Dua Hati

"MBAK nggak mau tau, pokoknya kamu harus menikahi mas Bima apapun yang terjadi!" bentak Maya dengan kasar meletakkan piring yang mungkin bisa saja nyaris pecah.

"Kenapa mbak Maya egois banget, sih! Lagipula bukannya mbak Maya sudah ngomong sama Ibu?" Gerutu Ayu kesal karena kakaknya terus saja mengungkit masalah itu.

Maya kini menghela napas berat sembari menyilangkan kedua tangannya, "kamu juga jangan egois, Yu! Kita butuh mas Bima buat bantuin keluarga kita, lagipula kalo kamu bilang ke Ibu buat dikasih kesempatan lagi juga pasti bisa kan?"

"Sebenarnya yang butuh mas Bima itu keluarga kita atau mbak Maya saja?! Kalau memang buru-buru, segera nikahin saja pacar mbak Maya itu! Jangan korbankan aku!" ucap Ayu sudah sangat kesal, saat gadis itu hendak meninggalkan tempatnya, Maya dengan cepat meraih tangan Ayu melarangnya untuk pergi karena ia belum selesai mengomeli.

"Mbak ngelakuin ini demi kebaikanmu, Yu! Lagian kenapa pula kamu membawa orang asing ke rumah kita, hanya menambah beban saja!"

Ayu tidak ingin peduli lagi, ia menghempaskan tangan kakaknya dan benar-benar pergi meninggalkannya. 

...\~oOo\~...

Ayu berjalan perlahan di halaman belakang, ia melamunkan apa yang dikatakan Maya sebelumnya. Pikirannya entah kemana sembari ia menyirami tanaman tiba-tiba kakinya sudah mengalir air yang tumpah terlalu banyak dari ceret siramnya.

"Aw..." seru Ayu kaget, ia sadar tidak seharusnya seperti ini.

"Kamu kenapa? Butuh bantuan?" Tanya Arshaka seketika muncul dari balik punggung Ayu. Ia tampak lebih sehat dari sebelumnya, meskipun masih ada perban di kepala dan tangannya, namun ia terlihat segar ditambah dengan senyumnya.

Ayu terperanjat mendengar suara Arshaka yang lembut namun juga dalam itu. Ia merasa malu karena bertindak bodoh, kini, tanaman di depannya di penuhi dengan air yang menggenang terlalu banyak.

Lalu Arshaka merentangkan tangannya, ia berniat untuk membantu Ayu menyirami tanamannya yang belum selesai itu.

"Tidak usah, makasih..." ucap Ayu sopan sedikit tertawa, "dengan tanganmu yang seperti itu? Sepertinya kamu nanti akan menumpahkan lebih banyak air." kalimatnya barusan membuat Arshaka ikut tertawa.

"Yah, aku cuman ingin membantumu," balas Arshaka kini membuntuti Ayu.

"Kenapa kamu mengikutiku?" Tanya Ayu tertawa sedikit berlari menjauh untuk menjahili Arshaka.

"Kenapa kamu menghindar?" Tanya balik Arshaka sembari ia ikut berlari mendekati Ayu, mereka berlari kecil lagi karena Ayu terus menjaga jarak dengan Arshaka sedangkan pria itu justru semakin mendekat. Mereka tertawa, sesekali Ayu menjahilinya dengan menyipratkan air kepada Arskaha dan dia hanya menerimanya tanpa membalas.

Entah kenapa, semenjak kehadiran Arshaka di hidup Ayu, ia merasa tidak perlu cemas lagi dengan apapun yang akan terjadi. Pria itu telah mengisi kekosongan hatinya selama ini. Banyak hal yang harus ia lakukan dan Arshaka membuat apapun pekerjaan Ayu menjadi ringan. Meskipun terkadang hanya hal sepele, namun Arshaka seperti rumah baginya.

...\~oOo\~...

Hari-hari terus berlalu, 3 hari, 1 minggu, 2 minggu, namun belum ada perkembangan apapun dari  ingatan Arshaka kecuali tubuhnya yang semakin membaik, ia mulai melepaskan perban di tangannya dan beberapa plester luka di tubuh dan kakinya. Sedangkan dari kepolisian hingga kini belum juga ada informasi apapun.

Tadi pagi Ayu dan Dhany sempat mampir ke kantor polisi entah sudah ke yang berapa kalinya, namun para petugas terus mengatakan bahwa semuanya sudah diproses dan tinggal menunggu saja. Berita kehilangan dengan wajah Arshaka juga sudah di tampilkan di koran maupun siaran berita, mungkin kali ini akan diperluas lagi pencariannya.

