Una mulai memikirkan ucapan Zein tentang kenapa hanya dia seorang yang di perlakukan beda oleh Regan.
seolah tak ingin berlarut-larut Una pun menutupkan selimut ke wajahnya dan berusaha untuk bisa tertidur " besok masih berjuang Una" semangatnya dalam hati
hari berganti hari kegiatan yang sama, Bullyan yang sama yang Una terima dari Regan seolah sudah menjadi makanan sehari-hari, dan sepertinya Una sudah mulai kebal..
setiap hari Una belajar dari para seniornya,..
ini hari gajian...horeeee
Una sumringah melihat isi rekeningnya..akhirnya usahanya bertahan dari deru ombak mulut Regan pun membuahkan hasil..
semakin hari keterampilan Una sudah semakin meningkat, dia tak lagi canggung melakukan pekerjaannya melayani Regan, dia sudah terbiasa berlari dan terus berlari dari satu bis ke bis yang lain..bahkan Una sudah sangat terampil dalam menata penampilan Regan.
Una sedang menunggu lift terbuka, dan naik ke lantai tujuh..saat pintu lift terbuka ternyata di dalam sudah ada Regan. Una seperti maju mundur, mau masuk apa tidak..
" ga mau masuk??" tanya Regan
" iya mas" Una pun bergegas masuk ke lift
hanya mereka berdua, terasa canggung meski mereka sudah bertemu setiap hari..mungkin karena sikap Regan yang selalu keras sehingga membuat Una tak ingin berlama-lama
" terimakasih mas, gaji nya sudah masuk" ucap Una mendahului
"oh ya" jawab Regan tanpa ekspresi
mendengar jawaban Regan, Una tidak lagi melanjutkan dan hanya melirik sesaat, ketika mata Una tiba-tiba tertuju pada kotoran kecil yang menempel di baju Regan, dengan sigap Una langsung berusaha menghilangkannya.
ketika tangan Una hampir menyentuh baju Regan, seketika tangan Regan menepis tangan Una dengan kasar
" mau apa kamu??!"
" saya cuma mau itu.." tunjuk Una " ada kotoran di baju mas Regan"
Regan menoleh ke arah bahu dan benar ada daun kering yang menempel di baju nya. mungkin karena terbiasa, Una seperti langsung reflek membenahi penampilan Regan, tepisan tangan Regan tadi seperti tak di hiraukannya
" mau apa lagi??" bentak Regan
tanpa menjawab Una malah lebih fokus ke kancing kemeja Regan yang terbuka satu dan buru-buru mengancingkan ya..seolah tak bisa menolak, Regan pun akhirnya pasrah di tangan Una
" sudah rapi" ucap Una sembari tersenyum
mereka saling berhadapan, Regan hanya terdiam menatap Una sementara Una terus saja mengoreksi penampilannya
" sudah ok mas" ucap Una
Regan yang tanpa ekspresi langsung bergegas pergi setelah pintu lift terbuka di lantai tujuh
tiba-tiba Una seperti baru tersadar..apa yang sudah dia lakukan..kenapa sok akrab banget sih..Una merasa malu..
Una berjalan pelan menuju ruangan Regan, setelah mengetuk pintu dia pun masuk dan menyodorkan kopi pahit yang biasa Regan minum, terlihat Regan sedang fokus dengan beberapa tawaran nafkah di depannya
Una pun bergegas pergi, ketika tiba-tiba..
" terimakasih" ucap Regan
" ya?" Una berbalik
" terimakasih sudah merapikan baju ku"
" sudah kewajiban saya mas, Jan saya asisten pribadi mas, mas harus terlihat bersih, rapi dan selalu ganteng, hehehe"
Regan tertegun melihat tingkah Una yang tiba-tiba berubah ceria..
Una pun pergi dengan muka yang sumringah
hari ini Una sangat senang, ternyata Regan bisa baik juga..mungkin kah harus seperti itu tiap hari..merapikan penampilannya...
meeting kali ini meski ada Regan terasa lebih santai, bahkan Una bisa melihat wajah Regan yang ramah kepada orang lain termasuk Una, apa hari ini ada hal baik bagi Regan??kenapa dia berbeda dari hari-hari biasanya...
duh..dug..dug..debaran apa ini??rasanya kok senang banget hari ini, selalu menyenangkan ketika Regan memanggil Una..terlihat jelas Una sumringah saat ada Regan..
bahkan acara pembacaan naskah untuk drama terbaru Regan pun berjalan lancar dan terasa menyenangkan..benar..Regan ternyata tidak seperti yang Una bayangkan..dia begitu manis dan penyayang bahkan saat bertemu anak-anak pun dia sangat ramah...
tapi itu hanya hari kemarin....
hari ini dunia tampak suram ketika Regan terus mengomel karena Una lupa membawakannya naskah yang dia pesan kemarin..cacian demi cacian keluar, dunia kembali hitam..tak ada lagi debaran..Regan kembali ke mode awal...
