JARUM jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, ini bukan lagi 24 jam tapi sudah lebih namun Arshaka belum juga mengingat apapun. Bedanya, kini ia sudah bisa berbicara lebih lancar.
Ayu terus merawat Arshaka, terkadang Ibu dan Dhany bergantian menemani, sedangkan Maya bahkan menengok saja enggan, ia lebih ingin sibuk dengan pacar barunya atau melakukan hal tidak berguna.
"Kita berangkat jam berapa, Mas?" Tanya Ayu setelah Dhany keluar dari kamar selesai menggantikan baju.
"Sekarang?"
Lalu mereka segera berkemas hendak ke rumah sakit mengantar Arshaka.
Mereka naik mobil Dhany, Ayu duduk di kursi belakang menemani Arshaka sedangkan Dhany menyetir sendirian di depan. Sepanjang perjalanan, Arshaka hanya melihat Ayu.
"Ada apa?" Tanya Ayu penasaran.
Arshaka tersenyum kecil, "tidak tau, aku melupakan apapun tapi hanya mengingatmu..."
Pipi Ayu kini memerah, Dhany sedikit mengintip dari balik spion.
"Aku ingat terakhir kali saat kamu mengenakan gaun warna putih dan membalut lukaku dangan kain yang kamu robek, lalu, aku melihat tanganmu penuh darah, aku seperti mengucap sesuatu tapi tidak ingat itu apa," jelas Arshaka kemudian.
"Tidak apa-apa, kamu bisa mengingatnya perlahan nanti..." ucap Ayu menenangkan disambut dengan senyuman dari Arshaka maupun Dhany yang ikut melihatnya.
...\~oOo\~...
"Dokter bilang dia sepertinya mengalami hilang ingatan sementara, bukan masalah, itu biasa kok terjadi, nanti seiring waktu ingatannya akan pulih," ucap Dhany kepada Ayu, mereka duduk di kursi depan resepsionis masih menunggu Dhany untuk keluar dari ruangan.
"Apa beneran nggak apa-apa, Mas?" Tanya Ayu lagi ragu-ragu.
Dhany mengangguk yakin, "sementara itu, Dokter bilang dia bisa dirawat di rumah saja. Gimana menurutmu?"
Ayu menatap kakinya yang sedang digoyang-goyangkan, memikirkan sebentar. Bukan masalah besar juga sebenarnya selama Arshaka ada di rumahnya, waktunya bisa ia habiskan untuk merawatnya sementara menghindari omelan Maya. "Sampai kapan, Mas?"
Dhany menghela napas, "kita bisa merawatnya sementara membuat laporan kehilangan di kepolisian, kamu juga belum melaporkannya kan kemarin?"
Ayu mengangguk.
"Semoga polisi bisa segera mendapatkan identitas pria itu agar bisa diambil oleh keluarganya, tapi kalau dia ingat sebelum itu ya syukur..." ucap Dhany tertawa ringan mencoba mencairkan suasana.
...\~oOo\~...
"Bagaimana?" Tanya Ibu sesampai mereka di rumah. Dhany segera menjelaskan apa yang terjadi.
Mereka juga sudah mampir ke kantor polisi, Ayu sudah menunjukkan lokasi dimana pertama kali ia menemukan Arshaka dan kepolisian akan segera menyisir area tersebut serta membuat berita kehilangan.
Mereka bilang mungkin akan memakan waktu agak lama, bisa seminggu, 2 minggu atau lebih. Ditambah lagi bahwa Arshaka sendiri tidak bisa memberikan informasi pribadinya karena hilangnya ingatan.
"Kalian makan dulu kalau gitu, kamu juga Dhany!" Perintah Ibu menyeret tangan Dhany ikut masuk.
"Tidak usah, Bi. Tadi udah makan sama Ayu juga..." tolak Dhany dengan sopan.
"Kita tadi makan buat sarapan pagi, Bu. Ikut makan aja, Mas!" Ucap Ayu juga ikut mengajak.
Pada akhirnya Dhany menurut juga, mereka semua sudah ada di meja makan, termasuk Maya. Sesekali Ayu mendapati Dhany sedang mencuri-curi pandang ke arah kakaknya, namun Maya tidak mau peduli. Baginya, Dhany adalah pria biasa, hanya seorang perawat dari desa. Meskipun mengetahui fakta bahwa Dhany pernah suka terhadapnya bahkan mungkin sampai sekarang, Maya tetap tidak mau melihatnya sebagai seorang pria yang pantas dicintai.
"Kamu jadi pergi hari ini?" Tanya Ibu pada Maya saat menyuap sup yang hangat.
Maya hanya mengangguk.
"Mbak Maya mau kemana?" Tanya Ayu ikut penasaran.
"Mau ke desa sebelah, ada rapat disana."
"Wah... Maya sibuk ya..." ucap Dhany basa-basi, tentu saja ia hanya ingin diperhatikan oleh wanita yang ia suka. Kadang Ayu sendiri heran kenapa Dhany bisa suka dengan kakaknya yang keras itu. Sudah menjadi rahasia umum jika Dhany menyukai Maya.
"Sampai malem? Mba Maya nggak bohong demi jalan sama pacar barunya mbak kan?" Ledek Ayu karna masih kesal dengan kebohongan Maya sebelumnya.
"Husshh! Jaga omongannya, Ayu!" Peringat Ibu, ia kemudian mengambil ayam dengan capitnya dan memberikan potongan itu pada Arshaka yang terdiam ikut makan disana, ia hanya memperhatikan keluarga kecil ini. Masih mencoba mencerna apa yang terjadi disini. "Habis makan coba kamu ajak jalan-jalan Ars ya, Ayu, mumpung masih sore." Kini Ibu ikut memanggilnya "Ars" sesuai seperti yang disarankan oleh Ayu.
Maya tiba-tiba tertawa mengejek, "bahkan kalian sekarang memberinya nama?"
"Maya!" Peringat Ibu kini lebih keras, "tidak sopan!"
"Jangan dipikirkan ya, dia emang agak sinting..." ucap Ayu berbisik membuat Arshaka tertawa geli sendiri.
Seusai makan dan membersihkan meja, Arshaka sudah tidak sabar menunggu Ayu untuk pergi berjalan-jalan dengannya mengelilingi desa.
Ayu mengenakan dress warna biru yang cantik, sedangkan Arshaka mengenakan kaos putih pemberian Dhany. Mereka jalan bersama, Ayu sesekali berhenti dan memberikan informasi tentang sesuatu seperti tour guide kepada Arshaka mengenai desanya. Jika dilihat lagi, Arshaka sangatlah tinggi, bahkan jika berdiri tegak pun Ayu masih berada dibawah bahunya pria itu.
Ia tahu betul saat jalan bersama Arshaka, saat itu pula banyak mata yang memandanginya. Beberapa ikut senang namun beberapa juga bersiap untuk membuat gosip baru.
Ayu memberitahu dimana rumah Dhany, bagaimana cara mereka jika ingin pergi ke kota, atau sekedar nama kucing yang selalu ia temui.
"Donat?" Tanya Arshaka merasa lucu.
Ayu mengangguk antusias, "iya, namanya Donat." Lalu mereka saling mengelus kucing gembul berwarna cokelat yang sedang tiduran di bawah pohon.
"Namanya lucu..."
"Dia seperti kucing milik bersama, semua orang panggil dia Donat, dia juga nggak pernah kelaparan karna semua orang sayang sama dia."
"Aku jadi iri," ucap Arshaka lalu keduanya tertawa bersama.
"Sebenarnya aku penasaran dengan ceritamu, karena sepertinya saat kita bertemu kita juga sedang mengalami hal yang mirip."
"Benarkah?" Tanya Arshaka ikut penasaran.
Ayu mengangguk lagi, mereka masih jongkok sembari mengelus kucing pemalas itu.
"Aku tidak ingat apa yang terjadi di hidupku sebelumnya, tapi, disini rasanya aku seperti sedang dirumah."
Ayu mengerdipkan mata, kini keduanya saling bertatapan. Baru kali ini ia benar-benar memperhatikan wajah tampan Arshaka, ia juga baru sadar jika pria di hadapannya ini memiliki bulu mata serta alis tebal yang menawan, dagunya tegas, rambutnya juga tebal namun sering sekali berantahkan sehingga Ayu rasanya ingin sekali membenarkan.
Bukan hanya Ayu, namun Arshaka juga memerhatikan kecantikan Ayu, dia sangat manis apalagi jika tersenyum, baru-baru ini Arshaka mengetahui bahwa Ayu berusia 20 tahun, entah usia dirinya berapa namun sepertinya mereka tidak beda jauh.
"Ayu..." panggil Arshaka kemudian menyita perhatian Ayu, "meskipun aku hilang ingatan tapi aku bersyukur bisa bertemu denganmu. Jika aku tidak kecelakaan, aku tetap ingin bisa bertemu denganmu bagaimanapun itu..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments