keluarga Renaldi

Dafi merasa beruntung dipertemukan kembali dengan Joni. Selama satu minggu ia diizinkan ikut bekerja di proyek itu. Akan tetapi setelah mendapat upah, mandor meminta Dafi untuk berhenti.

“Joni. Apa kau tau siapa pemilik proyek ini? Dia pasti sangat kaya,” tanya Dafi suatu hari di sela menikmati makan siang bersama Joni.

“Ya pasti kaya laah. Tapi aku nggak tahu persisnya siapa, Daf. Aku ‘kan cuma pekerja kasar. Tapi setahuku yang kemarin itu anaknya bos di kantor pusat,” sahut Joni. 

“Endra?” tanya Dafi dan diangguki cepat oleh Joni.

“Andai saja aku bisa kerja di kantor pusatnya Biantara, pasti akan dengan mudah menemukan dia,” gumam Dafi yang diikuti helaan napas pelan.

“Kamu lagi nyari siapa, Daf?” tanya Joni heran. 

“Bukan siapa-siapa,” sahut Dafi pelan.

Joni memanglah teman kecil Dafi. Mereka berteman baik hanya sampai lulus sekolah dasar, karena Joni meneruskan sekolah menengah di desa bersama nenek dan kakeknya. Karenanya Joni tak mengetahui apapun tentang Dafi dan keluarganya, karena baru kembali setelah lulus SMA. Joni sempat bekerja di kota lain, dan baru kembali tepat saat terjadi penggusuran di kawasan tersebut.

***

Matahari mulai condong ke barat saat Bima datang mengunjungi Renaldi. Kedatangan Bima untuk mengabarkan bahwa orang suruhannya tak menemukan kabar apapun tentang Dafi. Menurutnya, Dafi juga tidak ada di daerah tempat tinggal sebelumnya.

“Sudahlah Rendi, aku yakin dia tidak akan mengganggumu. Dia ‘kan tidak tau apa-apa tentang latar belakang dirinya dan masa lalu orang tuanya,” ucap Bima sembari menghisap rokok.

“Kau benar juga. Sekalipun dia bebas, dia hanya akan jadi orang tidak berguna dengan masa depan yang suram dan tidak menutup kemungkinan jadi gelandangan. Kuharap sebentar lagi mendengar kabar dari bawahanmu si Jaka itu kalau dia kembali ke penjara. Karena kasus pencurian mungkin, atau pencopetan, atau kejahatan lain yang lebih berat,” seringai Renaldi.

Bima terkekeh pelan, lalu berkata, “Sejujurnya aku kasihan pada anak itu. Seorang pewaris Biantara Group hidup di luar jadi gelandangan. Hehehe ….”

“Jangan pernah mengatakan dia pewaris harta Biantara. Karena yang akan mewarisi semua hartanya adalah aku. Kuharap tua bangka itu segera mati,” ujar Renaldi dengan penekanan.

Bima menyeringai sinis. Ketamakan Renaldi yang tak lain sepupu Ajeng–istri Renaldi itu terpampang nyata dan ia pun mendukung sepenuhnya. 

“Masalah di proyek yang kemarin udah beres?” tanya Bima, kemudian melambaikan tangan pada Monica–putri Renaldi yang berjalan menghampiri mereka.

“Udah. Untunglah dia selamat,” sahut Renaldi malas. Pria paruh baya itu menoleh pada putrinya yang sedang menarik kursi.

“Monic udah mulai kerja?” tanya Bima.

“Udah, Om. Udah hampir satu bulan,” sahut Monica sembari memainkan ponselnya.

“Kalau Risa? Dia udah lulus juga ‘kan?” tanyanya lagi.

Monica hanya menjawab dengan anggukan. 

“Dia mau dimasukin ke perusahaan Biantara juga?” tanya Bima, kali ini ditujukan pada Renaldi. 

Marisa merupakan anak seorang pelayan yang disekolahkan oleh keluarga itu. Selain usianya, Universitas dan jurusan kuliah yang diambil Marisa juga sama dengan Monica.

“Udah kerja di divisi keuangan. Tapi katanya Kak Endra mau jadikan dia asisten pribadi,” sahut Monica datar.

“Asisten pribadi? Sepertinya ‘ada udang dibalik batu’ nih, hehehe. Bisa-bisa si Risa naik derajat jadi Nyonya Endra,” selorohnya.

“Nggak lah, Om. Jangan sampai kejadian, bisa malu tujuh turunan,” dengus Monica. Bima tersenyum lebar mendengarnya. Tanpa sengaja ujung matanya melihat Marisa yang sedang menjinjing belanjaan menuju dapur. Di belakangnya terlihat Ajeng yang kemudian berjalan menghampiri mereka.

“Bebek buruk rupa itu sekarang jadi angsa, dipoles dikit aja udah cantik banget tu anak,” ujar Bima setengah bergumam.

Monica mendelik sinis mendengar ucapan sang Paman. Sementara Renaldi bersikap biasa saja.

“Udah lama, Bim?” tanya Ajeng.