Una meletakkan kepalanya di meja, air dingin di depannya seperti tak mampu meredakan panas di kepalanya..
"apa begitu berat?"Zein tiba-tiba
Una mengangguk
" kemarin kau tampak bersemangat"
" itu kemarin..tapi hari ini semua berubah..hari ku suram lagi" ucap Una seperti merengek
" kemarin dia bak malaikat, begitu sempurna, baik hati, ramah, dan sangat hangat..tapi hari ini dia kembali jadi malaikat pencabut nyawa" lanjut Una kesal
Zein tertawa mendengar ucapan Una
"selain melihat dia ganti baju, dia juga tidak suka staff yang lalai..kau sudah lakukan keduanya"
" benar" ucap Una lirih sambil meletakkan kembali kepalanya di meja
" tetap semangat ya" ucap Zein sembari pergi
ya semangat, ucap Una dalam hati
pesona itu seolah buyar, tak ada lagi kekaguman di mata Una..
sudah sore tapi Una masih harus tetap di kantor karna harus menyiapkan bahan untuk di bawa besok..jangan terlupa satupun atau akan ada pembullyan lagi
cekrek..pintu terbuka..
Una menoleh..seperti ada yang masuk..bukankah seharusnya sudah pulang semua..Una pun melangkah, mengintip siapa yang sedang masuk..saat itu dia melihat Regan..Una berniat menghampiri untuk memberi tau bahwa ada dia di situ, tapi langsung dia urungkan karena tiba-tiba dia melihat Regan sedang berganti baju..kalau sampai Regan tau ada Una yang melihat nya bisa-bisa ini jadi hari terakhir Una bekerja..Una memilih diam..
tapi Una justru fokus dengan badan Regan, seperti ada bekas luka di dada nya..apa benar itu luka??apa karna itu dia tidak suka jika ada yang melihat nya ganti baju, bahkan dia menolak semua iklan yang mengharuskan dia bertelanjang dada...lalu kenapa dia benar-benar marah hanya karena sebuah luka..luka bukanlah hal yang memalukan..
krompyaang....Una menyenggol kotak dan terjatuh..seketika Regan langsung memakai baju nya dan melihat yang terjadi..dia kaget saat melihat Una..matanya terbelalak seakan ingin menerkam..
" berapa banyak???"
Una terdiam ketakutan
" berapa banyak yang kau lihat???!!" teriak Regan membentak
" saya...saya..."
"apa kau melihatnya??"
" maksud anda apa??"
" kenapa selalu kamu??apa hobi mu mengintip??"
Una hanya diam..dia takut kalau menjawab akan semakin menjadi-jadi, melihat sikap Regan yang seperti orang kalap, Una ingin cepat pergi..
" saya tidak melihat apapun mas" ucap Una sembari ingin beranjak pergi
tapi tangan Regan tiba-tiba menariknya dan mendorongnya ke dinding
Una merintih, cengkeraman tangan Regan begitu kencang sehingga dia tak bisa berkutik
" apa kau pikir setelah kau melihatnya sekali dan aku membiarkan mu, itu membuat mu istimewa? kau pikir satu ucapan terimakasih ku membuat mu istimewa??
kamu sama saja dengan mereka yang ingin mencari keuntungan..kau pikir kau siapa..wanita rendahan yang mencoba menggoda ku??? jika bekerja cukup kau bekerja saja..jangan mencari kesempatan jadi wanita penggoda .kita tidak seakrab itu..."
mendengar ucapan Regan yang semakin arogan, Una seperti kehilangan kendali, dia yang awalnya diam untuk mengalah menjadi tersulut emosi
" siapa yang anda bilang wanita rendahan??saya??siapa yang anda bilang wanita penggoda??saya??
saya memang di bayar dengan uang anda, tapi saya bekerja dengan keras bahkan saya rela sakit hati menahan perasaan, wanita penggoda??siapa yang menggoda siapa?? saya sadar saya hanya orang biasa, saya bahkan tidak sedikit pun tertarik dengan anda..sebenarnya siapa di sini yang besar kepala??siapa yang tidak bisa menerima kesalahan??anda pikir saya sengaja melihat??anda ingat pertama kita bertemu?? itu karna tak sengaja, dan sekarang??siapa yang lebih dulu ada di ruangan ini??itu saya!!saya!!jika anda tidak mau orang lain melihat, jangan ganti di sembarang tempat..jangan menghakimi orang lain hanya dari kacamata anda sendiri""
Una benar-benar kesal..dia siap di pecat jika memang harus di pecat. setidak nya dia sudah lega mengeluarkan semua uneg-unegnya...
berdebar??apa aku sudah gila??itu hanya debaran halusinasi..tidak seharusnya debaran itu untuk orang seperti Regan...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments