Setelah adik mas Rangga meninggalkanku sendirian diruang tamu, tiba-tiba saja mbok Ijah datang menghampiriku dan ditangannya sudah ada nampan berisi es jeruk dan beberapa camilan. Aku hanya mengangguk ketika mbok Ijah menyuruh untuk meminum jus yang sudah berada diatas meja tepat nya dihadapanku.
Sebenarnya aku masih sedikit kesal kepada mas Rangga yang menurutku sungguh keterlaluan meninggalkanku sendirian dirumah ini. Walaupun ada mbok dan juga adiknya tapi kan aku belum terbiasa dengan mereka. Ditambah lagi, harus menanggung malu karena sudah menuduh bocah tadi punya niat yang gak baik kepadaku. Aduh, kenapa perkenalanku dengan adik iparku terkesan memalukan sih.
Pasti setelah kejadian tadi, dia gak akan pernah ngajak ngomong lagi deh. Padahal maunya, aku tuh ingin terlihat akrab dengan adik iparku tersebut,biar kalo ditinggal mas Rangga kekantor, gak rasa kesepian karena punya teman untuk sekedar diajak ngobrol.
"Non, diminum dulu jusnya! nanti setelah itu mbok anter kekamar biar istirahat. " Ucapan mbok membuyarkan lamunanku.
"Eh.. Hmmm iya mbok, makasih yah minumannya. " Ucapku lalu meneguk jus jeruk tersebut sampai tak bersisa.
"Pelan-pelan aja minumnnya, Non. "
Aku melirik kearah mbok yang menatapku sambil tertawa kecil. Pasti mbok mengira diriku sangat kehausan padahal diriku ini tengah kesal kepada mas Rangga. Jadi meminum jus jeruk seperti orang kesambet saking kesalnya.
"Mbok, tolong tunjukin kamar mas Rangga yah? soalnya aku belum tau dimana letaknya. " Ucapku lalu dianggukin oleh mbok Ijah.
"Harap maklum yah dengan keluarga barumu ini. Mereka memang suka begitu, mendadak pergi karena urusan pekerjaan. Nanti Non juga akan terbiasa. Mbok tau, pasti Non kesel karena baru pertama kali kesini sudah ditinggal lagi. " Ucap mbok yang hanya membuatku mengangguk menanggapinya.
Setelah tau letak kamar mas Rangga, akupun masuk dan langsung merebahkan tubuh ini diatas kasur empuk milik mas Rangga yang kini juga sudah jadi milikku sih. Karena bosan, aku pun membuka layar ponsel untuk melihat aplikasi layar biru. Yah, sekedar melihat postingan teman yang lewat di beranda.
Setelah bosan,lanjut melihat ke aplikasi layar hijau. Ternyata, disana ada beberapa chat yang belum kubuka. Salah satunya dari mas Rangga, lalu kubuka untuk membacanya,
[ Maaf yah sayang, aku langsung main pergi aja tadi. Soalnya, ada urusan mendadak bersama client dikantor. ]
[ Sayang, nanti gak perlu nungguin aku pulang yah! Soalnya ada lembur, dan kemungkinan aku baliknya tengah malam. ]
Wah, ternyata sejam yang lalu mas Rangga mengirim chat kepadaku. Ternyata lama juga yah aku melamun diruang tamu tadi. Aku pun langsung menghubungi mas Rangga untuk sekedar melampiaskan kekesalanku yang ditinggal begitu saja dirumah ini. Gak peduli, posisinya lagi dikantor, pokoknya aku ingin menceramahi nya panjang lebar. Saat panggilan tersambung,
"Hallo.. " Ucap lawan bicara di seberang telepon. Tapi kok, suara wanita yah dan sepertinya tak asing ditelinga.
"Maaf ini siapa yah, kok ponsel suamiku ada padamu? " tanyaku menyelidiki karena jujur ada rasa curiga yang hadir melandaku.
