta Marissa dengan nada ketusnya, dengan tangan bersedekap dada.

"Risa apa begitu caranya berbicara dengan tamu" ayah Marissa sangat tidak suka dengan tingkah laku putrinya yang seperti itu.

"Maaf ayah.''

"Fuduklah nona barbar, maksudku nona Marissa." Vino terkikik geli menahan tawanya saat melihat perubahan raut wajah Marissa saat melihat dirinya.

"Nona Marissa saya datang kemari untuk membicarakan tentang kerjasama kita yang_"

"Kerja yang mana? kapan aku mengajukan kerjasama dengan mu!" Marissa langsung memotong perkataan vino saat ini.

"Bukan saya tapi nona Arandita" Vino menjawab pertanyaan Marissa dengan santainya.

"Tapi aku tidak memintanya,"

"Risa, apa kamu benar-benar akan membuat proyek mu sendiri?" sela sang ayah.

"Iya ayah, bukankah perusahaan kita dari bidang makanan. Jadi ini sangat cocok untuk mengembangkan usaha ayah di Indonesia kita bisa juga bisa memperkenalkan makanan khas negara ini disana.''

"Kau benar nak, kalau begitu lanjutkan usahamu pakai dana perusahaan agar semuanya cepat selesai."

"Tidak ayah, Risa akan menggunakan uang dan usaha risa sendiri. Risa akan membuktikan pada ayah bahwa risa bisa berdiri sendiri dan membuat ayah dan bunda bangga pada Risa!"

"Kau memang anak kebanggaan kami nak," sahut sang bunda menimpali pembicaraan anak dan ayah itu.

Sedangkan Vino hanya menjadi pendengar yang baik di antara mereka bertiga, namun pandangan nya tak pernah lepas dari wajah cantik natural Marissa. Rasa rindu ingin bertemu dengan gadis yang sudah memporak-porandakan hatinya kini terbayar sudah, dan ini semua tidak lain adalah berkat bantuan istri sepupunya sendiri.

Flashback

Vino tak sengaja lewat di belakang Arandita yang sedang asyik bercakap-cakap dalam Sabungan telepon dengan wajah bahagianya.

"Bucin akut, pasti revan yang sedang menelepon dan menggoda istrinya, ckck... dia itu membuatku iri saja!" gumam Vino yang langsung melewati Arandita begitu saja.

Namun langkahnya terhenti saat nama Marissa yang terdengar di telinganya, otak vino pun langsung membayangkan seorang gadis yang tersenyum sebelum ia pergi meninggalkan negaranya.

"Apa itu gadis barbar?" batin Vino. Karena rasa penasarannya ia pun mulai pura-pura duduk membaca surat kabar yang ada di meja dan duduk bersebrangan dengan Arandita, dan mulai menajamkan telinga nya agar mendengar apa saja yang sedang mereka bicarakan saat ini.

"Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan kenapa aku tidak bisa mendengar suara gadis barbar itu?''

Karena tak dapat mendengar apapun vino mulai menggeser duduknya, agar jaraknya dan Arandita tak terlalu jauh. Vino melakukan hal itu karena sangat ingin sekali mendengar suara cempreng Marissa yang selalu ia rindukan.

"Hmmm... Kak Vino sedang apa kau disana?" tanya Arandita heran, dan mengejutkan vino dari aktivitas mengupingnya.

"Ahh... Ini.. Anu. Tidak ada! aku hanya sedang membaca kabar hari ini saja." Vino menetralkan rasa gugupnya, ia merasa seperti maling yang tertangkap basah saat sedang beraksi.

Arandita mengerutkan keningnya saat melihat tingkah aneh dari saudara sepupu suaminya itu, "Owh begitu ya!''

"Iya," Vino menjawab pertanyaan Arandita dengan sesingkat-singkatnya.

"Dengan buku terbalik?'' Arandita langsung memutar lembar berita yang berada di tangan vino saat ini.

"Kenapa pake acara kebalik segala sih, pasti aran akan curiga padaku bahwa aku sedang menguping pembicaraan mereka di telepon tadi.''

Vino mulai ketar-ketir Melihat Arandita kini menatapnya dengan tatapan menyelidik, namun vino sudah pasrah saja dengan apapun yang akan terjadi nantinya yang terpenting ia tahu apapun yang Arandita tahu tentang Marissa saat ini.

