Bab 2
"Penyesalan Zaidan "
Tak ada sepatah kata pun yang di ucap kan Zaidan, dia hanya menatap nanar ke arah tubuh kakek nya.
Menatap lekat, saat para perawat melepaskan semua alat medis yang berada di seluruh tubuh kakek nya.
"Tuan Zaidan, apa kah jenazah tuan Radthya Purnama mau langsung di bawa ke rumah duka..."Tanya dokter, dengan penuh hati-hati dan sopan.
Zaidan menjawab dengan sebuah anggukan.
"Baik lah tuan.."Ucap dokter.
"Saya turut berdukacita tuan Zaidan.."Ucap dokter lagi, sambil mengulur kan tangan nya.
"Terimakasih dok..."Akhir nya Zaidan mengeluarkan suara nya yang terdengar sangat parau, karena dia berusaha sekuat mungkin untuk menahan kesedihan di hati nya, dan dia pun membalas uluran tangan dokter.
Jenazah kakek Radthya Purnama pun keluar dari ruang ICU di ikuti oleh Zaidan dan dokter di belakang nya.
Saat pintu ICU terbuka, terdengar teriakan dan tangisan dari tiga orang yang dari tadi menunggu di luar.
"Papah..."Teriak sepasang suami istri itu bersamaan.
"Kakek..." Laki-laki muda yang seumuran dengan Zaidan juga ikut berteriak.
"Dokter, tidak mungkin papah saya meninggal.."Lelaki setengah baya itu berkata, sambil memeluk tubuh jenazah dan menatap tajam ke arah dokter.
Sedang kan Zaidan yang melihat tingkah ke tiga orang di depan nya merasa muak.
"Air mata buaya, bukan kah ini yang di nanti kan kalian..."Zaidan berkata dalam hati, sambil menatap tajam ke arah mereka.
"Maaf tuan Lion, kami sudah berusaha semaksimal mungkin..."Ucap dokter, dengan wajah menyesal.
"Papah ku jatuh sakit bahkan sampai meninggal, pasti karena kamu, dia terlalu memikirkan kamu..!!"Hardik lelaki setengah baya itu yang bernama Lion, dengan tatapan nyalang ke arah Zaidan.
"Suster, cepat bawa jenazah kakek saya ke ambulans, kasihan jika jenazah kakek saya ini, harus mendengar cacian dan kata-kata kasar..."Zaidan berkata, sambil melangkah pergi meninggalkan mereka bertiga.
"Maaf pak, jenazah harus segera di bawa ke rumah duka.."Ucap salah satu perawat laki-laki kepada Lion.
"Sudah pah, kita akan buat perhitungan nanti, setelah proses pemakaman selesai.."Bisik lelaki muda itu, di telinga Lion.
"Ya kamu benar Dave.."Lion berkata dengan kilat penuh amarah di bola mata nya.
"Awas kau anak si**an..."Gumam Lion, sambil mengepal kuat telapak tangan nya.
"Ayo mah, pah.."Ajak laki-laki muda yang bernama Dave itu.
Mereka semua pun meninggalkan rumah sakit, menuju rumah duka.
**********
Sesampainya di rumah duka, prosesi memandikan, mengkafani dan shalat jenazah pun langsung di laksanakan.
Begitu juga proses pemakaman berjalan dengan lancar, Zaidan hanya mampu menatap gundukan tanah merah dengan sebuah nisan bertuliskan Radthya Purnama bin Radthya Anggara.
Zaidan memejamkan mata nya, berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis, karena dari dia kecil sang kakek mengajar kan nya untuk kuat, tidak boleh cengeng.
Zaidan pun mengingat kenangan bersama kakek nya, dari dia kecil sampai dia dewasa.
"Tuan Zaidan..."Sebuah panggilan membuyarkan lamunan nya.
Zaidan pun menoleh, tampak seorang laki-laki setengah baya, dengan memakai kaca mata dan memakai jas berwarna abu-abu, sudah berada di hadapan nya.
Zaidan mengerutkan kening nya, sambil berusaha mengingat siapa lelaki setengah baya yang berada di hadapan nya.
Lelaki setengah baya berkaca mata itu pun tersenyum, seolah tahu apa yang di pikir kan Zaidan.
"Perkenalkan saya Handako, pengacara dari almarhum tuan Radhtya Purnama..."Lelaki setengah baya itu pun memperkenalkan diri, sambil mengulurkan tangan nya ke arah Zaidan.
"Oh ya pak Handoko, terakhir menghembuskan napas, kakek sempat menyebut nama bapak..."Ucap Zaidan yang teringat perkataan kakek nya saat hembusan napas terakhir nya.