"Biasa aja kali kak. Ini aku Reni, kebetulan mas Rangga lagi ke toilet dan ponselnya ketinggalan dimeja makan." Ucapnya sehingga membuatku makin bingung, kok mas Rangga bisa bersama adikku sih?
"Loh, kok kalian bisa berada ditempat yang sama? " tanyaku penasaran.
"Iya, tadi kan aku ama temenku lagi makan di restoran, dan secara kebetulan suami kakak ada disini juga bersama rekan kerjanya. Jadinya, karena melihat aku, mas Rangga menghampiriku sekedar basa basi. Tapi, tak lama izin Ketoilet dan ponselnya gak kebawa. " Ucap Reni panjang lebar membuatku lega mendengarnya. Kupikir wanita lain yang sedang bersama suamiku tersebut.
"Yah udah deh, nanti bilangin ama mas Rangga buat nelpon balik ke kakak yah? Oya, kamu lagi ngedate yah ama pacar mu? pake ngomong temen segala. "
"Ih kepo.. "
"Sayang, habis ini kita kemana lagi? " Ucap seorang pria yang kudengar tampak jelas ditelinga dan seperti tak asing ditelinga akan suaranya tersebut. Tanpa aba-aba teleponnya terputus begitu saja.
Mendengar suara lelaki tadi yang kuyakin adalah suara mas Rangga, membuat pikiran ini seperti manaruh curiga terhadap adik dan suamiku. Tapi gak mungkin dong mereka bermain api dibelakangku? mungkin saja aku salah sangka, siapa tau kan itu suaranya teman adikku yang bersama dengannya. Akupun menepis jauh-jauh prasangka burukku.
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶
Malam harinya, aku bosan sendirian dikamar gak ada teman ngobrol. Ingin menelpon mas Rangga tapi nomernya gak aktif dari tadi. Membuatku teringat pada kejadian tadi, diri ini seperti yakin itu suara mas Rangga, namun aku juga gak boleh asal menuduh, nantinya bisa bermasalah besar kalau aku menuduhnya bermain api dengan adikku sendiri.
Pukul 21.00 malam, ternyata hujan turun begitu deras. Suara guntur menggelegar dan kilat yang menyambar-nyambar membuatku takut. Mana mas Rangga belum juga pulang. Tiba-tiba saja lampu padam membuat penglihatan ini sangat gelap.
Aku berteriak histeris karena sungguh, aku takut berada dalam kegelapan. Aku menangis tersedu-sedu berharap lampu ini kembali menerangi ruangan ini. Mana ponselku juga yang tiba-tiba mati total karena lupa mengisi daya.
"Kak, kakak gak apa-apa kan? " terlihat adik iparku berdiri dihadapanku dengan cahaya yang berasal dari ponselnya.
Aku hanya mengangguk pelan, namun kemudian terdengar lagi suara guntur menggelegar sehingga secepatnya aku berdiri dan memeluk erat tubuh adik iparku tersebut tanpa rasa malu. Masa bodoh kalau aku dikatain apa saja oleh adik iparku tersebut, jujur ketakutanku lebih besar saat ini.
Aku merasakan dia menuntunku keatas kasur sehingga membuat tubuh kami begitu lekat karena aku tak mau lepas dari pelukannya. Terasa dia melepaskan tanganku yang sedang memeluknya tersebut. Dan tau apa yang dilakukannya kemudian? tanpa aba-aba adik iparku tersebut berani menciumku.
Aku tersontak kaget, lalu melepaskan tautan bibir kami dan aku ingin memarahinya karena sudah tak sopan kepadaku. Tapi belum sempat bicara, kembali diciumnya kembali bibir ini untuk membungkam mulutku. Anehnya,yang pada awalnya menolak, tapi entah mengapa diriku seperti terhipnotis sehingga membalas ciuman darinya.
Kami melakukannya cukup lama, dan jujur aku belum pernah merasakan sensasi berciuman seperti ini. Tapi aku segera tersadar bahwa ini adalah kesalahan, sehingga aku pun mendorong adik iparku tersebut agar menjauh dariku.