"Kau habis menelpon siapa, kenapa wajahmu menjadi murung seperti itu?'' tanya Vino mulai berbasa-basi.

"Marissa!"

"Sudah kuduga.''

"Kenapa dengan gadis itu?'' vino terus menggali informasi tentang wanita incarannya itu.

"Dia sedang memerlukan bantuan, tapi dia menolak untuk menceritakan nya padaku. Tapi tadi dia bilang padaku sedang membutuhkan dana untuk membangun proyek pembangunan restoran nya, namun saat aku menawarkan bantuan dia langsung menolak nya begitu saja." Arandita menghela nafas panjang dengan raut wajah sedihnya.

"Kau jangan khawatir aku ada disini, sekarang katakan dimana dia tinggal kirim alamat lengkapnya pada ku. Sekarang aku harus segera pergi untuk menemui suami mu terlebih dahulu." Dengan cepat Vino pun meninggalkan tempat itu dengan penuh semangat.

Vino mengemudikan mobilnya menuju perusahaan sepupunnya, dengan cepat vino pun langsung masuk ke dalam ruangan CEO tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Revan aku minta cuti untuk beberapa hari." Ucap Vino tanpa basa-basi.

Revan hanya melirik sekilas tak menjawab perkataan yang Vino ucapkan padanya, membuat Vino sedikit kesal karena merasa di acuhkan begitu saja.

"Van aku ini sedang berbicara padamu, jadi jawablah!" Vino langsung berkata dengan suara tegasnya.

"Apa kau akan menikah?''

"Maksud mu?" Vino menatap bingung ke arah saudara sepupunya sekaligus atasannya itu.

"Iya aku bertanya padamu, apa kau akan menikah?"

"Tidak," jawab vino singkat.

"Lalu untuk apa seorang jones seperti mu meminta cuti?" sindir Revan dengan tawa meledeknya.

Vino menghela nafas panjang saat mendengar ejekan saudara sepupunya. "Revan ini bukan waktunya untuk bercanda, aku meminta cuti untuk beberapa hari dan ini menyangkut antara aku menikah atau tidaknya, ini surat cutiku dan aku meminjam pesawat pribadi mu okey!" Vino memberikan lembar kertas pada sepupunya, dan meninggalkan revan yang kini menatapnya dengan raut wajah tak percaya.

Flashback End

"Jadi nona Marissa, bagaimana keputusan mu apa kau setuju dengan kerjasama ini?"

"Tidak!" jawab marissa dengan cepat, karena ia tidak ingin Terus berhadapan dengan pria yang berada di hadapannya saat ini.

"Pikirkan terlebih dahulu sebelum memutuskan nona, karena mungkin saja keputusan mu akan menyakiti seseorang nantinya," Ujar Vino dengan nada seriusnya.

"Ya ampun pria ini, aku pikir sifat pemaksamya akan hilang seiring waktu, tapi ternyata aku salah. Dia semakin menyebalkan saja."

"Apa masud anda tuan Vino?"

"Saya datang kemari atas perintah Arandita, dan jika saya pulang apa yang harus saja katakan padanya, apa saya harus mengatakan kejujuran bahwa sahabatnya menolak bantuannya begitu saja?'' Vino mulai mempengaruhi isi pikiran Marissa saat ini.

"Maaf Aran aku harus menjual namamu demi meyakinkan gadis barbar ini, Aku harap kau tidak marah padaku."

"Pikirkan terlebih dahulu nona, kalau begitu saya pamit undur diri nyonya dan tuan Adrian terimakasih atas jamuan kalian. maaf jika saya mengganggu waktu istirahat kalian semua.'' Pamit Vino dengan sangat sopan kepada kedua orang tua Marissa.

"Tidak masalah, kau boleh datang kapanpun kau mau." Sahut ayah Marissa dengan ramahnya.

"Jangan lupa dipikirkan kembali nona!" Vino mengingatkan marissa yang berdiri di belakang ayahnya.

Sedangkan marissa hanya menjawab perkataan vino hanya dengan deheman saja.

"Bagaimana ini apa aku harus menerima kerjasama ini atau tidak ya?"

bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!