Pesona Gadis Barbar

Pesona Gadis Barbar

Bab 1

...Happy reading😉...

Seorang pria tampan sedang memutar-mutar pulpen di tangannya dan menghela nafas menatap setumpukan kertas yang berada di hadapannya. Dialah si tampan dan arogan Alvino Austin sang asisten pribadi Revan Alexander ia sedang sangat pusing dengan pekerjaan yang tidak habis-habisnya.

Vino melemparkan pulpen itu ke atas meja dan melihat jam sudah menunjukkan tengah malam, namun ia masih berada di kantor dengan berkas-berkas yang membuat pusing kepalanya.

"aku akan pulang lebih awal untuk membeli hadiah kejutan untuk istri dan putra kesayangan ku kau urus semua berkas-berkas itu dan harus selesai besok pagi."

Kata-kata itu yang selalu terngiang ngiang di telinga Vino, sebelum Revan pergi meninggalkan nya dengan menamnah tumpukan berkas yang berada di mejanya. Dan pergi begitu saja meninggalkannya tanpa mendengar jawaban dari Vino.

"Dari dulu dia memang menyebalkan dan selalu seenaknya saja menyuruhku, awas saja akan ku adukan hal ini pada arandita." Kesal Vino namun tak urung dia mengerjakan tugas yang diberikan oleh bos sekaligus sepupunya itu.

Setelah mengerjakan semua tugasnya Vino pun kembali ke apartemen miliknya untuk beristirahat, ruangan yang sedikit berantakan karena Vino tak sempat membereskan barang-barangnya setelah perjalanan bisnis beberapa hari yang lalu.

Kini Vino pun mulai membereskan ruangan itu hingga bersih dan terlihat rapih, "hahh begini kan lebih enak di pandang!" gumam Vino.

Hari sudah hampir pagi vino pun mulai membersihkan dirinya agar tidur nya lebih nyaman, namun saat ia akan berjalan menuju kamar mandinya ia tak sengaja menjatuhkan foto yang ada di nakas.

Braakk

Suara itu membuat Vino sedikit terkejut dan mengambil foto yang kini jatuh ke lantai, Vino mengambil foto itu dan menyimpannya di atas nakas.

Vino terseyum saat melihat foto yang kini sudah tersimpan rapi di tempatnya lagi dan melanjutkan kegiatannya kembali.

*

*

Keesokan harinya Vino datang ke mansion Alexander dengan setelan jas lengkap dengan wajah yang masih mengantuk, ya vino hanya beristirahat selama tiga jam saja ponselnya terus berdering membangunkan Vino dari mimpi indahnya.

"Kak vino kau sudah datang ya, ayo sarapan dulu." Ajak Arandita yang sedang menyiapkan makanan di meja makan.

"Dimana Revan?" tanya Vin sambil duduk dan menyendokan nasi dan lauk pauk pada piringnya.

"Sepertinya masih di dalam kamar."

"Apa-apaan dia itu menyuruhku untuk cepat datang kemari tapi dia sendiri belum siap! kau tahu arandita semalam aku pulang jam dua dini hari dan aku baru tertidur jam tiga pagi coba bayangkan betapa menyedihkannya aku ini." Ucap Vino dengan nada yang di buat se-dramatis mungkin untuk membuat arandita merasa kasihan padanya.

"Benarkah! malang sekali nasibmu kak, kau tenang saja aku akan memberikan hukuman untuk manusia kejam seperti itu." Ucap Arandita dengan nada seriusnya.

Mendengar jawaban dari Arandita Vino pun tersenyum penuh kemenangan, "rasakan pembalasan ku Revan." Lirih vino dalam hatinya.

"Makanlah kak setelah itu istirahatlah agar tubuh mu bisa tetap sehat."

"Tapi bagaimana dengan Revan marah dan memotong gajiku lalu dia menyangka aku mengadu padamu."

"Kau tenang saja, dia tidak akan memotong gajihmu aku jamin itu." Sahut Arandita dengan penuh keyakinan.

"Terimakasih Aran kau memang yang paling baik."

Arandita hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan jempolnya ke arah Vino.

"Mama!" seru anak laki laki yang sedikit berlari menghampiri Arandita.

"iya sayang kemarilah."