“Lumayan. Kamu disupirin Risa? Emang dia udah punya SIM?” tanya Bima.

“Udahlah. Baru kemarin selesai dibuatin sama Mas Rendi. Sekalian sama punya Monic,” sahut Ajeng.

Oh.”

“Ke dalam dulu ya, Bim. Bau pasar,” ucap Ajeng yang diangguki oleh Bima.

Di ambang pintu, Ajeng berpapasan dengan Mahendra. Setelah menyapa, Nyonya Renaldi itu berlalu ke dalam rumah.

“Risa. Buatkan aku kopi,” pinta Mahendra sembari berjalan menuju ke teras.

“Hei, Om. Apa kabar?” sapa Endra pada Bima.

“Kabar om baik. Makin ganteng aja nih. Kapan nikah? Jangan cuma main perempuan dong,” seloroh Bima.

“Kapan ya? kapan-kapan aja deh, Om,” sahut Endra. Ujung mata Endra melirik Risa yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawakan secangkir kopi.

“Jangan bilang kalau kamu lagi ngincer seseorang,” sindir Bima.

“Nggak lah, Om. Belum ada aja,” kilah Endra.

Bima tersenyum pada Risa yang menyapa dengan anggukan. Wanita muda itu meletakkan cangkir kopi di hadapan Endra tanpa sepatah katapun juga.

“Risa. Mulai Senin depan kamu ikut Endra kerja,” ucap Renaldi. 

“Maksudnya, Tuan?” Risa terlihat bingung dan sempat menoleh pada Endra.

“Lo jadi asisten Kak Endra. Gitu aja nggak ngerti,” delik Monica.

Risa semakin terlihat bingung. Pasalnya ia baru satu bulan ini bekerja menjabat sebagai wakil manajer keuangan di Biantara Group, dan sekarang ia beralih posisi jadi aspri CEO Biantara Construction. 

“Udah deh sana. Ganggu mood orang aja. Lagian ya mendingan lo jadi asisten Kak Endra, jadi kalau mama minta disupirin sama lo kaya hari ini, lo bisa bolos kerja. Kalau di divisi keuangan ‘kan lo nggak leluasa. Nggak enak juga sama yang lain kalau lo sering bolos,” tutur Monica menjelaskan.

Risa terdiam sembari mencerna semua itu, ia pun pamit berlalu.

“Kamu tu sebenarnya baik loh Monic. Buktinya bisa pengertian gitu sama Risa,” puji Bima.

“Ya emang aku baik, Om.Tapi kalau tentang dia, sebenarnya sih aku suka aja lihat dia jadi kacung,” sahut Monica berterus terang dan membuat Bima terkekeh pelan.

“Kamu ini kayanya Rendi versi cewek deh,” seloroh Bima, membuat dua anak Renaldi menyeringai tipis.

Di sisi lain, Risa membuang kasar napasnya. Ia bisa apa jika Renaldi yang dinilai sangat berjasa dalam hidupnya itu sudah memutuskan hal tersebut.

**

Hari berganti, dengan berat hati Dafi harus rela melepaskan pekerjaannya di sana. Meski tak ada info mengenai pemilik Biantara, setidaknya dengan bekerja di sana Dafi mendapatkan uang untuk bekal.

Dafi berpamitan pada Joni yang tetap bekerja di akhir pekan. Pada Joni ia mengatakan akan mencari pekerjaan lain.

Ketika Dafi jalan memutar untuk sampai di bagian depan proyek, sekilas ia sempat melihat seorang wanita sedang mengamati bangunan setengah jadi tersebut dengan serius. 

Wanita berpakaian formal itu kemudian berbincang dengan seseorang yang diketahui Dafi merupakan PM proyek.

“Siapa dia? Sepertinya orang pusat,” gumam Dafi. Karena penasaran, ia mencari seseorang yang sekiranya bisa memberitahu sesuatu.

“Pak. Saya mau tanya, yang di sana itu siapa?” tanyanya sembari menunjuk pada wanita itu.

“Itu putrinya bos, adiknya Tuan Endra. Siapa ya namanya?”

Dafi menatap lekat pada wanita itu. Di saat yang hampir bersamaan wanita itu menoleh ke arahnya.

Deg.

Tatapan keduanya pun beradu. Baik Dafi maupun Monica saling menatap lurus dengan ekspresi datar.

Entah mereka sadari atau tidak, keduanya menyeringai tipis sebelum kemudian sama-sama memalingkan wajah. Dafi berlalu dari tempat itu, sedangkan Monica kembali berbincang dengan PM proyek. Akan tetapi satu menit kemudian, Monica menoleh untuk menatap punggung pria yang sempat bertatapan dengannya tersebut.

-bersambung-

Terpopuler

Comments

Massurya

Massurya

thor,udah updatenya gak tiap hari
pelit lagi updatenya
jadi jenuh bacanya...

2022-10-23

1

jack

jack

update nya tiap hari dong thor

2022-10-23

1

Rhina sri

Rhina sri

krluarga renaldi jahat semua... apa monic mengenali dafi🤔

2022-10-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!