"Ya benar, kakek anda sudah membuat surat wasiat, enam bulan sebelum kepergian nya..."Jelas pak Handoko.
"Maaf pak, jika masalah surat wasiat saya tidak mau membahas nya sekarang, karena kakek saya baru saja di ke bumi kan.."Zaidan berkata dengan raut wajah yang sedikit kesal.
"Surat Wasiat itu harus secepat nya di bacakan..."Tiba-tiba terdengar sebuah suara milik Lion.
Kini Lion bersama istri nya yang bernama Wina, dan putra nya bernama Dave, sudah berada di belakang mereka.
Dengan wajah kesal dan malas Zaidan langsung melangkah pergi meninggalkan mereka.
Zaidan sangat kesal, baru saja kakek nya di ke bumi kan, mereka sudah membahas surat wasiat, yang pasti nya mereka berharap surat tersebut berisi surat warisan.
"Ayo, kita ke rumah sekarang pak Handoko, untuk membacakan surat wasiat itu.."Ucap Lion sambil mempersilahkan Handoko meninggalkan pemakaman.
Pak Handoko pun mengangguk, dan melangkah pergi meninggalkan pemakaman di ikuti oleh Lion dan istri nya, serta Dave putra nya.
***********
Sesampai nya di rumah utama yang sangat mewah keluarga Radthya, mereka pun segera berkumpul di ruang keluarga, untuk membahas surat wasiat dari kakek.
"Silahkan di baca kan sekarang pak Handoko..."Pinta Lion dengan wajah terlihat tidak sabar.
"Mohon maaf tuan Lion, tapi kita harus menunggu tuan Zaidan dulu.."Jelas pak Handoko.
Mereka bertiga pun mendengus kesal.
"Bi Jum, tolong panggil kan Zaidan .."Perintah wanita yang bernama Wina, yang merupakan istri dari Lion, ibu tiri Zaidan.
"Tidak perlu...!!"Suara bariton, yang tiba-tiba sudah muncul di hadapan mereka.
Semua mata pun menatap sinis ke arah Zaidan, kecuali pak Handoko yang tersenyum dengan kehadiran Zaidan.
Zaidan tidak peduli dengan tatapan mereka, dia pun segera duduk di sofa, di hadapan pak Handoko.
"Baik lah, kalau semua sudah berkumpul, saya akan langsung membacakan surat wasiat dari almarhum tuan Rathdya Purnama.."Ucap pak Handoko, sambil mengambil sebuah berkas di dalam sebuah amplop coklat besar.
"Langsung di bacakan saja pak Handoko.."Ucap Dave terlihat tidak sabar.
Zaidan hanya tersenyum sinis, mendengar ucapan Dave yang begitu ber nafsu dengan surat wasiat dari mendiang sang kakek.
Pak Handoko hanya menghela napas, mendengar perkataan Dave.
Kemudian pak Handoko membaca kan surat wasiat yang salah satu nya adalah surat warisan.
Ternyata harta dari keluarga Rathdya 70 % jatuh ke tangan Zaidan,.10 % di sumbang kan, 10 % untuk Dave, dan 10 % untuk Lion dan istri nya.
Tentu saja membuat Lion, Dave dan Wina terkejut, dan tidak terima dengan isi surat wasiat ini.
"Apa-apaan ini, tidak mungkin papah ku membuat surat seperti ini.."Ucap Lion dengan emosi.
"Mohon maaf tuan, memang seperti ini lah, isi surat yang di sampaikan almarhum.
"Pasti kamu yang telah menyuruh papah membuat surat wasiat yang tidak adil ini...!!"Geram Lion, menatap tajam Zaidan.
Zaidan tetap terlihat tenang, dia hanya membalas ucapan Lion, dengan tatapan yang sangat tajam.
"Maaf tuan Lion, apakah pembacaan surat wasiat ini saya terus kan atau tidak...!?"Tanya pak Handoko, yang terlihat kesal.
"Tenang dulu pah.."Ucap Wina sambil mengelus lembut pundak suami nya.
"Oke kalau begitu saya lanjut baca kan.."Ucap pak Handoko.
"Perusahaan "Radthya Angkasa Jaya" akan di kelola langsung oleh Zaidan, tapi dengan satu syarat..."Ucap Pak Handoko tak menerus kan.
*************
Syarat apa ya yang akan di terima Zaidan, sebagai pengelola perusahaan besar Radthya Angkasa Jaya...???
Yang menunggu kehadiran Amanda Maheswari, sabar ya 😁
Berikan dukungan dulu yuk, ke novel author yang sudah tamat dan sedang up👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
semangat ya
2023-10-19
2