"Hey anak ganteng?" sapa vino pada keponakan nya yang kini sudah berusia tiga tahun.

"Hallo uncle jones" Arfan menjawab sapaan vino.

"Nama uncle Vino. V-i-N-O, Vino dan bukan jones lagi pula siapa yang bilang nama uncle ini jones?" Vino Merasa sangat heran dengan anak ajaib dari sepupunya yang sudah pandai menirukan ucapan orang dewasa walau di usianya yang masih tiga tahun.

"Papa." Tunjuk Arfan pada Revan yang berjalan ke arahnya.

"Papa apa itu jones?" tanya Arfan saat papanya kini sudah berada di hadapannya.

"Jones itu_" revan tak berani melanjutkan kata-katanya saat melihat Arandita yang menatapnya dengan tatapan tajam.

Glekkk

''Putraku, kenapa kau selalu menggali lubang untuk ku di waktu yang tidak tepat.''

"Papa kenapa papa diam saja?" tanya Arfan sambil menggoyangkan kaki Revan.

Revan langsung berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sang putra. "Maaf papa lupa sayang sekarang waktunya kita makan ayo papa suapin."

Arfan menggelengkan kepalanya dan berlari ke arah mamanya.

"Vino kamu di sini pagi pagi begini, tumben sekali?" tanya mama Elisa sambil berjalan menghampiri mereka yang kini sudah berada di meja makan.

"Biasalah ma jones memang begitu" ucap revan keceplosan.

"Papa"

"Sayang ayo makan dulu buka mulut nak!" Arandita langsung mengalihkan perhatian putranya agar tidak bertanya banyak hal lagi yang akhirnya dia sendiri yang bingung harus menjawab apa.

"Vino apa kau sudah dewasa apa kau sudah siap untuk menikah?" tanya mama Elisa pada Vino.

"Aku akan menikah dengan wanita yang aku cintai tante." Jawab Vino dengan mantap.

"Dia akan menikah dengan siapa kekasih saja dia tak punya kan, malang sekali pria yang satu itu tampan tapi tak laku." Sindir Revan menyela percakapan Vino dan mamanya.

''Mas!" Arandita menatap wajah suaminya dengan tatapan kesal.

"Iya sayang maaf," kekeh Revan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sedangkan mama Elisa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku putranya. "Vin cobalah untuk membuka hatimu untuk dan mencari calon istri yang cocok untuk mu atau kau mau tante yang mencarikan calon istri untuk mu sama seperti Revan dulu?" tanya mama Elisa sambil meneliksik wajah keponakan nya.

"Aku masih menunggu seseorang yang aku cintai sampai saat ini, karena itulah aku tidak bisa menerima siapapun lagi selain dia tan"

"Baiklah kalau begitu." Mama Elisa pun pasrah saja dengan keinginan keponakan nya itu.

Akhirnya perbincangan mereka pun di tutup dan di lanjutkan dengan bercakap-cakap dengan Arfan si bocah pintar dan ceria. Arfan menuruni sifat Arandita yang ceria namun ia juga menuruni kepintaran dan kecerdasan yang dimiliki oleh Revan papanya.

*

*

Vino termenung menatap layar ponselnya menampakkan beberapa potret gadis yang selalu membuatnya kesal dan marah dalam satu waktu, gadis yang sudah memporak-porandakan hatinya dalam tiga tahun ini.

setelah kepergian Marissa untuk pulang kenegara ayahnya tinggal vino merasakan setengah hatinya juga ikut pergi bersama Marissa.

"Hay gadis barbarku? apa kabarmu, setelah tiga tahun ini apakah kau tidak mengingat aku sama sekali atau kau hanya mengingat polisi tampan mu itu? cihh.. Dia itu biasa saja masih tampan aku kan coba kau lihat dari sudut mana pun aku tetap terlihat tampan kau harus tahu itu!" ucap Vino dengan bangganya, ia terus berbicara dengan potret Marissa yang Vino ambil secara diam/diam saat Marissa tengah lengah.

Setelah acara perpisahan di hari resepsi pernikahan Revan dan Arandita Vino baru menyadari bahwa ia sudah menyimpan hatinya untuk Marissa, namun ia selalu mengelak dengan perasaannya karena rasa gengsi yang begitu besar.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!