Saat menyisir area kejadian kecelakaan, Ayu baru mengetahui bahwa Arshaka terjatuh dari tebing, mobilnya di temukan beberapa meter lebih masuk ke dalam hutan dari tempat awal ia ditemukan. Namun polisi tidak menemukan apapun di dalam sana kecuali buket bunga yang sudah layu. Ia bahkan tidak membawa dompet atau identitas apapun karena kemungkinan ia sedang terburu-buru.

1 bulan berlalu, mereka masih menunggu informasi terbaru dari kantor kepolisian. Mereka sampai lelah jika harus melihat wajah Ayu dan Dhany yang selalu muncul 2 kali dalam seminggu terakhir ini, kemudian kepolisian menyarankan mereka untuk tetap tenang menunggu saja dirumah dan akan dikabari jika ada informasi lebih lanjut.

Arshaka kini sudah benar-benar melepas perban di kepalanya, ia mulai mengenali beberapa orang di lingkungan tempat tinggalnya yang baru.

"Ah! Pelan-pelan..." rintih Arshaka saat Dhany akhirnya membuka perban terakhir di kepala pria itu.

"Masih sakit?" Tanya Dhany penuh perhatian.

"Tidak, hanyak sedikit pusing..."

"Oh, kamu nanti akan terbiasa setelah ini," jawab Dhany melanjutkan pekerjaannya.

Ayu tersenyum, ia senang akhirnya Arshaka bisa sembuh meskipun ingatannya belum juga kembali. "Makasih ya, Mas." Ucap Ayu tiba-tiba saat Dhany sudah selesai.

"Makasih kenapa, Yu? Kan memang sudah tugasku,"

"Ya mas Dhany mau bantuin walaupun kita nggak bisa kasih apa-apa..."

Dhany melihat Ayu dengan sedu, "kamu ngomong apa sih, Yu? Memangnya mas minta apa? Lagipula ini juga udah jadi tanggung jawab kita bersama," jelasnya.

"Makasih ya Ayu dan mas Dhany juga," ucap Arshaka ikut-ikutan, tentu saja diantara mereka Arshaka-lah yang merasa harus lebih berterima kasih. Karena bertemu orang baik seperti mereka yang mau membantu meskipun Arshaka tidak bisa memberikan apapun, setidaknya untuk saat ini.

Ayu kemudian tertawa dibarengi dengan Dhany yang merasa itu lucu, kenapa rasanya seperti ingin berpisah. Tak lama setelah itu, Dhany pamit untuk pulang karena masih banyak yang akan ia kerjakan di rumah.

Sekarang hanya ada Arshaka dan Ayu sendirian, rasa canggung menyelimuti keduanya tiba-tiba. Arshaka berandai-andai, jika saja ia sudah mengetahui identitasnya, mungkin ia bisa lebih leluasa untuk mendekati Ayu, tapi jika kondisinya seperti ini bukankah itu menyeramkan?

Ayu sendiri tak ingin membohongi perasaannya, ia sadar bahwa hatinya merasakan hal yang berbeda saat bersama dengan Arshaka. Namun ia juga tak mampu mengungkapkan, karena tidak tahu siapa Arshaka sebenarnya. Apakah dia sungguh orang baik? Lagipula ia yakin Arshaka sudah memiliki seseorang yang ia cintai, mengingat cincin pernikahan yang saat itu ia temukan.

"Ars!"....."Ayu!" Mereka saling memanggil bebarengan, keduanya nyengir malu. "Kamu dulu aja!" mereka mengatakannya bebarengan lagi, kemudian Ayu dan Arshaka tertawa karena itu sangat aneh.

"Oke, aku dulu aja..." ucap Arshaka kemudian masih dengan tawanya, "aku cuman mau bilang makasih banyak karena sudah mau merawatku disini, Ibumu, mas Dhany, Maya meskipun aku tau dia sangat membenciku dan semua tetangga kamu yang baik."

"Iya, itu bukan masalah kok," jawab Ayu tersenyum senang.

"Aku janji akan membalasnya suatu saat nanti," ucap Arshaka percaya diri. "Lalu, kamu tadi mau ngomong apa?"

"Ah itu..." sebelum Ayu melanjutkan kalimatnya, tiba-tiba ponselnya berdering, ia memotong kalimatnya dan segera pergi untuk mengangkat panggilan itu, harus ia angkat karena tertera nama "Pak Andi (Polisi)" disana.

Ayu keluar kamar dan mendengar Pak Andi menjelaskan tentang sesuatu. Bukankah seharusnya ini berita yang gembira? Namun seketika itu pula dada Ayu terasa sesak, ia tidak tahu harus ikut senang atau merasa kehilangan.

"Jadi, namanya Arshaka?" ucap Ayu dengan nada bergetar, "baik, Pak. Keluarganya akan menjemput besok pagi? Baik, terima kasih," tanpa sadar, Ayu meneteskan air matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!