"Maaf kak kalo aku udah lancang. " Ucapnya membuatku turut sadar karena tak seharusnya aku melakukan hal itu dengan adik iparku sendiri.
"A-aku juga minta maaf, tak seharusnya aku memelukmu. Tadi aku hanya takut, anggaplah yang tadi itu tidak pernah terjadi. Sekarang kembalilah ke kamarmu. "
" Boleh aku minta nomer WA kakak? "tanyanya yang menurutku mengalihkan pembicaraan.
Karena tak mau hal tadi terjadi lagi, langsung saja ku berikan nomer WA ku agar dia segera kembali kekamar nya sendiri. Lagipula lampunya sudah terang kembali dan rasa takut juga sudah berkurang dan hujan juga tak sederas tadi lagi.
Sebelum adik iparku keluar, dia kembali menatapku sehingga membuatku salah tingkah. Kuakui wajahnya sedikit mirip dengan mas Rangga. Ya iyalah, namanya juga adik kakak pasti bakal ada sedikit kemiripan. Jantung ini berasa mau copot tatkala tangannya menggenggam erat tanganku lalu seenaknya main cium kening segala. Sakit yah nih bocah bersikap aneh pada kakak iparnya sendiri.
"Kamu kan bukan suamiku, kok malah begini sih? " Ucapku sedikit menjauh darinya.
"Ini namanya adik ipar yang menghormati kakak iparnya. " Jawabnya sambil terkekeh.
"Mana ada? sana tidur, kamu tuh masih bocah gak seharusnya memperlakukan kakak iparmu seperti seorang istri. Ingat, aku istri abangmu loh? " Ucapku agar dia sadar diri dan tak seenaknya memperlakukan aku dengan mesra.
"Aku bukan bocah, kakak bisa panggil aku Rendy. " Ucapnya sambil mengusap kepalaku lalu berlalu meninggalkanku.
Kok aneh amat sih, ada apa dengan diriku yang ikut terlena dengan ciuman yang diberikannya tadi. Harusnya yah aku menolak dan segera mengusirnya dari kamar ini. Eh, malah menikmati dan ikut membalas ciumannya.
Pasti bocah itu berpikir yang aneh-aneh tentangku, bisa saja nanti dia mengatakan hal ini pada mas Rangga sehingga hubungan kami retak kan mungkin saja dia gak suka aku menikah dengan abangnya sehingga menyusun rencana ini agar abangnya menendang aku keluar dari rumah ini.
"Sayang, kok bengong sih? " lamunanku buyar ketika mas Rangga mengelus pipi ini dengan lembut.
"Eh, mas Rangga udah pulang? " Ucapku gelagapan.
"Lagi mikirin apa sih, sampai gak tau aku masuk?" tanyanya dengan alis bertaut.
"Anu mas, tadi kok nomer kamu gak aktif? terus, sore tadi kenapa ponselmu ada pada adikku? " tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Iya tadi gak sengaja ketemu di restoran yang sama. Jadinya, aku menghampiri adik ipar ku tersebut sekedar untuk basa basi doang. Lagipula tadi juga dia ngenalin aku pada teman cowoknya. " Ucapnya sambil garuk-garuk kepala.
Aku pun lega karena kecurigaan ku meleset. Lagipula gak mungkin juga kan adikku nikung kakaknya sendiri. Yang jadi masalahnya sekarang, aku tak bisa tidur karena terngiang-ngiang pada kejadian saat mati lampu tadi bersama adik iparku. Kalo mas Rangga sampai tau, mampuslah diriku. Semoga saja bocah itu tak menceritakan semuanya kepada mas Rangga.
Aku menoleh kearah suamiku, lalu memeluknya dan meminta jatah malam pertama kepadanya. Sungguh, aku ingin melakukannya dan menyerahkan mahkota ku kepada suamiku. Kemarin kan sempat tertunda karena ulah adikku.Untungnya suamiku merespon sehingga malam pertama kami pun terwujud.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments